power-within , yaitu kekuatan spritual yang ada dalam diri peserta didik. Power-within
inilah yang membuat manusia lebih manusiawi karena disitu dibangun harga diri manusia dan penghargaan terhadap martabat manusia dan nilai-nilai yang mengalir
dalam martabat itu.
2.1.3.2 Empowering dalam Pembelajaran
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dari pengertian ini tersirat bahwa dalam pembelajaran itu adanya dua hal yaitu adanya aktivitas individu siswa dan
adanya lingkungan yang dikondisikan secara khusus untuk mengarahkan aktivitas
siswa.
Aktivitas belajar siswa tidak hanya berpaku pada lingkungan sekolah atau di dalam kelas tapi juga di lingkungan luar sekolah. Bagi anak-anak, alam yang
terbentang adalah semesta bermain dan belajar Farida, et al. 2012. Lingkungan sekolah bukan satu-satunya tempat belajar anak. Dengan melangkah ke luar kelas,
bahkan keluar sekolah, pengalaman dan pengetahuan anak-anak akan berkembang lebih luas. Di luar kelas, anak-anak memiliki kesempatan yang lebih bervariasi untuk
mengikuti berbagai petualangan belajar yang mengandung nilai filosofis, teoritis, dan praktis. Dapat kita pahami bahwa dalam proses pembelajaran merujuk pada segala
peristiwa events yang bisa memberikan pengaruh langsung terjadinya belajar pada manusia Kurniawan, 2014:27.
Pembelajaran yang berkutat di kelas dan lingkungan sekolah secar terus menerus bisa membosankan bagi anak-anak. Petualangan yang terbuka akan
memantikkan kegembiraan, menghidupkan semangat, dan membuat belajar lebih menyenangkan. Outdoor learning efektif untuk pengembangan karakter dan wawasan
anak, karena merupakan miniatur dari kehidupan yang sesungguhnya sesuai dengan konsep pemberdayaan empowering dalam upaya perubahan dan pertumbuhan dalam
diri peserta didik dan perilaku yang tidak selalu mengutamakan perkembangan kognitif semata tetapi kepada peningkatan kemampuan individual untuk membentuk
atau mengorganisir terus menerus hubungannya dengan dunia internal dan eksternal. Salah satu kegiatan pembelajaran yang dilakukan di luar kelas adalah
conseravtion scot: program pengenalan konservasi lingkungan pada anak
conservation scot pernah dilakukan oleh Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar PGSD kepada anak-anak usia dini dan sekolah dasar 3-12 tahun. Tujuan dari
program ini adalah untuk menanamkan pendidikan karakter cinta lingkungan pada anak-anak. Davis 1998 dalam Sari, W 2014:34 menuliskan bahwa hubungan
antara anak dengan alam sekitarnya merupakan landasan yang penting untuk membangun hubungan yang baik antara manusia dengan alam. Secara alami, anak
adalah penjelajah alami. Mereka mengobservasi dan meneliti lingkungan di sekitar mereka secara alami dan belajar darinya learning by doing.
Kegiatan menanam bakau dan conseravtion scot merupakan kegiatan pembelajaran empowering yang bertujuan untuk menanamkan sikap atau karakter
cinta lingkungan kepada anak-anak sebagai generasi peduli lingkungan sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menanam bakau merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan kesadaran kepada anak-anak betapa pentingnya menjaga dan melestarikan pohon bakau untuk
kelangsungan hidup semua mahkluk hidup.
2.1.4 Perkembangan Anak Usia 6-8 Tahun