53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti akan menguraikan hasil penelitian yang berisi tentang: 1
prosedur pengembangan prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” untuk anak 6-8 tahun dalam konteks empowering masyarakat Mentawai
dan 2 deskripsi kualitas prototipe buku mewarnai “Memelihara Istana Bakau di
M entawai” membantu persepsi anak 6-8 tahun tentang pentingnya mencintai
lingkungan sekitar empowering. Selain itu, akan dibahas pula tentang pembahasan hasil penelitian. Semuanya itu akan peneliti uraikan berikut ini.
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Prosedur Pengembangan Prototipe Buku Mewarnai
Prototipe buku mewarnai berjudul “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”
peneliti kembangkan dengan mengadopsi enam langkah dari sepuluh yang ditawarkan oleh Sugiyono. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai
berikut: 1.
Potensi dan Masalah
Pulau Sikabaluan dan Sikakap memiliki salah satu kekayaan alam yaitu ekosistem bakau yang tersebar di seluruh pantainya. Adapun potensi yang peneliti soroti adalah
tentang manfaat dari pohon bakau sebagai salah satu kekayaan hayati di kepulauan Mentawai khsususnya di Pulau Sikabaluan dan Sikakap. Menurut Suryono 2013: 18
manfaat bakau bisa dibagi menjadi 3 bagian yaitu dari segi fisik, biologis, dan ekonomis. Manfaat bakau dari segi fisik, untuk menjaga garis pantai agar tetap stabil,
melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi, serta menahan badai atau angin kencang dari laut. Manfaat bakau dari segi biologis, yaitu sebagai tempat
memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang; tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak berbagai burung dan satwa lain.
Sedangkan manfaat bakau secara ekonomis adalah bakau bermanfaat untuk dijadikan kayu bakar, arang, bahan bangunan, bahan baku industri pupl, tanin, kertas, tekstil,
makanan, obat-obatan, kosmetik. Selain itu bakau juga dapat dijadikan sebagai tempat untuk pembibitan ikan, kerang, kepiting, serta tempat wisata, penelitian dan
pendidikan. Peneliti sebagai salah satu warga masyarakat dari Sikakap melihat bahwa
masyarakat di sana maupun di pulau-pulau lain seperti di Sikabaluan dan Siberut kurang menyadari pentingnya mengkonservasi bakau. Sekarang ini, ada banyak
ekosistem bakau berada dalam kondisi sangat memprihatinkan atau yang mengalami kerusakan. Kerusakan itu terjadi karena ulah masyarakat yang melakukan
penebangan pohon bakau secara liar yang mengakibatkan flora dan fauna khususnya biota laut yang hidup di sekitar bakau terancam punah.
Hal tersebut selaras dengan pendapat dari Sulistiyowati, H 2009 dalam jurnal yang berjudul “Biodiversitas Mangrove di Cagar Alam Pulau Sempu” yang melihat
bahwa keberadaan hutan mangrove sekarang ini cukup mengkhawatirkan karena ulah manusia untuk kepentingan konversi lahan sebagai tambak, pemukiman,
perhotelan, ataupun tempat wisata. Oleh karena itu sepanjang pesisir utara Jawa hutan-hutan mangrove ditebang secara legal maupun illegal. Aktivitas ini mampu
menurunkan populasi mangrove hingga lebih dari 50 dalam kurun waktu 30 tahun. Hal tersebut apabila dibiarkan berlarut-larut akan mengakibatkan flora dan
fauna khususnya biota laut yang hidup di sekitar bakau akan menjadi punah. Selain itu dapat menyebabkan terjadi abrasi yang berampak pada potensi bahaya tsunami.
2. Pengumpulan Data
Hasil pengamatan peneliti tersebut peneliti perkuat dengan menyusun kuesioner pra penelitian tentang 1 manfaat bakau bagi masyarakat, 2 bahaya jika
merusak pohon bakau, 3 upaya-upaya yang sudah dilakukan untuk mengkonservasi pohon bakau, dan 4 sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau
memberdayakan empowering masyarakat tentang pentingnya mengkonservasi pohon bakau. Kuesioner dibagikan kepada 23 anak kelas 1-3 dan kepada 14 orang
guru SDK St.Fransiskus Sikabaluan pada bulan Februari 2015.
a. Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru