10
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan 1 Kajian Pustaka, 2 Penelitian yang Relevan dan 3 Kerangka berpikir.
2.1 KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Kepulauan Mentawai
2.1.1.1 Geografis Pulau Sikakap dan Pulau Sikabaluan
Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat dengan posisi geografis ya
ng terletak di antara 0055’00’’–3021’00” Lintang
Selatan dan 98035’00”–100032’00” Bujur Timur dengan luas wilayah tercatat 6.011,35 km2 dan garis pantai sepanjang 1.402,66 km. Secara geografis,
daratan Kabupaten Kepulauan Mentawai ini terpisahkan dari Provinsi Sumatera Barat oleh laut, yaitu dengan batas sebelah utara adalah Selat Siberut, sebelah selatan
berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah timur berbatasan dengan Selat Mentawai
serta sebelah
barat berbatasan
dengan Samudera
Hindia mentawaikab.bps.go.id.
Kondisi geografis kepulauan Mentawai yang kaya akan laut dan alamnya membuat masyarakat Mentawai banyak yang menjadi petani, nelayan, pedangang,
dan berkebun. Petani dan peladang bekerja untuk mengolah hasil kebun, nelayan bekerja untuk mengolah hasil laut, seperti memancing ikan, menyelam, dan budidaya
rumput laut, sedangkan pedagang bekerja untuk menampung semua hasil dari petani, peladang, dan nelayan. Kehidupan ini menjadi ciri khas masyarakat Mentawai karena
keanekaragaman hayati yang tersedia mempermudah mereka untuk bertahan hidup sesuai dengan kemampuannya.
Mentawai merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari beberapa puluh pulau. Pulau yang paling besar ada tiga, yakni Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai
Utara dan Pulau Pagai Selatan. Di antara ketiga pulau tersebut, pulau yang paling besar adalah Pulau Siberut dengan luas 4.480 km2. Sejak era otonomi daerah, pulau-
pulau Mentawai tidak lagi termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Padang Pariaman, melainkan menjadi kabupaten tersendiri, yaitu Kabupaten Kepulauan Mentawai
dengan ibukotanya Tuapejat dan termasuk wilayah Provinsi Sumatra Barat. Pulau Sikabaluan dan Sikakap merupakan daerah kepulauan yang memiliki
sumber kekayaan hayati seperti pohon bakau, terumbu karang, rumput laut, berbagai jenis ikan. Kekayaan tersebut menjadi sumber mata pencaharian masayarakat
Mentawai pada umumya. Ekosistem pohon bakau dimanfaatkan untuk mencari kepiting, memijah ikan-ikan kecil, dan berbagai kebutuhan hidup lainnya, seperti
kayu bakar, perabotan rumah, dll. Adanya terumbu karang yang masih terjaga menjadi mata pencaharian khusus bagi para nelayan untuk mendapatkan ikan, gurita,
dan hasil laut lainnya yang bisa dijual. Sedangkan rumput laut biasanya dibudidayakan di sekitar tepi pantai yang lautnya tenang yang terlindungi oleh
sekumpulan pohon bakau. Kecamatan Sikakap terletak di Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi
Sumatera Barat berjarak 150 meter dari lepas pastai Pulau Sumatera. Desa Sikakap sendiri mempunyai luas 202,3 Km2. Sejak lama Sikakap menjadi sebuah pusat kota
bagi penduduk yang berada di kawasan Pagai Utara dan Selatan. Penduduknya mayoritas Mentawai, Batak, Jawa, Flores, Nias, Minang, dan sejumlah kecil orang
kulit putih. Data Badan Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2014 menunjukkan
bahwa jumlah
penduduk berjumlah
9.544 jiwa
pencerahnusantara.org.
2.1.1.2 Latar Belakang Penduduk Masyarakat Mentawai