Cara Hidup dan Habitat Reproduksi Manfaat Tumbuhan Paku bagi Manusia

2. Cara Hidup dan Habitat

Tumbuhan paku merupakan tumbuhan fotoautotrof. Tumbuhan paku ada yang hidup mengapung di air. Namun, umumnya tumbuhan paku adalah tumbuhan terrestrial tumbuhan darat. Jenis tumbuhan paku lebih melimpah di daerah hutan hujan tropis.

3. Reproduksi

Tumbuhan paku berkembang biak secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dan seksual pada tumbuhan paku terjadi seperti pada lumut. Reproduksi tumbuhan paku juga menunjukan adanya pergiliran antara generasi gametofit dan generasi sporofit metagenesis. Namun, pada tumbuhan paku, generasi sporofit adalah generasi yang lebih dominan dalam daur hidupnya. Generasi gametofit dihasilkan dari spora melalui reproduksi aseksual. Spora dihasilkan oleh hasil pembelahan sel induk spora yang terjadi di dalam sporangium. Sporangium terdapat pada sporofit sporogonium yang terletak di antara daun dan Siklus hidup tumbuhan paku batang. Spora haploid n yang dihasilkan diterbangkan oleh angin dan jika sampai di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi protalus dan selanjutnya menjadi gametofit yang haploid n. Gametofit memiliki dua jenis organ reproduksi, yaitu anteridium dan arkegonium pada waktu yang bersamaan atau tidak bersamaan. Arkegonium menghasilkan satu ovum yang haploid n. Anteridium menghasilkan banyak spermatozoid berflagelum yang haploid n. Spermatozoid bergerak dengan perantara air menuju ovum pada arkegonium. Spermatozoid kemudian membuahi ovum. Pembuahan ovum oleh spermatozoid di arkegonium menghasilkan zigot yang diploid 2n. Zigot membelah dan tumbuh menjadi embrio 2n. Embrio tumbuh menjadi sporofit yang diploid 2n. Spora n Spermatozoid n Ovum n BAGAN M ETAGENESIS PAKU Anteridium n Arkegonium n Protalusprotalium n gametofit Mitosis Spora n Meiosis Sporangium Tumbuhan paku 2n sporofit Zigot 2n

4. Klasifikasi

a. Paku Purba Psilophyta

Sebagian besar paku purba merupakan tumbuhan paku yang telah punah. Diperkirakan paku purba yang hidup saat ini hanya tinggal 10 samapi 13 spesies dari dua genus saja. Paku purba hidup di daerah tropis dan subtropis. Sporofit paku purba ada yang tidak memiliki akar sejati dan ada yang tidak memiliki daun sejati. Paku purba yang memiliki daun umumnya berukuran kecil mikrofil dan berbentuk sisik. Batang paku purba bercabang dikotomi dengan tinggi mencapai 30 cm hingga 1 m. paku purba juga tidak memiliki pembuluh pengangkut. Batang paku purba mengandung klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis. Cabang batang menghasilkan mikrofil dan kumpulan sporangium. Sporofil menghasilkan satu jenis spora homospora. Gametofitnya tidak memilki klorofil tetapi bisa menghasilkan anteridium dan arkegonium. Gametofit paku purba bersimbiosis dengan jamur untuk memperoleh nutrisi. Contoh paku purba adalah Rhynia paku purba tidak berdaun dan Psilotum paku purba berdaun kecil. Mikrofil Sporangia Batang Paku purba Psilotum

b. Paku Kawat Lycophyta

Paku kawat mencakup sekitar 1.000 spesies tumbuhan paku, terutama dari genus Lycopodium dan Selaginella. Paku kawat banyak tumbuh di hutan-hutan tropis dan subtropis. Paku kawat menempel di pohon atau hidup bebas di tanah. Anggota paku kawat memiliki akar, batang, dan daun sejati. Daunnya berukuran kecil dan tersusun rapat. Sporangium terdapat pada sporofil yang tersususn membentuk strobilus pada ujung batang. Strobilus berbentuk kerucut seperti konus pada pinus. Oleh karena itu, paku kawat disebut juga pinus tanah. Pada paku rane Selaginella sporangia terdiri dari dua jenis, yaitu mikrosporangium dan megasporangium. Mikrosporangium jamak : mikrosporangia menghasilkan mikrospora yang akan tumbuh menjadi gametofit jantan. Megasporangium jamak : megasporangia menghasilkan megaspora yang akan tumbuh menjadi gametofit betina. Gametofit paku kawat berukuran kecil dan tidak berklorofil. Gametofit memperoleh makanan dari jamur yang bersimbiosis dengannya. Gametofit paku kawat ada yang uniseksual, yaitu mengandung anteridium saja atau arkegonium saja, dan ada yang biseksual, yaitu mengandung anteridium dan arkegonium. Gametofit uniseksual terdapat pada Selaginella, sedangkan gametofit biseksual terdapat pada Lycopodium. Paku kawat Lycopodium

