226 Selanjutnya PNI mengadakan kongres pertama pada tanggal 27 30
Mei 1927 di Surabaya yang berhasil menyusun program kerja yang meliputi bidang politik untuk mencapai Indonesia merdeka, bidang ekonomi untuk
mencapai perekonomian nasional, dan bidang sosial untuk memajukan pendidikan nasional. Pada tanggal 18 20 Mei 1929, diadakan kongres kedua di Jakarta.
Pola perjuangan PNI yang khas adalah pola perjuangan yang bersifat agitasi Politik. Soekarno sering mengumpulkan massa dan berpidato di depannya.
Oleh sebab itulah pada tanggal 29 Desember 1929, Pemerintah Hindia Belanda menangkap empat orang tokoh PNI yaitu Ir. Soekarno, R. Gatot Mangkoepraja,
Maskeon Soemadiredja,
dan Soepriadinata. Pada sidang pemeriksaan di pengadilan Bandung, Ir. Soekarno melakukan pembelaan yang berjudul Indonesia
Menggugat.
Gambar 7.12 Ir. Soekarno berfoto bersama dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional
lainnya di depan sidang pengadilan kolonial Bandung pada tahun 1929
Sumber: Lukisan Sejarah, halaman 32
Pada tanggal 25 April 1931, PNI dibubarkan. Pembubaran ini menimbulkan perpecahan dikalangan pendukung PNI. Akibatnya PNI pecah menjadi dua
yaitu Partai Indonesia Partindo di bawah pimpinan Mr. Sartono dan Partai Nasional Indonesia PNI Baru
di bawah pimpinan Drs. Moh. Hatta.
e. Fraksi Nasional
Fraksi Nasional didirikan di Jakarta pada tanggal 27 Januari 1930. Fraksi Nasional ini beranggotakan 10 orang anggota Volksraad yang merupakan
wakil-wakil dari Jawa, Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan. Mohammad Husni Thamrin
diangkat sebagai ketua. Adapun tujuan Fraksi Nasional adalah menjamin adanya kemerdekaan nasional dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, di
antaranya melalui jalan :
Di unduh dari : Bukupaket.com
227 1
Mengadakan perubahan-perubahan ketatanegaraan; 2
Menghapus perbedaan-perbedaan politik dan intelektual; 2
Mengusahakan kedua hal itu dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan hukum.
f. Perhimpunan Bangsa Indonesia PBI dan Partai Indonesia
Raya Parindra Perhimpunan Bangsa Indonesia PBI berdiri tahun 1935. PBI didirikan
di Surabaya oleh dr. Sutomo. Selanjutnya PBI disatukan menjadi Parindra yang lahir pada bulan Desember 1935. Parindra merupakan fusi dari Budi
Utomo dan PBI. Parindra bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia Raya. Dalam bidang politik, Parindra mulai menggalang persatuan politik
setelah kegagalan Petisi Sutardjo. Penggalangan persatuan politik itu menuju pada pembentukan badan konsentrasi nasional yang nanti disebut Gabungan
Politik Indonesia
GAPI pada bulan Mei 1939.
g. Gabungan Politik Indonesia GAPI
Gabungan Politik Indonesia didirikan atas prakarsa Muhammad Husni Thamrin pada tanggal 21 Mei 1939. Pembentukan GAPI ini di antaranya
dilatarbelakangi oleh: 1
kegagalan Petisi Sutardjo; 2
sikap pemerintah Kolonial Belanda yang kurang memperhatikan kepentingan- kepentingan bangsa;
3 semakin gawatnya situasi internasional sebagai akibat meningkatnya pengaruh
fasisme. Petisi Sutardjo
adalah petisi yang diajukan oleh Sutardjo dalam dewan rakyat Volksraad. Ia mengusulkan kepada pemerintah Hindia-Belanda agar
diadakan konferensi Kerajaan Belanda untuk membahas status politik Hindia- Belanda dalam 10 tahun mendatang yang berupa status otonomi. Hal itu
dimaksudkan agar tercapai kerja sama yang mendorong rakyat untuk menentukan kebijakan politik, ekonomi, dan sosial. Petisi itu tidak seluruhnya diterima
oleh anggota dewan. Hal itu disebabkan petisi dianggap merendahkan martabat bangsa dengan jalan meminta-minta pada Pemerintah Hindia-Belanda. Secara
mayoritas, anggota dewan menyetujui petisi ini, tetapi pemerintah Hindia- Belanda berpandangan lain. Usulan dalam petisi itu dianggap tidak wajar
dan masih terlalu prematur.
Langkah-langkah yang diambil GAPI kemudian adalah mengadakan aksi dan menuntut pembentukan parlemen, tetapi bukan parlemen seperti Volksraad
Di unduh dari : Bukupaket.com
228
Kegiatan 7.3
yang sudah ada. Parlemen yang dimaksud adalah parlemen yang disusun dan dipilih oleh rakyat Indonesia.
Menghadapi tuntutan GAPI Indonesia Berparlemen maka dibentuklah Komisi Visman yang bertugas menyelidiki dan mempelajari sejauhmana kehendak
rakyat dengan perubahan-perubahan ketatanegaraan atau pemerintahan. Selanjutnya untuk memperjelas tuntutan, GAPI membentuk suatu panitia yang
bertugas menyusun bentuk dan susunan ketatanegaraan Indonesia. Hasil panitia itu, kemudian disampaikan dalam pertemuan antara wakil-wakil GAPI dengan
Komisi Visman pada tanggal 14 Februari 1941. Hasilnya ternyata bahwa Indonesia masih ingin tetap berada dalam ikatan kerajaan Belanda.
4. Organisasi Pergerakan Perempuan