KERANGKA BERPIKIR LANDASAN TEORI

peneliti mendapatkan inspirasi untuk membuat suatu desain pembelajaran berupa buku mewarnai. Apabila dibuat dalam bentuk skema, maka konsepnya adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan

2.3 KERANGKA BERPIKIR

Ide dari Edi Mulayadi, dkk tentang strategi pengembangan hutan mangrove dan dari Kadek Karina Kurniawan tentang menciptakan media komunikasi visual dalam proses edukasi terumbu karang, menginspirasi peneliti untuk mengembangkan prototipe buku mewarnai. Prototipe yang peneliti kembangkan berupa buku mewarnai Penelitian II Kadek Karina Kurniawan Penelitian I Edi Mulyadi,dkk Strategi Pengembangan Mangrove: Ekowisata Menghasilkan modul strategi pengembangan dan pengolahan hutan mangrove di sungai Wain Balikpapan melalui konsep ekowisata. Pengembangan Prototipe Buku Mewarnai tentang Pohon Bakau untuk Anak 6-8 Tahun dalam Konteks “Empowering” Masyarakat Mentawai. Menciptakan media komunikasi visual: Edukasi terumbu karang Menghasilkan desain komunikasi visual yang menarik dan menyenangkan anak sehingga memotivasi anak dalam memahami terumbu karang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan judul “Memelihara Istana Bakau di Mentawai”. Prototipe buku tersebut dapat dijadikan sarana pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas untuk menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya mengkonservasi pohon bakau yang menjadi salah satu kekayaan hayati kepulauan Mentawai. Masyarakat Mentawai mempunyai tingkat pendidikan yang cukup rendah. Melihat dunia pendidikan di Mentawai khususnya di tingkat SD yang masih rendah, minimnya bahan ajar salah satunya buku, dan minimnya media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar, maka sebagai calon guru ikut menyumbangkan pemikiran untuk menyediakan salah satu media buku mewarnai karena buku merupakan media yang penting untuk belajar. Media buku gambar itu penting karena anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata berkaitan dengan imajinasi. Hasil pengamatan peneliti yang didukung oleh data dari kuesioner pra penelitian yang dibagikan kepada 14 guru dan 23 anak di SDK St.Fransiskus Sikabaluan, menunjukkan bahwa pohon bakau di Mentawai saat ini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dimana banyak ditemukan pohon bakau yang mengalami kerusakan akibat ulah manusia maupun secara alami karena gempuran ombak. Kerusakan itu terjadi karena ulah masyarakat yang melakukan penebangan pohon bakau secara liar yang mengakibatkan flora dan fauna khususnya biota laut yang hidup di sekitar bakau punah. Selain itu masyarakat pun melakukan eksploitasi terhadap bakau dengan tujuan untuk bahan bangunan, kayu bakar, dan lain-lain yang menyebabkan terjadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pergeseran garis pantai sehingga dapat menyebabkan abrasi, habitat biota laut yang terancam, dan potensi bahaya terhadap tsunami. Hal tersebut membuat peneliti menjadi prihatin sehingga peneliti terdorong untuk menyusun prototipe buku berjudul “Pengembangan Prototipe Buku Mewarnai Tentang Pohon Bakau Untuk Anak 6-8 Tahun dalam Konteks Empowering Masyarakat Mentawai ”. Prototipe yang peneliti susun berupa buku mewarnai berjudul “Memelihara Istana Bakau di Mentawai” terdiri dari empat belas gambar dengan keterangan berbahasa Mentawai di bawahnya. Ke- 14 gambar tersebut adalah gambar: pohon bakau dewasa bakat, pohon bakau muda simatuak, pohon bakau kecil bakat sigoisok, ikan patcengau, ikan tuktukbekbek, ikan sikapla, ikan pamemelak , ikan labo,ikan bue, ikan butekbaga, ikan peddeman, lagguk,tuktuk, dan kopek. Nama-nama biota laut tersebut disusun dengan nama lokal Mentawai supaya mempermudah anak-anak untuk mengenal dan merawatnya.

2.4 PERTANYAAN PENELITIAN