25
menggantikan ia bertugas. Tugas pelayanan yang dijalankan oleh para misdinar tidak serta merta mereka langsung bertugas dalam perayaan Ekaristi. Tetapi
mereka melalui proses penerimaan misdinar terlebih dahulu dan mengikuti program pelatihan. Namun saat pelatihan yang dilaksanakan biasanya minggu
siang setelah perayaan Ekaristi, mereka kurang mendapati pengenalan tentang liturgi yang mendalam dan cenderung langsung ke praktek dan sifatnya
menghafal. Para pengurus yang mendampingi mereka saat latihan hanyalah berpedoman
dari kebiasaan mereka menjalankan proses pendampingan. Dan biasanya dalam proses latihan misdinar, para misdinar kurang mendapatkan teori tentang
pengenalan alat-alat dan perlengkapan liturgi sehingga dalam menjalankan tugas pelayanan mereka sebagai misdinar hanya menghafalkan alat-alat dan
perlengkapan liturgi dengan bahasa yang yang mudah diingat mereka.
H. Gambaran dan situasi misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan
kelompok usia, tempat tinggal atau wilayah, kegiatan misdinar
Di Paroki Santo Mikael Pangkalan terdapat tujuh lingkungan dan para anggota misdinar berasal dari ketujuh lingkungan tersebut. Usia anggota misdinar
terdiri dari berbagai usia kelas lima sekolah dasar SD hingga kelas tiga sekolah menengah atas atau SMA. Syarat untuk menjadi seorang misdinar adalah mereka
yang sudah dibaptis dan menerima Sakramen komuni pertama. Para misdinar yang tergabung di Paroki Santo Mikael ini memiliki bermacam kegiatan yang
sudah direncanakan oleh para pengurus atau mengikuti kegiatan yang ada di Paroki. Untuk kegiatan diluar Paroki, para misdinar juga turut ambil bagian dalam
26
kegiatan tersebut misalnya Tarsisius Cup yang diselenggarakan oleh seluruh anggota misdinar se-Kevikepan DIY.
Meskipun para anggota misdinar ini berusia yang beragam, tetapi mereka mampu menjalin kekompakkan mereka sebagai satu organisasi yang ada di
Paroki. Hal ini terlihat ketika mereka sedang bertugas sebagai misdinar mereka mampu untuk bekerja sama dengan baik satu dengan yang lain. Selain
kekompakkan mereka juga memiliki rasa persaudaraan dan kekeluargaan yang tinggi, terlihat ketika mereka sedang berkumpul baik itu saat pertemuan atau saat
sedang kumpul hanya sekedar berbincang-bincang bercanda gurau. Sebagai misdinar mereka menyadari beragam perbedaan usia. karena
perbedaan usia yang biasanya terjadi adalah salah paham atau terjadinya senior dan junior antar misdinar. Tetapi ini semua tidak terjadi di kelompok misdinar di
Paroki Santo Mikael Pangkalan ini, para misdinar yang berusia lebih tua mampu untuk membimbing dan membantu para misdinar yang lebih muda baik dalam
bertugas atau pun saat berkumpul dalam pertemuan. Dan sebaliknya para misdinar yang lebih muda juga mampu menyesuaikan diri dengan para misdinar yang
usianya diatas mereka.
I. Penerapan Spiritualitas Santo Tarsisius pada Misdinar di Paroki Santo
Mikael Pangkalan 1.
Penerapan Spiritualitas Pelayanan
Melayani dengan penuh cinta. Melayani bukanlah tugas yang hina, melainkan tugas yang luhur dan mulia. Apalagi Tuhan sendiri yang kita layani dalam
perayaan Ekaristi. Karenanya semangat ini juga menyiratkan rasa syukur atas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
kesempatan boleh melayani Tuhan dan sesama. Bukankah setiap umat bisa leluasa baik altar dan melayani imam. Tugas istimewa ini justru dipercayakan kepada
kita, para misdinar. Melayani tanpa pamrih, melayani tanpa pamrih berarti kita melayani Tuhan
dengan ketulusan hati dan tidak serta merta mengkomersilkan pelayanan kita kepada Tuhan. Dengan kata lain kita membeda-bedakan tugas pelayanan kita
tergantung mana yang kita sukai. Misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan sudah menerapkan spiritualitas pelayanan tersebut. terlihat dari keaktifan mereka
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya mereka dalam bertugas sebagai misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan.
Mereka juga terlihat dengan senang hati menjalankan tugas pelayannya terlihat dari jadwal yang sudah ditentukan oleh pengurus tidak ada yang kosong
dan mereka dengan sungguh-sungguh menjalankan tugasnya. Terkadang jika ada anggorta misdinar yang berhalangan hadir, maka dengan cepat anggota misdinar
yang lain menggantikannya dan mereka tidak merasa keberatan.
2. Penerapan Spiritualitas Kesetiaan
Spiritualitas kesetiaan ini melihat dari pelayanannya Tarsisius waktu itu yang dengan rela berkorban menyelamatkan Sakramanen Mahakudus agar tidak jatuh
ketangan orang-orang jahat yang berusaha untuk merebutnya. Dengan berani bahkan hingga kehilangan nyawanya pun Tarsisius berani mempertahankan
Sakramen Maha kudus. Tarsisius mempunyai alasan yang kuat untuk berani mempertahankan Sakramen Mahakudus itu karena Tarsisius mendapat tugas dari
Paus untuk mengirim Sakramen Mahakudus itu bagi para tahanan di penjara. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Sebagai misdinar kita kita perlu mecontoh Tarsisius secara detail dengan cara mengorbankan diri menyerahkan nyawanya untuk mempertahankan Sakramen
Mahakudus, tetapi cukup dengan kesetiaan kita kepada Allah untuk melayani saat perayaan Ekaristi. Dan inilah yang sudah ditunjukan dan diterapkan oleh misdinar
di Paroki Santo Mikael Pangkalan. mereka dengan setia melaksanakan tugas pelayanannya sebagai misdinar dengan siap sedia dalam menjalankan tugasnya
sebagai misdinar.
3. Penerapan Spiritualitas Ketaatan
Sama halnya dengan spiritualitas kesetiaan, spiritualitas ketaatan juga melihat dari ketaatannya Tarisius waktu itu yang dengan rela berkorban hingga
menyerahkan nyawanya hanya untuk mempertahankan Sakramen Mahakudus yang ia bawa untuk mengirim kepada pawa tahanan yang ada dipenjara. Sikapnya
yang berani menjadi contoh bagi para misdinar saat ini dan karena ketaatannya akan tugasnya dan juga penghormatannya kepada Sakramen Mahakudus.
Sebagai misdinar di Paroki Santo Mikael spiritualitas ketaatan ini sudah diterapkan pula pada saat mereka bertugas. Dengan taat dan tanggung jawab
mereka menjalankan tugasnya sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan bagi mereka. Baik saat tugas misdinar perayaan Ekaristi mingguan atau perayaan
Ekaristi besar, seperti Natal dan Paskah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI