Tabel 23. Hasil Rekapan Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Buku Mewarnai
No Pernyataan
Persentase Jawaban
6 Siswa mengerti cara memelihara pohon bakau dengan tidak
mencabutnya sembarangan 93,3
7 Siswa memahami bahwa pohon bakau yang tidak terawat
dapat menyebabkan erosi 86,9
11 Dengan adanya buku mewarnai dapat menumbuhkan rasa
cinta siswa terhadap lingkungan sekitar 95, 6
Hasil persepsi siswa di Sikabaluan setelah mengikuti uji coba adalah 86.9 siswa memahami pohon bakau yang tidak terawat dapat menyebabkan erosi, 93.3
siswa mengerti cara memelihara pohon bakau dengan tidak mencabutnya sembarangan, 95. 6 siswa menyadari tentang pentingnya mencintai lingkungan
sekitar.
4.2 Pembahasan
Nilai validasi prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” adalah 51 maka layak diuji cobakan. Uji coba peneliti lakukan pada
tanggal 16-19 Juni 2015 di SD St.Fransisikus Sikabaluan. Hasil persepsi siswa seusai uji coba adalah 86.9 siswa mengetahui bahwa pohon bakau yang tidak terawat
dapat menyebabkan terjadinya erosi, 93.3 siswa mengerti salah satu cara memelihara pohon bakau adalah dengan tidak mencabutnya sembarangan, 95. 6
siswa menyadari tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar. Kualitas prototipe buku dinilai sangat baik oleh validator dan persepsi anak
terhadap prototipe tersebut juga sangat baik karena prototipe tersebut dikembangkan peneliti dengan memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Prototipe Berisi Gambar-gambar Biota Laut yang Bergantung pada
Keberadaan Pohon Bakau.
Pohon bakau mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna daerah pantai, hidup sekaligus di habitat daratan dan air laut,
antara batas air pasang dan surut. Ada banyak manfaat pohon bakau baik dari segi fisik, biologis, maupun ekonomis. Salah satu manfaat pohon bakau di kepulauan
Mentawai adalah tempat menghasilkan madu, kepiting, udang, tiram, kerang- kerangan dan ikan serta makanan bagi binatang serta tempat terbaik bagi
budidaya ikan air payau dalam keramba. Pohon bakau juga bermanfaat untuk memberikan tempat tumbuh bagi udang
dan ikan yang berimigrasi ke area pohon bakau mangrove ketika muda, dan kembali ke laut ketika mendekati usia matang seksual. Selain itu udang karang
dan ikan yang bereproduksi di hulu sungai freshwater upstream dan bermigrasi pada masa mudanya karena makanan yang berlimpah di daerah pohon bakau
mangrove. Pada penelitian ini, jenis biota laut yang menggantungkan hidupnya terhadap kelestarian pohon bakau adalah ikan dan kerang, seperti patcengau,
tuktukbekbek,sikapla, pamemelak , labo,bue, butekbaga, peddeman, lagguk,tuktuk,
dan kopek diterjemahkan dalam bahasa Mentawai. Buku mewarnai
“Memelihara Istana Bakau di Mentawai” terdiri dari
kumpulan gambar-gambar pohon bakau dan berbagai jenis ikan yang hidup di area pohon bakau. Jenis ikan dan kerang dipilih karena jenis biota laut tersebut
memiliki ketergantungan hidup terhadap kelestarian pohon bakau. Selain itu, jenis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
biota laut tersebut menjadi jenis biota laut yang familiar dengan anak-anak di Sikabaluan dan Sikakap.
Oleh sebab itu, prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di
Mentawai” yang berisi gambar-gambar biota laut dan bergantung pada keberadaan pohon bakau, sangat baik digunakan untuk membantu persepsi anak
6-8 tahun tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar empowering.
2. Prototipe Buku Mewarnai menjadi Sarana Pendidikan Cinta
Lingkungan Hidup Demi Masa Depan Mentawai yang Lebih Baik.
Bumi Mentawai memiliki kekayaan hayati yang demikian besar yang harus diupayakan kelestariannya. Salah satu kekayaan hayati di sana adalah adanya
pohon-pohon bakau Rhizopora sp. Akar-akar pohon bakau yang tumbuhnya melengkung, saling berkelindan satu sama lain menunjukkan jika pada dasarnya
pohon-pohon tersebut telah membentuk pagar alami untuk melindungi pantai dari gerusan abrasi. Sementara itu, di bawah naungan kerindangan pohon-pohon bakau
tersebut hiduplah kerang, kepiting dan biota laut lainya. Sayangnya, ada beberapa masyarakat Mentawai yang akhir-akhir ini kurang memiliki kesadaran untuk
melestarikan bakau, terumbu karang, dll dan beberapa mayarakat Mentawai kerap
menebang pohon-pohon
bakau untuk
memenuhi kebutuhan
perekonomiannya tanpa memikirkan upaya untuk melakukan penghijauan. Upaya tersebut akan berjalan dengan baik jika anak-anak bisa belajar untuk mengetahui
cara memelihara pohon bakau.
Pendidikan karakter cinta lingkungan adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total
keseluruhan dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta
komitmen untuk bekerja sama, baik secara individu maupun secara kolektif, untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah
timbulnya masalah baru.
Upaya untuk mengintegrasikan pendidikan cinta lingkungan baik di kelas maupun di tengah masyarakat Mentawai peneliti lakukan karena mendapat
insp irasi saat mengikuti “Program pengenalan konservasi lingkungan pada anak
conservation scout ” di Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar PGSD –
Universitas Sanata Dharma. Program tersebut ditujukan kepada anak-anak usia dini dan sekolah dasar 3-12 tahun. Tujuan dari program ini adalah untuk
menanamkan pendidikan karakter cinta lingkungan pada anak-anak. Davis 1998 menuliskan bahwa hubungan antara anak dengan alam sekitarnya merupakan
landasan yang penting untuk membangun hubungan yang baik antara manusia dengan alam. Secara alami, anak adalah penjelajah alami. Mereka mengobservasi
dan meneliti lingkungan di sekitar mereka secara alami dan belajar darinya learning by doing.
Belajar adalah aktivitas pengembangan diri, bukan sekedar menguasai hafalan atau mengerjakan latihan tetapi tujuan dari belajar yang utama bukan semata-
mata demi mendapatkan nilai yang tinggi, tapi menguasai sejumlah keterampilan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lifeskill yang diperoleh dari proses belajar. Hal tersebut peneliti upayakan dengan mengajak anak-anak belajar di luar kelas untuk melakukan aksi menanam
pohon bakau. Sedini mungkin anak-anak tersebut dilatih untuk memiliki kepedulian terhadap upaya mengkonservasi bakau supaya mereka tumbuh
menjadi generasi pembaharu Mentawai yang peduli terhadap lingkungannya.
Oleh karena itu, dengan aktivitas menanam bakau yang peneliti dan anak-anak lakukan menjadi salah satu cara memelihara kekayaan hayati pohon bakau dan
anak-anak di Mentawai dapat menjadi peduli terhadap lingkungan.
Peneliti berharap dengan inspirasi tersebut menjadi landasan yang kuat bagi peneliti untuk mengintegrasikan pendidikan cinta lingkungan hidup melalui
penyuluhan kepada masyarakat sehingga pendidikan lingkungan hidup dapat mengubah perilaku dan sikap yang bisa meningkatkan pengetahuan ketrampilan
dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan dan akhirnya mampu menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif
dalam upaya pelestarian lingkungan dan keselamatan untuk kepentingan generasi
Mentawai sekarang dan masa yang akan datang. 3.
Prototipe Dikembangkan dalam Bentuk Buku Gambar yang Sesuai dengan Karakteristik Anak Usia 6-8 Tahun.
Mewarnai merupakan kegiatan memberi warna pada suatu media tertentu atau pada media bergambar. Mewarnai merupakan suatu keterampilan yang disukai
oleh anak, khususnya anak-anak usia 3-9 tahun dalam hal ini penelitian peneliti masuk ke dalam tahap usia 6-8 tahun sebab mewarnai menjadi media bagi
mereka untuk menuangkan segala imajinasi dan inspirasi tentang segala hal yang pernah disentuh atau dialami.
Prototipe buku yang dikembangkan peneliti berisi 14 gambar yang dapat digunakan anak untuk mengembangkan imajinasinya. Peneliti memilih media
mewarnai buku karena sesuai dengan karakterisitik anak yang berada pada tahap praoperasional konkrit dan intuitif. Adapaun ciri pokok perkembangan pada tahap
praoperasional konkret usia 2-4 tahun ini adalah anak mampu menggunakan simbol dan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat
sederhana . Gambar biota laut yang ada di dalam buku mewarnai “Memelihara
Istana Bakau di Mentawai” menjadi salah satu simbol yang digunakan peneliti dalam mengembangkan kemampuan anak untuk memahami menggambarkan
suatu konsep melalui media gambar. Peneliti juga menggunakan bahasa Mentawai dalam setiap keterangan gambar biota laut. Tujuannya adalah agar
anak-anak mampu memahami dan mengasah kemampuan berbahasanya melalui bahasa Indonesia dan Mentawai dengan baik.
Pada usia 6-8 tahun merupakan masa-masa sensitif anak usia dini yang mencakup sensitivitas terhadap keteraturan lingkungan, mengeksplorasi
lingkungan dengan lidah dan tangan, berjalan, sensitivitas terhadap obyek-obyek kecil dan detail, serta terhadap aspek-aspek sosial kehidupan. Oleh sebab itu
dalam penelitian ini periode sensitifitas anak diolah melalui kegiatan mewarnai dan menggambar. Selain itu dalam mengeksplorasi lingkungan dengan tangan dan
berjalan, peneliti mengajak anak-anak untuk melihat dan menanam secara langsung pohon bakau di tepi pantai.
Oleh sebab itu, prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” peneliti kembangkan untuk membantu persepsi anak 6-8 tahun tentang
pentingnya mencintai lingkungan sekitar empowering khususnya pohon bakau.
4. Kelebihan dan Kekurangan Produk
Melalui validasi dan uji coba, peneliti memperoleh masukan tentang kualitas produk yang peneliti kembangkan. Data tersebut membantu peneliti untuk dapat
mengetahui kelebihan dan kelemahan produk yang peneliti kembangkan. Berikut penjelasan mengenai kelebihan dan kelemahan produk berupa prototipe buku
mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” unutuk Anak 6-8 tahun.
a. Kelebihan Produk Buku Mewarnai