c. Paku Ekor Kuda Sphenophyta

Paku ekor kuda saat ini hanya tinggal sekitar 15 spesies dari satu genus, yaitu Equisetum. Equisetum terutama hidup pada habitat lembab di daerah subtropis. Seperti paku purba dan paku kawat, anggota paku ekor kuda banyak yang sudah punah dan menjadi fosil. Fosil tumbuhan paku ekor kuda termasuk paku raksasa, berbentuk seperti pohon yang mencapai tinggi 15 m. Equisetum yang tertinggi hanya mencapai 4,5 m, sedangkan rata-rata tinggi kebanyakan Equisetum kurang dari 1 m. Equisetum memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batangnya beruas dan pada setiap ruasnya dikelilingi daun kecil seperti sisik. Equisetum disebut paku ekor kuda karena bentuk batangnya seperti ekor kuda. Batangnya yang keras disebabkan dinding selnya mengandung silika. Sporangium terdapat pada strobilius dan menghasilkan satu jenis spora. Gametofit Equisetum hanya berukuran beberapa milimeter tetapi dapat melakukan fotosintesis. Gametofitnya mengandung anteridium dan arkegonium sehingga merupakan gametofit biseksual. Paku ekor kuda Equisetum Daun bentuk sisik

d. Paku Sejati Pterophyta

Paku sejati mencakup jenis tumbuhan paku yang paling sering kita lihat. Tempat tumbuh paku sejati sebagian besar di darat pada daerah tropis dan subtropis. Paku sejati diperkirakan berjumlah 12.000 jenis dari kelas Filicinae. Filicinae memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batang dapat berupa batang dalam tanah rizoma atau batang di atas tanah. Daun Filicinae umumnya berukuran besar dan memiliki tulang daun bercabang. Daun mudanya memiliki ciri khas yaitu tumbuh menggulung Circinnatus. Jenis paku yang termasuk paku sejati adalah semanngi Marsilea crenata, paku tanduk rusa Platycerium bifurcatum, paku sarung burung Asplenium nidus, suplir Adiantum cuneatum, paku sawah Azolla pinnata, dan Dicksonia Antarctica.

5. Manfaat Tumbuhan Paku bagi Manusia

Jenis tumbuhan paku yang dimanfaatkan bagi kepentingan manusia antara lain semanngi Marsilea crenata, dimakan sebagai sayur, paku rane Selaginella plana sebagai obat untuk menyembuhkan luka, Azolla pinnata sebagai pupuk hijau tanaman Paku sejati Adiantum. Azzola, dan Dicksonia antarctica padi di sawah. Paku sarang burung Asplenium nidus, suplir Adiantum cuneatum, dan paku tanduk rusa Platycerium bifurcatum sebagai tanaman hias.

C. TUMBUHAN BERBIJI SPERMATOPHYTA

Tumbuhan berbiji atau Spermatophyta Yunani, sperma = biji, phyton = tumbuhan merupakan kelompok tumbuhan yang memiliki ciri khas, yaitu adanya suatu organ yang berupa biji. Biji merupakan bagian yang berasal dari bakal biji dan di dalamnya mengandung calon individu baru, yaitu endosperma. Endosperma akan terbentuk setelah terlebih dahulu terjadi peristiwa penyerbukan atau persarian yang diikuti oleh pembuahan.

1. Ciri Tubuh

a. Ukuran dan Bentuk Tubuh

Tumbuhan berbiji berukuran makroskopis dengan ketinggian yang sangat bervariasi. Tumbuhan berbiji tertinggi adalah pohon dengan tinggi lebih dari 100 m, yaitu pohon konifer Sequoiadendrom giganteum di Taman Nasional Yosemite California. Tingginya sekitar 115 m dan diameter batang sekitar 14 m. Habitus tumbuhan berbiji sangat bervariasi, yaitu pohon, misalnya jati, beringin, kelapa, cemara; perdu, misalnya mawar, kembang sepatu, kembang merak; semak, misalnya arbei; dan herba, misalnya sayur-sayuran, bunga lili, serta bunga krokot.

b. Struktur dan Fungsi Tubuh

Tumbuhan berbiji merupakan heterospora. Tumbuhan berbiji membentuk struktur megasporangia dan mikrosporangia yang berkumpul pada suatu sumbu pendek. Misalnya struktur seperti konus atau strobilus pada konifer dan bunga pada tumbuhan berbunga. Seperti pada tumbuhan lain, spora pada tumbuhan berbiji dihasilkan melalui meiosis di dalam sporangia. Akan tetapi, pada tumbuhan berbiji, megaspora tidak dilepaskan melainkan dipertahankan. Megasporangia mendukung perkembangan gametofit betina dan menyediakan makanan serta air. Gametofit betina akan tetap berada dalam megasporangium, menjadi matang dan memelihara generasi sporofit berikutnya setelah terjadi pembuahan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individuallization (tai) terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas v sdi ummul quro bekasi

0 10 221

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

0 6 88

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 PARANGINAN.

0 2 17

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

0 2 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE KOOPERATIF TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) PADA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE KOOPERATIF TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) PADA OPERASI HITUNG CAMPURAN SISWA KELAS IV SDN

0 0 15

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization berbantuan modul ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun pelajaran 2015/2016.

0 3 285

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur pada materi Protista.

1 2 245

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode TAI (Team Assisted Individualization) dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi dunia tumbuhan.

0 0 2

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

1 1 14