119 Walaupun perjanjian sudah ditandatangani, tetapi Sultan Hasanuddin tetap
berjuang melawan Belanda. Setelah Benteng Sombaopu jatuh ke tangan Belanda, Sultan Hasanuddin turun takhta. Kekuasaannya diserahkan kepada
putranya, Mappasomba.
Gambar 4.16 Komplek makam Sultan Hasanuddin di Tamallatte Goa - Sulawesi Selatan
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia III, halaman 14
10. Kerajaan Banjar
Gambar 4.17 Peta wilayah Kerajaan Banjar
Sumber: Atlas Sejarah Nasional, halaman 32
Kerajaan Banjar merupakan kerajaan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan, tepatnya di Kalimantan Selatan. Kerajaan Banjar disebut juga
Kesultanan Banjarmasin . Kata Banjarmasin merupakan paduan dari dua
BANJARMASIN
sintang
Kotawaringin
Sampit Banjarmasin
Di unduh dari : Bukupaket.com
120 kata, yaitu bandar dan masih. Nama Bandar Masih diambil dari nama Patih
Masih, seorang perdana menteri Kerajaan Banjar yang cakap dan berwibawa. Sebelum menjadi kerajaan Islam, Kerajaan Banjar telah diperintah oleh
tujuh orang raja. Raja pertama ialah Pangeran Surianata 1438-1460 dan raja terakhir ialah Pangeran Tumenggung 1588-1595.
Selama Pangeran Tumenggung memerintah, situasi politik di Kerajaan Banjar berada dalam keadaan rawan dan roda pemerintahan tidak dapat
berjalan dengan baik. Pusat pemerintahan lalu dipindahkan dari Daha ke Danau Pagang, dekat Amuntai. Pangeran Samudera yang berada di pengasingan
secara diam-diam menyusun kekuatan untuk menaklukkan Pangeran Tumenggung. Akibatnya, pada tahun 1595 terjadi perang saudara yang berakhir dengan
kemenangan di pihak Pangeran Samudera.
Keberhasilan Pangeran Samudera tidak terlepas dari dukungan umat Islam di wilayah Banjar serta dukungan Patih Masih dengan prajurit Kerajaan
Demak. Setelah masuk Islam, Pangeran Samudera berganti nama menjadi Pangeran Suriansyah
. Kemudian ia memindahkan pusat pemerintahan ke suatu tempat yang diberi nama Bandar Masih, sekarang Banjarmasin. Peristiwa
ini tercatat sebagai awal berdirinya Kerajaan Banjar yang bercorak Islam dan masa kebangkitan orang-orang Islam di Kalimantan.
Perpindahan pusat pemerintahan Kesultanan Banjar juga terjadi pada masa pemerintahan sultan-sultan berikutnya. Pada akhir masa pemerintahan
Sultan Hidayatullah 1650, pusat pemerintahan dipindahkan ke Batang
Mangapan, yang sekarang bernama Muara Tambangan, dekat Martapura. Pada masa pemerintahan Sultan Tamjidillah 1745-1778 pusat pemerintahan
dipindahkan ke Martapura pada tahun 1766, pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman
1808-1825 dipindahkan ke Karang Intan, dan pada pemerintahan Sultan Adam al-Wasi’ Billah
1825-1857 dipindahkan kembali ke Martapura. Islam yang telah dianut oleh tokoh dan pembesar-pembesar kesultanan
ini, berkembang terus di Kalimantan. Hal ini dimungkinkan karena mereka memberi perhatian dan dukungan yang besar terhadap perkembangannya,
antara lain adanya usaha Sultan Tahlillullah memerintah 1700-1745 untuk mengembangkan dakwah Islam di sana.
Sultan terakhir yang memerintah Kesultanan Banjar ialah Pangeran Tamjidillah
1857-1859. Pengangkatan Pangeran Tamjidillah sebagai sultan oleh Belanda mendapat tantangan dari masyarakat, sehingga menimbulkan
pergolakan. Karena tidak dapat memenuhi keinginan Belanda, ia diturunkan dari takhta. Pada tanggal 11 Juni 1860, Belanda menghapuskan kesultanan.
Meskipun demikian, peperangan terus berkobar.
Di unduh dari : Bukupaket.com
121
Gambar 4.18 Makam Sultan Sulaiman di Martapura
Sumber: Ensiklopedi Islam 1, halaman 227
11. Kerajaan Ternate dan Tidore