180
Kegiatan 6.2
dalam meningkatkan hasil-hasil perkebunan untuk keperluan barang dagangan dan pemenuhan kebutuhan perang. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah
Pemerintah Hindia-Belanda untuk memperhatikan nasib dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Akhirnya, melalui usulan dan kritikan tersebut muncullah Etische
Politik
atau Politik Etis yang diprakarsai oleh Theodore Condradt Van Deventer. Politik Etis merupakan sikap balas budi Pemerintah Hindia-Belanda terhadap
rakyat Indonesia. Adapun sasaran dari Politik Etis ini meliputi irigasi, emigrasi, dan edukasi. Pada awalnya, Politik Etis direncanakan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat di Hindia-Belanda. Namun demikian, politik tersebut ternyata hanya untuk kepentingan kolonial semata. Misalnya, irigasi untuk
pengairan perkebunan milik Belanda bukan untuk pribumi, edukasi untuk mencetak tenaga murah dalam rangka memenuhi tenaga kerja di perkebunan
milik Belanda, dan emigrasi hanya untuk menutupi kekurangan tenaga kerja di perkebunan milik Belanda. Melihat hal tersebut, bangsa Belanda sendirilah
yang menikmati hasil dari politik ini.
Diskusikan apa dampak dari Politik Etis bagi perkembangan nasionalisme di Indonesia
C. SISTEM PEMERINTAHAN PADA MASA KOLONIAL
Kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Dunia Timur, khususnya Indonesia telah
memberikan banyak perubahan dalam berbagai segi kehidupan bangsa. Sebagai contoh,
sebelum kedatangan dan penguasaan bangsa Barat di Indonesia, sistem pemerintahan,
struktur birokrasi, dan sistem hukum yang berlaku adalah sistem pribumi . Sistem
pemerintahan yang dimaksud adalah sistem pemerintahan berbentuk kerajaan atau kesultanan. Struktur birokrasi yang didominasi oleh kekuasaan raja atau
sultan, kemudian dibantu oleh orang-orang kepercayaan yang berada di bawahnya, seperti Penasihat Kerajaan, Patih, Menteri, dan Panglima.
Struktur pemerintahan yang telah lama berjalan sebelum kedatangan kaum imperialis tersebut merupakan suatu bentuk birokrasi yang menuntut ketaatan
penuh dari bawahan rakyat kepada atasan raja sultan dan para pembantunya, namun tidak menjadikan rakyat terbebani. Sebaliknya, membentuk hubungan
antara raja dengan rakyat yang dikenal dengan nama patron-client. Patron
Kata-kata kunci
• patron-client • pangreh praja
• binenland bestuur • zelfbestuur
Di unduh dari : Bukupaket.com
181 memiliki hak yang lebih baik kedudukannya, kebesarannya, kehormatannya
dan segala hak-hak istimewanya. Sebaliknya client, memiliki kewajiban untuk mengabdi, menghormati, dan taat kepada patron yang dianggap sebagai
pelindungnya. Patron ini biasanya sebagai atasan dan client sebagai bawahan. Hubungan patron-client dapat diibaratkan hubungan bapak-anak. Jadi, raja
harus merasa dirinya sebagai bapak yang harus menaungi rakyatnya sebagai anak. Kalaupun rakyat bekerja untuk raja, itu semata-mata bagian dari pengabdian
anak terhadap bapaknya. Keadaan itu mencerminkan sistem politik tradisional. Oleh karena itu, secara umum dengan pola hubungan patron-client ini raja
memiliki wibawa yang tinggi dan rakyat berada dalam kehidupan yang sejahtera.
Ketika kolonialisme dan imperialisme masuk ke Indonesia, sistem pemerintahan tradisional tadi diganti oleh sistem pemerintahan kolonial. Dalam
sistem kolonial ini, pihak penjajah berperan sebagai pihak yang menguasai dan menjajah, sementara pihak pribumi harus tunduk atas segala peraturan
yang diterapkan pihak kolonial. Hubungan patron-client tidak lagi menggambarkan hubungan antara seorang ayah dan anak yang saling mengayomi, tetapi lebih
pada bentuk penguasaan satu pihak ke pihak lainnya. Dalam praktiknya mengakibatkan kerugian di satu pihak pribumi dan keuntungan di pihak
lain penjajah.
Sistem baru yang diterapkan oleh bangsa kolonialis tersebut, secara umum membawa perubahan pada struktur masyarakat yang selama ini berlaku. Dalam
kehidupan kerajaan, sistem kolonial sangat merugikan bagi pembesar-pembesar yang selama ini berkuasa. Meskipun sebagian jabatan dalam kerajaan ada
yang masih dipertahankan, namun tetap saja posisi kerajaan yang sebelumnya sebagai institusi paling atas harus tunduk pada pemerintahan kolonial yang
berkuasa saat itu. Kedudukan dan kewibawaan raja digeser oleh penguasa baru yang berkulit putih.
Abad ke-19 dan awal abad ke-20, Indonesia sudah berada pada penguasaan bangsa Belanda. Oleh karena itu sistem pemerintahan yang diterapkannya
pun adalah sistem pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Kekuasaan tertinggi saat itu dipegang dan diatur oleh pemerintahan kerajaan Belanda. Namun
demikian, dalam hal-hal tertentu Pemerintah Hindia-Belanda banyak menggunakan jasa pihak pribumi. Dalam pelaksanaan struktur pemerintahan dari atas ke
bawah, Belanda menyusun bentuk pemerintah, yaitu:
1. Pemerintahan yang dipegang oleh kaum pribumi yang dinamakan dengan
Pangreh Praja PP. Pejabat yang duduk dalam Pangreh Praja adalah
Bupati, Patih, Wedana, dan Asisten Wedana 2.
Pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang Belanda yang disebut dengan Binenland Bestuur BB, antara lain Gubernur Jenderal, Residen,
Asisten Residen, dan Controleur
Di unduh dari : Bukupaket.com
182
Kegiatan 6.3
3. Pemerintahan Zelfbestuur yaitu kerajaan yang berada di luar struktur
pemerintahan kolonial.
Struktur Birokrasi Pemerintahan Hindia Belanda
Berdasarkan struktur birokrasi di atas, Asisten Residen setaraf dengan jabatan Patih, Controleur setingkat dengan Asisten Wedana, dan Asisten
Wedana setaraf dengan Asisten Controleur. Bupati diangkat oleh Gubernur
Jenderal atas rekomendasi dari Residen dan Asisten Residen. Awalnya para bupati itu dipilih dan diangkat berdasarkan keturunan, terutama diambil dari
anak laki-laki pertama dalam keluarga, tetapi kemudian sesuai dengan perkembangan kekuasaan pemerintahan kolonial, pengangkatan bupati dilengkapi
dengan beberapa persyaratan, terutama persyaratan pendidikan.
Diskusikan dengan teman sekelompokmu mengenai struktur birokrasi pemerintah Indonesia sekarang, mulai yang ada di daerahmu, mulai dari
RT-RW sampai Gubernur
D. PERUBAHAN EKONOMI DAN DEMOGRAFI DI BERBAGAI DAERAH PADA MASA KOLONIAL