Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan 1 latar belakang masalah, 2 rumusan masalah, 3 tujuan penelitian, 4 manfaat penelitian, 5 spesifikasi produk yang diharapkan, dan 6 definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Kabupaten Kepulauan Mentawai khususnya di Pulau Sikabaluan dan Sikakap memiliki salah satu kekayaan alam yaitu ekosistem bakau yang tersebar di seluruh pantainya. Selain itu, Mentawai merupakan sebuah daerah kepulauan yang hampir sebagian besar bibir pantainya ditumbuhi dengan pohon bakau. Pada tahun 2007 dan 2010, terjadi gempa bumi dan bencana tsunami yang menyapu bersih semua daerah di bibir pantai selatan kepulauan Mentawai. Tsunami yang terjadi pada tahun 2007 dan 2010 menghancurkan daerah di sekitar pesisir pantai sehingga banyak masyarakat yang meninggal dan kehilangan sumber daya alamnya. Hal tersebut terjadi karena masyarakat di sekitar pantai kurang menyadari pentingnya memelihara pohon bakau sehingga menjadi rentan terhadap tsunami. Berdasarkan pengamatan peneliti sebagai salah satu warga masyarakat dari Sikakap melihat bahwa masyarakat di sana maupun di pulau-pulau lain seperti di Sikabaluan dan Siberut kurang menyadari pentingnya mengkonservasi bakau. Sekarang ini, ada banyak ekosistem bakau berada dalam kondisi sangat memprihatinkan atau yang mengalami kerusakan. Kerusakan itu terjadi karena ulah masyarakat yang melakukan penebangan pohon bakau secara liar yang mengakibatkan flora dan fauna khususnya biota laut yang hidup di sekitar bakau terancam punah. Mengatasi masalah ini, perlu ada kerja sama semua pihak baik di lingkungan masyarakat maupun sekolah. Kesadaran akan pentingnya menjaga kesatabilan atau keseimbangan ekologi lingkungan perairan pantai sangat berpengaruh terhadap kelestarian pohon bakau sehingga masyarakat khususnya anak-anak perlu mendapatkan pendidikan tentang konsep konservasi yang mendidik anak untuk mencintai lingkungan hidup. Menurut Suryono 2013: 18 manfaat bakau bisa dibagi menjadi 3 bagian yaitu dari segi fisik, biologis, dan ekonomis. Manfaat bakau dari segi fisik, untuk menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi, serta menahan badai atau angin kencang dari laut. Manfaat bakau dari segi biologis, yaitu sebagai tempat memijah dan berkembang biaknya ikan- ikan, kerang, kepiting dan udang; tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak berbagai burung dan satwa lain. Sedangkan manfaat bakau secara ekonomis adalah bakau bermanfaat untuk dijadikan kayu bakar, arang, bahan bangunan, bahan baku industri pupl, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik. Selain itu bakau juga dapat dijadikan sebagai tempat untuk pembibitan ikan, kerang, kepiting, serta tempat wisata, penelitian dan pendidikan. Berdasarkan gagasan di atas, peneliti mencari data-data awal tentang pemahaman guru dan anak usia 6-8 tahun di Sikabaluan tentang: 1 manfaat bakau bagi masyarakat, 2 bahaya jika merusak pohon bakau, 3 upaya-upaya yang sudah dilakukan untuk mengkonservasi pohon bakau, dan 4 sarana yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI diperlukan untuk menyadarkan atau memberdayakan empowering masyarakat tentang pentingnya mengkonservasi pohon bakau. Caranya: peneliti membagikan kuesioner kepada 23 anak kelas 1-3 SD St.Fransiskus Sikabaluan pada bulan Februari 2015. Peneliti mendapatkan data: 56.52 anak menjawab pohon bakau yang tidak terawat dapat membahayakan kehidupan ikan-ikan, 69.57 anak menjawab bahwa pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan pantai menjadi rusak, 73.91 anak menjawab bahwa pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan terjadinya erosi, 96.65 anak mengatakan bahwa perlu buku panduan tentang cara memelihara pohon bakau supaya tidak rusak. Kuesioner juga peneliti bagikan kepada 14 guru di SD St.Fransiskus Sikabaluan pada bulan Februari 2015. Hasilnya adalah: 100 guru melihat adanya kerusakan pohon bakau di sekitar pantai yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara menebang pohon bakau sembarangan, 92.86 guru mengetahui kerusakan ekosistem bakau dapat menyebabkan terjadinya bahaya erosi dan abrasi, 91.6 guru menjawab tidak pernah mendapat penyuluhan tentang cara meremajakan bakau, 83.3 guru menjawab jika mereka tidak pernah mengajarkan tentang pentingnya memelihara pohon bakau kepada anak-anak, dan 100 guru menyadari bahwa mereka memerlukan buku panduan yang dapat digunakan untuk menyadarkan anak tentang manfaat pohon bakau. Data-data tersebut menjadi acuan bagi peneliti melakukan penelitian pengembangan dengan menyusun prototipe berupa buku mewarnai berjudul “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”. Tujuannya menggugah kesadaran anak di Mentawai agar bersedia merawat kelestarian pohon bakau empowering yang menjadi salah satu kekayaan hayati kepulauan Mentawai. Prototipe buku yang dikembangkan berupa buku mewarnai karena dapat dijadikan sebagai media edukasi untuk membantu perkembangan anak pada usia 6-8 tahun yang sedang berada pada tahap operasional kokret dan intuitif. Kekhasan anak pada tahap tersebut menurut Piaget adalah mampu memperoleh pengetahuan secara simbolik melalui media tertentu dalam memahami sesuatu. Prototipe buku mewarnai yang dikembangkan peneliti dapat menjadi salah satu sarana untuk membantu siswa memperoleh persepsi atau pengetahuan tentang manfaat dan pentingnya merawat pohon bakau. Dengan demikian anak-anak tersebut diharapkan dapat menjadi generasi pembaharu yang memiliki kebiasaan menjaga kelestarian pohon bakau. Inilah konsep empowering pemberdayaan yang peneliti maksudkan untuk merealisasikan ide dari Sastrapratedja 2013:14 tentang pentingnya pendidikan yang membantu orang agar bertanggung jawab atas lingkungannya. Oleh sebab itu penelitian ini berjudul “Pengembangan Prototipe Buku Mewarnai Tentang Pohon Bakau untuk Anak 6-8 Tahun dalam Konteks Empowering Masyarakat Mentawai”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.2 Rumusan Masalah