2.1.4.2 Ciri Sosiologis Anak Usia 6-8 Tahun
Erikson  Nuryanti,  2008:  25  menyatakan  delapan  tahap  perkembangnan Psikologi Sosial Anak yang dimana pada usia sekolah dasar anak usia tersebut berada
pada tahap empat yaitu Industry vs. Inferiority Tekun vs. Rasa rendah diri. Tahap ini dilalui  ketika  anak  berusia  sekitar  6  sampai  12  tahun.  Pada  tahap  ini  anak-anak
mempelajari keterampilan yang lebih formal, seperti: a berhubungan dengan teman sebaya  berdasar  pada  aturan-aturan  tertentu  dan  b  berkembang  dari  pola  bermain
yang bebas menuju permainan yang menggunakan aturan dan memerlukan kerjasama kelompok.  Peneliti  melihat  bahwa  pada  usia  6-8  tahun  anak-anak  dapat
mengembangkan aspek-aspek sosial kehidupan mereka melalui kerja sama kelompok, yakni  memiliki  kesadaran  untuk  memelihara  pohon  bakau  dan  peduli  terhadap
lingkungan sekitar empowering. Anak-anak yang berhasil melalui tahap ini akan menjadi anak yang memiliki
rasa  percaya  dan  rasa  aman  yang  tinggi  dan  memiliki  inisiatif.  Kesempatan  inilah yang  menginspirasi  peneliti  mengembangkan  prototipe  buku  mewarnai  yang
memberikan dorongan bagi anak Mentawai, mengarahkan rasa percaya dan rasa aman
serta  inisiatif  yang  tinggi  untuk  melindungi  kekayaan  alamnya  seperti  pohon  bakau.
Selain  itu,  anak  usia  sekolah  dasar  masih  sangat  mudah  dibentuk  pola  pikir  dan karakter akan  cinta terhadap lingkungan
. Seperti  yang dinyatakan oleh J. Piaget  dan
L.  Kohlberg    Gunarsa    Yulia,  2008:  69  bahwa  anak  usia  6-12  tahun  mengalami tahap  perkembangan  moral  secara  teratur  mulai  dari  kosep  ‘tingkah  laku  baik’
sebagai suatu tin dakan yang khusus seperti ‘patuh pada ibu’ dilanjutkan tahap konsep
selajutnya ‘mencuri adalah salah’ sampai dengan kejujuran, hak milik, keadilan dan
kehormatan.
Peneliti  melihat  bahwa  pada  usia  6-8  tahun  anak  memiliki  kemampuan  yang cepat  beradaptasi  dengan  lingkungan  bermain,  mudah  mengikuti  pola  dinamika
belajar  yang  menyenangkan  sehingga  dapat  memungkinkan  anak-anak  juga  senang dengan  hal-hal  yang  berbau  cerita  dan  mewarnai  gambar.  Pada  masa  ini,  anak-anak
juga  memiliki  dorongan  untuk  melakukan  perbuatan-perbuatan  yang  dapat  dinilai
baik oleh orang lain salah satunya adalah menanam pohon bakau. 2.1.5
Peran Media Pembelajaran Dalam Konteks Pendidikan Arti Media 2.1.5.1
Pengertian Media
Kata  media  berasal  dari  bahasa  latin medius yang  secara  harfiah  berarti tengah,  perantara  atau  pengantar.  Dalam  bahasa  Arab  media  adalah  perantara  atau
pengantar  pesan  dari  pengirim  kepada  penerima  pesan  Arsyad,  2011:3.  Menurut Gerlach    Ely  Arsyad,  2009,  media  apabila  dipahami  secara  garis  besar  adalah
manusia, materi dan kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan  atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku
teks,  dan  lingkungan  sekolah  merupakan  media.  Sedangkan  menurut  Criticos Daryanto,  2011:  4  media  merupakan  salah  satu  komponen  komunikasi,  yaitu
sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.
Media  pembelajaran  adalah  sebuah  alat  yang  berfungsi  dan  dapat  digunakan untuk  menyampaikan  pesan  pembelajaran  Ena,  2001.  Pembelajaran  adalah  proses
komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Jadi dapat dikatakan bahwa, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bentuk  komunikasi  tidak  akan  berjalan  tanpa  bantuan  sarana  untuk  menyampaikan pesan.  Bentuk-bentuk  stimulus  dapaat  dipergunakan  sebagai  media,  diantaranya
adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gamabr bergerak atau tidak, tulisan dan suara yang direkam.
2.1.5.2 Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran