216 Dari perbandingan itulah lahir kesadaran untuk mengadakan perbaikan nasib
bangsa melalui berbagai pergerakan nasional seperti yang terdapat di beberapa negara terjajah lainnya.
Selama menjalani proses pendidikan, para golongan terpelajar ini mendapat wawasan baru tentang berbagai paham-paham baru yang berkembang dan
berpengaruh kuat di kawasan Eropa dan Asia-Afrika, seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, dan demokrasi. Melalui media pendidikan, wawasan
para pelajar mengenai berbagai hal menjadi semakin terbuka, termasuk wawasan tentang berbagai pergerakan nasionalisme yang terjadi di berbagai negara.
Selanjutnya para pelajar ini mencoba mencontoh dan menerapkan semangat paham-paham baru tersebut, terutama paham nasionalisme yang telah
diperjuangkan oleh negara-negara lain ke dalam perjuangan Indonesia. Melalui paham nasionalisme ini, para pelajar sebagai golongan elit berusaha untuk
mengubah pandangan masyarakat yang bersifat kedaerahan menjadi bersifat nasional. Hal tersebut didorong adanya keyakinan bahwa untuk mencapai
keberhasilan cita-cita kemerdekaan Indonesia, hanya dapat dicapai apabila ada persatuan dan kesatuan bangsa. Keyakinan akan semangat persatuan
dan kesatuan bangsa tersebut kemudian mereka wujudkan dalam Pergerakan Nasional, yaitu suatu pergerakan yang bertujuan untuk mencapai Indonesia
Merdeka.
Masa Pergerakan Nasional ini ditandai dengan lahirnya berbagai organisasi. Organisasi-organisasi pergerakan tersebut awalnya bersifat sosial-budaya
seperti Budi Utomo dan sosial ekonomi seperti Sarekat Dagang Islam. Tetapi perkembangan berikutnya, muncul organisasi politik yang jelas-jelas
menentang kolonialisme dan imperialisme Barat di Indonesia.
2. Organisasi dalam bidang sosial-budaya dan sosial-ekonomi
a. Budi Utomo
Kehadiran Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 menandai permulaan pergerakan nasional di Indonesia. Gagasan lahirnya Budi Utomo diawali dari
perjalanan kampanye yang dilakukan oleh dr. Wahidin Sudirohusodo ke seluruh Pulau Jawa. Pada tempat-tempat yang dikunjungi, ia menganjurkan
perluasan pengajaran sebagai langkah untuk memajukan kehidupan rakyat. Menurutnya, tujuan itu bisa dilakukan tidak hanya dengan menuntut kepada
pemerintah, tetapi juga dapat dilaksanakan dengan usaha sendiri, yaitu dengan membentuk dana pelajar Studiefonds. Hasilnya digunakan untuk membantu
pelajar-pelajar yang kurang mampu.
Di unduh dari : Bukupaket.com
217
Gambar 7.6 Gedung STOVIA
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia V, halaman 329
Pada akhir tahun 1907 melalui perjalanan kampanyenya dr. Wahidin Sudirohusodo bertemu dengan para pelajar STOVIA Sekolah Dokter Pribumi
di Jakarta, satu di antaranya bernama Soetomo. Pertemuannya dengan para pelajar STOVIA dimanfaatkan untuk membicarakan kondisi nasib rakyat
yang masih kurang mendapatkan pendidikan. Pembicaraan semakin berkembang dan melahirkan gagasan dan cita-cita yang sama untuk mengangkat harkat
dan derajat bangsa Indonesia. Gagasan dan cita-cita tersebut kemudian dituangkan ke dalam suatu bentuk organisasi yang diberi nama Budi Utomo. Organisasi
Budi Utomo ini didirikan pada hari Rabu tanggal 20 Mei 1908 dan Soetomo terpilih sebagai ketua. Untuk selanjutnya tanggal 20 Mei oleh bangsa Indonesia
diperingati sebagai hari kebangkitan nasional.
Gambar 7.7
Sumber: Lukisan Sejarah, halaman 33
Pada awalnya, organisasi Budi Utomo hanya bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial-budaya, seperti mendirikan sekolah-sekolah dan berusaha
dr. Wahidin Sudirohusodo Dr. Soetomo
Di unduh dari : Bukupaket.com
218 memelihara serta memajukan kebudayaan Jawa. Selain itu, Budi Utomo juga
melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan perekonomian dan bidang lainnya. Para anggotanya pun baru sebatas suku Jawa dan Madura. Adapun tujuan
yang diemban oleh organisasi Budi Utomo adalah kemajuan yang harmonis untuk nusa dan bangsa Jawa dan Madura.
