supaya anak-anak di Pulau Sikabaluan dan Pulau Sikakap menyadari tentang pentingnya mengkonservasi pohon bakau empowering sedini mungkin.
c. Validasi Ahli Terhadap Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru dan Anak
Peneliti menyusun lembar validitas kuoesioner instrumen pra penelitian untuk guru dan anak yang divalidasi oleh seorang ahli, agar peneliti dapat membuat
prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”. Adapun hasil validasi tersebut adalah:
Tabel 14. Pedoman Kelayakan Pra Penelitian untuk Guru
Rentang Skor Skor Maksimal 45
1 sd 11 STB
Keseluruhan instrumen tidak layak digunakan 12 sd 22
TB Keseluruhan instrumen belum layak digunakan
23 sd 33 B
Keseluruhan instrumen sudah layak dengan perbaikan
34 sd 45 SB
Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
Tabel 15. Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru
Total Skor Kelayakan
37 SB
Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
Hasil dari validasi ahli adalah 37 sangat baik yang berarti keseluruhan
instrumen sudah layak digunakan
Tabel 16. Pedoman Kelayakan Pra Penelitian untuk Anak
Rentang Skor Skor Maksimal 40
1 sd 10 STB
Keseluruhan instrumen tidak layak digunakan 11 sd 20
TB Keseluruhan instrumen belum layak digunakan
21 sd 30 B
Keseluruhan instrumen sudah layak dengan perbaikan 31 sd 40
SB Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
Tabel 17. Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Anak
Total Skor Kelayakan
35 SB
Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
Hasil validasi dari ahli adalah 35 sangat baik yang berarti keseluruhan
instrumen sudah layak digunakan. d.
Presentase Respon Guru dan Siswa dalam Mengisi Kuesioner
Dari 30 kuesioner yang disebarkan kepada 23 anak, ada 23 yang kembali. Sedangkan 30 kuesioner yang sebarkan kepada guru, ada 14 yang kembali karena
jumlah guru memang hanya ada 14 orang.
Tabel 18. Presentase Respon Guru dan Siswa dalam Mengisi Kuesioner
No Nama Instrumen
Jum. Disebar Jum. Kembali
1 Kuesioner pra penelitian untuk
anak 30
23 76.67
2 Kuesioner pra penelitian untuk
guru 14
14 100
Peneliti melihat bahwa ada respon baik dari guru dan anak terhadap pengisian kuesioner. Hal itu terlihat dari 30 kuesioner yang disebarkan kepada anak-anak,
hampir semua kembali. Semua guru juga mengisi kuesioner yang dibagikan dan mengembalikannya kepada peneliti.
3. Desain Produk
Peneliti menyusun prototipe buku mewarnai dengan judul “Memelihara Istana Bakau”. Buku mewarnai tersebut terdiri dari 14 kumpulan gambar-gambar pohon
bakau dan berbagai jenis ikan yang hidup di area pohon bakau. Ada empat belas gambar dalam buku yang diberi keterangan dengan menggunakan bahasa Mentawai
di bawah gambar-gambar tersebut. Misalnya, bahasa Mentawai untuk gambar1 “Pohon bakau dewasa”: bakat, 2 “Pohon bakau muda”: bakat simatuak, “Pohon
bakau kecil”: bakat sigoisok. Keterangan untuk berbagai gambar ikan juga langsung disebutkan namanya sesuai dengan bahasa Mentawai, sebab anak-anak di sana lebih
familiar dengan nama-nama tersebut, misalnya: patcengau, tuktukbekbek, sikapla, pamemelak
, labo,bue, butekbaga, peddeman, lagguk,tuktuk, dan kopek. Dalam setiap gambar ada narasi singkat berbahasa Indonesia tentang pentingnya merawat bakau
dan biota laut lainnya. Penggunaan bahasa Mentawai dalam penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebudayaan setempat yang masih kental dengan kehidupan
harmonis dengan alam, seperti arat sabulungan. Pada prinsipnya Arat Sabulungun merupakan suatu pengetahuan, nilai, aturan dan norma yang dipergunakan oleh
masyarakat dalam memahami serta menginterpretasi lingkungan hidup yang ada di sekitarnya yang terdiri dari pola-pola interaksi manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan,
tanah, air, udara, dan juga benda-benda hasil-hasil buatan manusia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil pemahaman tersebut digunakan untuk mendorong terwujudnya tindakan yang muncul dari orang-orang sebagai anggota masyarakat suku bangsa Mentawai.
Arat sabulungun adalah adat istiadat yang hidup dalam masyarakat yang tercakup di dalamnya kepercayaan kepada hal-hal supra natural seperti roh-roh dan arwah-arwah
yang mendiami seluruh alam ini baik tumbuh-tumbuhan, binatang, tanah dan benda- benda buatan manusia, sehingga merupakan juga kosmologi orang Mentawai.
Pujiraharjo Rudito, 2014. Peneliti melihat bahwa memakai bahasa Mentawai dalam upaya melestarikan
alam lingkungan sekitar merupakan sesuai dengan tradisi nenek moyang orang Mentawai yang diajarkan secara turun temurun. Oleh sebab itu memakai nama daerah
dalam buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”, akan membuat anak lebih cepat mengingat, memahami apa yang diajarkan, sekaligus merasa dihargai
sebagai orang mentawai
.
Gambar 2. Desain Cover Buku
Gambar 2. Desain 14 Gambar dalam Buku Mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”
4. Validasi Desain
Validasi desain dilakukan satu kali oleh seorang ahli kelautan dan perikanan Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan
Perikanan, Universitas Nusa Cendana, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Adapun hasil validator dengan latar belakang ilmu kelautan dan perikanan adalah:
Tabel 19. Validasi dari ilmu kelautan dan perikanan
N o.
Komponen yang dinilai Skor
Saran 1
2 4
5 1
Cover a.
Judul buku menarik b.
Judul buku sesuai dengan tujuan pengenalan konservasi ekosistem
bakau c.
Ilustrasi cover mendukung judul d.
Ilustrasi buku menggambarkan ekosistem bakau
V V
V V
Untuk point c tentang ilustrasi cover : gambar biota dalam ilustrasi cover
kurang beragam, didominasi oleh ikan. Mangrovenya hanya ada satu jenis
yang ditampilkan. Selain itu jangan lupa, ada moluska dan biota air
lainnya, bahkan ada burung d. sama dengan c.
2 Format penulisan buku
a. Sesuai kaidah penulisan buku
b. Gambar pada buku mendukung
tujuan V
V
3.
Bahasa d.
Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar.
e. Susunan kalimat dapat dipahami
oleh anak seusia 6-8 tahun. f.
Pilihan kata sesuai karakteristik anak
Definisi bakau terlalu rumit dipahami oleh anak berusia 6-8 tahun dengan
bahasa - bahasa yang baru seperti “komunitas”, ekosistem, pasang surut
4. Isi Buku
a. Gambar-gambar yang disajikan
memberi pengertian baru pada anak usia 6-8 tahun
Gambar-gambarnya kurang beragam dan kurang mewakili biota pada
ekosistem mangrove. Contoh biota yang tidak ada: gastropodakeong, ular,
burung
b. Isi cerita mengandung unsur
refleksi bagi anak untuk memelihara ekosistem bakau
c. Gambar menarik dan sesuai
keadaan nyata di Mentawai Saya
mengalami kesulitan
untuk menilai karena saya tidak mengetahui
keadaan nyata di Mentawai d.
Gambar mendukung imajinasi anak untuk mengembangkan
cerita mengenai ekosistem bakau e.
Gambar sesuai dengan kemampuan anak umur 6-8 tahun
dalam hal mewarnai dengan baik. Saran validator :
1. Apakah mangrove di Mentawai hanya berakar tongkattunjang saja? sebab ada satu lagi yang
khas dari mangrove yang memiliki perakaran cakar ayam atau yg lain. 2.
Coba tunjukkan pohon bakau dengan dua model perakaran yang khas di Mentawai. 3.
Beberapa gambar yang buram harus diperbaiki. Total Skor
1 + 4 + 36 + 10 = 51
Tabel 20. Pedoman Kelayakan Prototipe
Score Score Max 65
Keterangan 1 sd 16
STB Prototipe buku tidak layak digunakan
17 sd 32 TB
Prototipe buku belum layak digunakan 33 sd 48
B Prototipe buku sudah layak dengan
perbaikan 49 sd 65
SB Prototipe buku sudah layak digunakan
Hasil penilaian validator adalah 51. Berdasarkan tabel kelayakan tersebut di atas maka prototipe yang dikembangkan peneliti “sangat baik” sehingga layak
diujicobakan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Revisi Desain
Peneliti melakukan revisi desain sesuai dengan komentar validator, yaitu: pertama,
memperbaiki gambar yang buram. Kedua, tetap mempertahankan gambar bakau yang berakar tunjang, sebab pohon bakau yang berakar tunjang tersebut
merupakan bakau yang khas di Mentawai. a.
Memperbaiki gambar yang buram
b. Peneliti tetap mempertahankan gambar bakau yang berakar tunjang, sebab
pohon bakau yang berakar tunjang tersebut merupakan bakau yang khas di Mentawai. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa foto yang
didokumentasikan oleh peneliti ketika sedang menanam bakau di Mentawai.
Gambar 5 . Perbaikan gambar
Gambar 6 . Bakau berakar tunjang yang khas di Mentawai
6. Uji Coba Produk
Uji coba produk peneliti lakukan di SD St. Fransiskus Sikabaluan, pada tanggal 16-19 Juni 2015. Dilanjutkan pada tanggal 25 Juni 2015 peneliti
melakukan uji coba di Dusun Kosai Baru, Sikakap. Keterangan tentang pelaksanaan uji coba akan peneliti terangkan berikut ini:
a. Uji Coba Prototipe Buku di Sikabaluan