3 tetapi hipotesis-hipotesis tersebut sangat berguna dalam memberikan pemahaman
pada kita tentang bagaimana proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Tugas kamu untuk menganalisis
lebih lanjut hipotesis-hipotesis tersebut, sehingga kamu dapat memilih salah satu hipotesis yang menurut kamu paling mendekati kebenaran. Tentu saja
pilihan kamu harus dilandaskan pada argumentasi dan logika yang kuat disertai dengan data, fakta dan bukti-bukti yang akurat.
Berikut ini adalah hipotesis-hipotesis yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-
Buddha di Indonesia. Hipotesis-hipotesis tersebut dibagi ke dalam dua kelompok besar yaitu teori kolonisasi dan teori arus balik.
1. Teori kolonisasi
Teori ini berusaha menjelaskan proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia dengan menekankan pada peran
aktif dari orang-orang India dalam menyebarkan pengaruhnya di Indonesia. Berdasarkan teori ini, orang Indonesia sendiri sangat pasif, artinya mereka
hanya menjadi objek penerima pengaruh kebudayaan India tersebut. Teori kolonisasi ini terbagi dalam beberapa hipotesis, yaitu sebagai berikut.
a. Hipotesis Waisya
Menurut NJ. Krom, proses terjadinya hubungan antara India dan Indonesia karena adanya hubungan perdagangan, sehingga orang-orang India yang datang
ke Indonesia sebagian besar adalah para pedagang. Perdagangan yang terjadi pada saat itu menggunakan jalur laut dan teknologi perkapalan yang masih
banyak tergantung pada angin musim. Hal ini mengakibatkan dalam proses tersebut, para pedagang India harus menetap dalam kurun waktu tertentu
sampai datangnya angin musim yang memungkinkan mereka untuk melanjutkan perjalanan. Selama mereka menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan
dengan perempuan-perempuan pribumi. Mulai dari sini pengaruh kebudayaan India menyebar dan menyerap dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Pendapat Krom tersebut didasarkan penelaahan dia pada proses Islamisasi di Indonesia yang dilakukan oleh para pedagang Gujarat. Bukan hal yang
mustahil, proses masuknya budaya Hindu-Buddha di Indonesia dilakukan dengan cara yang sama. Namun, teori ini memiliki kelemahan, yaitu para
pedagang yang termasuk dalam kasta Waisya tidak menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa yang umumnya hanya dikuasai oleh kasta Brahmana. Namun
bila menilik peninggalan prasasti yang dikeluarkan oleh negara-negara kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, sebagian besar menggunakan bahasa Sanskerta
dan berhuruf Pallawa. Dengan demikian, timbul pertanyaan: Mungkinkah
Di unduh dari : Bukupaket.com
4 para pedagang India mampu membawa pengaruh kebudayaan yang sangat
tinggi ke Indonesia, sedangkan di daerahnya sendiri kebudayaan tersebut hanya milik kaum Brahmana? Selain itu, terdapat kelemahan lain dalam hipotesis
ini yaitu dengan melihat peta persebaran kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia yang lebih banyak berada di pedalaman. Namun apabila pengaruh
tersebut dibawa oleh para pedagang India, tentunya pusat kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha akan lebih banyak berada di daerah pesisir pantai.
b. Hipotesis Ksatria
Ada tiga ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai proses penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Buddha dilakukan oleh golongan ksatria, yaitu
sebagai berikut.
1 C.C Berg
C.C. Berg mengemukakan bahwa golongan yang turut menyebarkan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia adalah para petualang yang
sebagian besar berasal dari golongan Ksatria. Para Ksatria ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan
yang diberikan oleh para Ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku yang bertikai. Sebagai hadiah atas
kemenangan itu, ada di antara mereka yang dinikahkan dengan salah seorang putri dari kepala suku yang dibantunya. Dari perkawinannya
ini memudahkan bagi para Kesatrian untuk menyebarkan tradisi Hindu Buddha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Berkembanglah tradisi
Hindu-Buddha dalam masyarakat Indonesia.
2 Mookerji
Dia mengatakan bahwa golongan Ksatria tentara dari India yang membawa pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia. Para Ksatria ini
kemudian membangun koloni-koloni yang akhirnya berkembang menjadi sebuah kerajaan. Para koloni ini kemudian mengadakan hubungan
perdagangan dengan kerajaan-kerajaan di India dan mendatangkan para seniman yang berasal dari India untuk membangun candi-candi di Indonesia.
3 J.L Moens
Dia mencoba menghubungkan proses terbentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia pada awal abad ke-5 dengan situasi yang terjadi di India
pada abad yang sama. Perlu diketahui bahwa sekitar abad ke-5, banyak kerajaan-kerajaan di India Selatan yang mengalami kehancuran. Ada
di antara para keluarga kerajaan tersebut, yaitu para Ksatrianya yang
Di unduh dari : Bukupaket.com
5 melarikan diri ke Indonesia. Mereka ini selanjutnya mendirikan kerajaan
di kepulauan Nusantara. Kekuatan hipotesis Ksatria terletak pada kenyataan bahwa semangat
berpetualang pada saat itu umumnya dimiliki oleh para Ksatria keluarga kerajaan. Sementara itu, kelemahan hipotesis yang dikemukakan oleh Berg,
Moens, dan Mookerji yang menekankan pada peran para Ksatria India dalam proses masuknya kebudayaan India ke Indonesia terletak pada hal-hal sebagai
berikut, yaitu:
1 Para Ksatria tidak menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa;
2 Apabila daerah Indonesia pernah menjadi daerah taklukkan kerajaan-
kerajaan India, tentunya ada bukti prasasti jaya prasasti yang menggambarkan penaklukkan tersebut. Akan tetapi, baik di India maupun
Indonesia tidak ditemukan prasasti semacam itu. Adapun prasasti Tanjore yang menceritakan tentang penaklukkan kerajaan Sriwijaya oleh salah
satu kerajaan Cola di India, tidak dapat dipakai sebagai bukti yang memperkuat hipotesis ini. Hal ini disebabkan penaklukkan tersebut terjadi
pada abad ke-11 sedangkan bukti-bukti yang diperlukan harus menunjukkan pada kurun waktu yang lebih awal.
c. Hipotesis Brahmana