Sunan Bonang Sunan Derajat

87

c. Sunan Bonang

Sunan Bonang atau Makhdum Ibrahim lahir pada tahun 1450 M. Ia adalah putra Sunan Ampel dari istrinya yang bernama Nyi Ageng Manila, putri seorang adipati di Tuban. Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampeldenta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana dan kemudian menetap di Bonang sebuah desa kecil di Lasem, Jawa Timur. Di tempat itulah Sunan Bonang mempunyai tempat kegiatan dakwahnya yaitu di daerah Bonang, dekat Tuban. Di sana ia mendirikan pesantren yang sekarang dikenal dengan sebutan Watu Layar. Dari pondok pesantren itu, ia mengajar dan mengembangkan agama Islam. Dari pesantrennya di Bonang Tuban, agama Islam disebarkan ke daerah pantai, mulai Rembang sampai Surabaya. Dari hasil survei di lapangan, ternyata rakyat Tuban mayoritas menyukai lagu-lagu gending gamelan. Untuk itu dalam melaksanakan dakwah kepada masyarakat, ia menggunakan kesenian rakyat yang disebut bonang. Ia menabuh bonang diiringi dengan lagu-lagu berupa pantun yang bernapaskan keagamaan. Sunan Bonang berhasil menggubah lagu gending sekaten dan tembang mocopat yang sampai sekarang tembang itu populer di kalangan masyarakat Jawa. Tidak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fiqih, ajaran Sunan Bonang berusaha memadukan ajaran ahlusunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fiqih, usuluddin, tasawuf, seni, sastra, dan arsitektur. Ajarannya berintikan pada filsafat isyq cinta. Menurut Bonang, cinta sama dengan iman, pengetahuan, dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al yaqqin. Ajaran tersebut disampaikan secara populer melalui media kesenian. Pada tahun 1525 M, Sunan Bonang wafat dan dimakamkan di daerah Tuban. Gambar 3.4 Makam Sunan Bonang yang terletak di Tuban Sumber: Ensiklopedi Islam Seri 5, halaman 176 Di unduh dari : Bukupaket.com 88

d. Sunan Derajat

Sunan Derajat nama sebenarnya adalah Masih Munat, putra dari Sunan Ampel, saudara dari Sunan Bonang. Dalam melakukan kegiatan dakwahnya, ia mengambil cara ayahnya, terutama dalam mengajarkan tauhid dan akidah, yaitu secara langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Walaupun demikian, cara penyampaiannya menggunakan alat kesenian dengan menabuh seperangkat gamelan, sebagaimana dilakukan oleh Sunan Muria. Sunan Derajat mengubah sejumlah suluk, di antaranya suluk petuah. Ia juga menciptakan lagu gending pangkur yang sampai sekarang lagu itu masih banyak digemari oleh masyarakat Jawa. Pusat kegiatan dakwahnya di daerah Sedayu, Jawa Timur. Sunan Derajat dikenal dengan kegiatan sosialnya. Ia dikenal sebagai seorang yang bersahaja yang suka menolong sesama. Dialah wali yang memelopori penyantunan anak-anak yatim, fakir miskin, dan orang sakit. Sunan Derajat wafat pada pertengahan abad ke-15 dan dimakamkan di Sedayu, Gresik Jawa Timur.

e. Sunan Giri