109 Secara ekonomi masyarakat Aceh mengalami perkembangan secara pesat.
Hal ini disebabkan daerahnya yang subur. Kesuburan tersebut ditandai dengan dihasilkannya barang-barang ekspor lainnya seperti beras, timah, emas, perak,
dan rempah-rempah di pelabuhan Aceh. Pada masa Iskandar Muda, ia berusaha mengembangkan tanaman lada sebagai komoditas dagang utama. Agar harga
lada di Aceh tetap tinggi, kebun-kebun di Kedah dibabat habis, sedangkan kebun lada di Aceh terus dipelihara. Dengan cara ini, pedagang-pedagang
dari Barat hanya bisa membeli lada dari Aceh. Dengan monopoli ini, Aceh memperoleh keuntungan yang besar.
Kerajaan Aceh memiliki hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain, baik dari Barat maupun dari Timur. Pertukaran diplomat dan kerja sama
ekonomi dengan Turki telah terbina sejak tahun 1582. Menurut Hikayat Aceh
, Kerajaan Aceh telah mengadakan perjanjian politik dan dagang dengan Kamboja, Champa, Chiangmai, Lamer, Pashula, dan Cina. Selain itu, Aceh
juga memiliki hubungan diplomatik dengan Prancis, Inggris, dan Belanda. Kerajaan Aceh mengalami kemunduran sepeninggal Sultan Iskandar Muda,
pada tahun 1636. Penggantinya Sultan Iskandar Thani 1637-1641, melakukan perluasan wilayah seperti yang dilakukan oleh sultan-sultan sebelumnya. Setelah
itu, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan Aceh. Faktor lainnya yaitu perselisihan yang terus terjadi antara golongan Teuku dan golongan
Tengku.
Teuku adalah golongan bangsawan, sedangkan Tengku adalah pemuka agama. Kerajaan Aceh bertahan selama empat abad, sampai Belanda
mengalahkannya dalam Perang Aceh 1873-1912.
Gambar 4.5 Makam Sultan Iskandar Muda
Sumber: Ensiklopedi Islam 1, halaman 52
4. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam yang pertama di Pulau Jawa. Kerajaan Demak berdiri sekitar abad ke-15 M. Pendiri kerajaan ini adalah
Raden Patah, seorang putra Raja Majapahit Kertawijaya yang menikah dengan
putri Campa. Secara geografis Demak terletak di Jawa Tengah.
Di unduh dari : Bukupaket.com
110
Gambar 4.6 Wilayah kekuasaan Demak
Sumber: Chalid Latif, 2000, Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia, halaman 19
Pada masa Kerajaan Majapahit, Demak merupakan salah satu wilayah kekuasaannya. Ketika Kerajaan Majapahit mengalami kehancuran akibat
perang saudara tahun 1478, Demak bangkit menjadi kerajaan Islam yang pertama di Pulau Jawa. Candrasangkala pada Masjid Demak menyatakan
bahwa tahun 1403 Saka 1481 sebagai tarikh berdirinya Kerajaan Demak.
Kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan besar, di bawah kepemimpinan Raden Patah 1481-1518. Negeri-negeri di pantai utara Jawa
yang sudah menganut Islam mengakui kedaulatan Demak. Bahkan Kekuasaan Demak meluas ke Sukadana Kalimantan Selatan, Palembang, dan Jambi.
Pada tahun 1512 dan 1513, di bawah pimpinan putranya yang bernama Adipati Unus,
Demak dengan kekuatan 90 buah jung dan 12.000 tentara berusaha membebaskan Malaka dari kekuasaan Portugis dan menguasai perdagangan
di Selat Malaka. Karena pernah menyerang ke Malaka Adipati Unus diberi gelar Pangeran Sabrang Lor Pangeran yang pernah menyeberang ke utara.
Kerajaan Demak dianggap sebagai pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Ajaran Islam berkembang dengan pesat karena didukung oleh
peranan Walisongo. Demak banyak melahirkan wali, seperti Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Kudus, dan Sunan Murya. Peranan sunan-sunan yang
berasal dari Demak ini sangat besar dalam penyebaran Islam di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada masa pemerintahan Raden Patah, ia didampingi oleh
Sunan Kalijaga yang sangat berjasa dalam pembangunan Masjid Demak, yang gaya arsitekturnya merupakan perpaduan antara gaya Jawa Hindu
dengan gaya Islam. Kehidupan sosial masyarakat Demak sudah mendapat pengaruh Islam, dengan digunakannya hukum-hukum yang berlaku dalam
ajaran Islam dalam kehidupan sosial.
Wilayah kekuasaan Kerajaan Demak
Di unduh dari : Bukupaket.com
111 Perekonomian Demak berkembang ke arah perdagangan maritim dan
agraria. Ambisi Kerajaan Demak menjadi negara maritim diwujudkan dengan upayanya merebut Malaka dari tangan Portugis, namun upaya ini ternyata
tidak berhasil. Perdagangan antara Demak dengan pelabuhan-pelabuhan lain di Nusantara cukup ramai, Demak berfungsi sebagai pelabuhan transito
penghubung daerah penghasil rempah-rempah dan memiliki sumber penghasilan pertanian yang cukup besar.
Setelah Raden Patah wafat pada tahun 1518 M, Kerajaan Demak dipimpin oleh Adipati Unus 1518-1521. Ia menjadi Sultan Demak selama tiga tahun.
Kemudian ia digantikan oleh adiknya yang bernama Sultan Trenggana 1521- 1546 melalui perebutan takhta dengan Pangeran Sekar Sedo Lepen. Untuk
memperluas daerah kekuasaannya, Sultan Trenggana menikahkan putra-putrinya, antara lain dinikahkan dengan Pangeran Hadiri dari Kalinyamat Jepara dan
Pangeran Adiwijaya
dari Pajang. Sultan Trenggana berhasil meluaskan kekuasaannya ke daerah pedalaman. Ia berhasil menaklukkan Daha Kediri,
Madiun, dan Pasuruan. Pada saat melancarkan ekspedisi melawan Panarukan, Sultan Trenggana terbunuh. Pada masa Sultan Trenggana, wilayah kekuasaan
Kerajaan Demak sangat luas meliputi Banten, Jayakarta, Cirebon Jawa Barat, Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur.
Wafatnya Sultan Trenggana 1546 menyebabkan kemunduran Kerajaan Demak. Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Prawato putra Sultan
Trenggana dengan Aria Panangsang keturunan Sekar Sedo Lepen adik Sultan Trenggana. Dalam perebutan kekuasaan itu, Aria Panangsang membunuh
Pangeran Prawoto dan putranya, Pangeran Hadiri. Ratu Kalinyamat dan Aria Pangiri memohon bantuan kepada Adiwijaya di Pajang. Dalam pertempuran
itu, Adiwijaya berhasil membunuh Aria Panangsang. Setelah itu, Adiwijaya memindahkan ibu kota Kerajaan Demak ke Pajang pada tahun 1568. Peristiwa
ini menjadi akhir dari Kerajaan Demak.
Gambar 4.7 Masjid Agung Demak merupakan masjid tertua di Indonesia
Sumber: Ensiklopedi Islam 1, halaman 300
Di unduh dari : Bukupaket.com
112
5. Kerajaan Pajang