Budi Utomo mengalami perkembangan yang cukup pesat, dalam waktu enam bulan Budi Utomo memiliki delapan cabang, yaitu Jakarta, Bogor, Bandung,
Yogya I, Yogya II, Magelang, Surabaya, dan Probolinggo. Pada bulan Oktober 1908, Budi Utomo menyelenggarakan kongres yang pertama di Yogyakarta.
Dalam kongres tersebut terjadi perbedaan pendapat tentang arah yang akan dituju dan landasan perjuangan. Dalam hal ini Wahidin Sudirohusodo
mengemukakan tentang perlunya pendidikan yang ditujukan kepada golongan priyayi, bukan kepada rakyat biasa. Hal itu didasarkan pada pemikiran bahwa
setelah para priyayi menjadi terdidik mereka bisa mengajarkannya kepada rakyat banyak. Dengan demikian, seluruh rakyat akan mendapatkan pendidikan.
Pertentangan yang lebih tajam terjadi antara dr. Rajiman Wediodiningrat dan dr. Cipto Mangunkusumo. Rajiman memandang bahwa bangsa Barat
lebih cerdas daripada bangsa Timur dan pendidikan Barat tidak sama dengan peradaban Timur. Sebaliknya, Cipto berpandangan bahwa bangsa Timur tidak
lebih bodoh jika dibandingkan dengan bangsa Barat, masalahnya hanya terletak pada kesempatan saja. Oleh karena itu, pendidikan bangsa Indonesia harus
bisa lebih ditingkatkan dengan cara memanfaatkan pendidikan Barat. Cipto juga menghendaki Budi Utomo dijadikan sebagai partai politik dan terbuka
untuk seluruh bangsa Indonesia tanpa adanya perbedaan suku bangsa dan kebudayaan. Kongres tersebut menghasilkan keputusan, di antaranya sebagai
berikut.
1 Budi Utomo dibatasi untuk penduduk Jawa dan Madura.
2 Tirtokusumo sebagai Bupati Karanganyar diangkat sebagai ketua.
3 Bergerak dalam bidang pendidikan dan budaya.
Oleh karena perjuangan Budi Utomo lebih cenderung memajukan pendidikan, maka pergerakan ini dianggap tidak berbahaya bagi Belanda. Dengan mudah
badan hukum Budi Utomo mendapat pengesahan dari Pemerintah Hindia- Belanda. Setelah kongres pertama berakhir, Budi Utomo mengalami
perkembangan yang lamban. Pada akhir tahun 1909, Budi Utomo mempunyai cabang di 40 tempat dengan jumlah anggota lebih kurang 10.000 orang.
Pada perkembangan berikutnya, corak Budi Utomo mengalami perubahan. Pemimpin dan anggotanya kebanyakan adalah para pegawai negeri dan priyayi,
sehingga tujuan yang dikembangkannya cenderung hanya memperhatikan kepentingan mereka. Perhatian Budi Utomo lebih difokuskan pada reaksi
Di unduh dari : Bukupaket.com
219 Pemerintah Hindia-Belanda, bukan lagi pada reaksi yang ditunjukkan oleh
rakyat. Masih banyak lagi perubahan yang dialami oleh organisasi Budi Utomo, terutama dengan mengutamakan pentingnya pengajaran bahasa Belanda sebagai
syarat untuk diterima menjadi pegawai negeri.
Pada tahun 1912, Tirtokusumo yang menjabat sebagai ketua Budi Utomo menyatakan berhenti dari jabatannya, kemudian digantikan oleh Noto Dirodjo.
Budi Utomo menyadari pentingnya organisasi pergerakan bagi rakyat, oleh karenanya sejak tahun 1920 organisasi Budi Utomo membuka diri untuk
menerima anggota dari kalangan rakyat biasa. Dengan demikian, sifat pergerakan Budi Utomo menjadi pergerakan kerakyatan. Dibidang politik, Budi Utomo
telah berkembang menjadi sebuah organisasi yang memiliki tujuan dan cita- cita nasional, yakni Indonesia merdeka. Untuk mewujudkannya, maka pada
tahun 1935 Budi Utomo meleburkan diri dengan PBI Partai Bangsa Indonesia yang didirikan Soetomo. Peleburan dua organisasi tersebut, maka lahirlah
Parindra.
b. Sarekat Islam