BPRS kawasan Timur Nama
BPRS Score
Efisiensi Input
Output I1
I2 I3
O1 O2
SST 66.65
100 69,5
100 66,6
66,6 BBK
52.22 100
100 100
40,6 52,2
PBA 58.04
100 32,3
100 58
58 DAS
53.54 100
94 100
7,4 53,5
Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal II Tahun 2013. Pada Kuartal ini terdapat 4 Empat BPRS
kawasan Timur yag tergolong inefisien atau dengan kata lain BPRS tersebut tidak dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya. Inefisiensi pada
BPRS Surya Sejati terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan
Pendapatan Operasional O2, yang hanya mencapai 69,5, 66,6, dan 66,6.
Pada BPRS Bahari Berkesan pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan
Pendapatan Operasional O2 sebesar 40,6, dan 52,2 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu, pencapaian variabel DPK I2,
Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya sebesar
32,3, 58, dan 58 menyebabkan BPRS Patuh Beramal tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri inefisiensi terjadi karena
pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional
O2 hanya sebesar 94, 7,4 dan 53,5.
Tabel 4.4 Inefisiensi BPRS kawasan Barat dan kawasan Timur Kuartal III Tahun 2013
BPRS kawasan Barat Nama
BPRS Score
Efisiensi Input
Output I1
I2 I3
O1 O2
BHJ 61.27
100 38
100 61,3
61,3 AMA
94.59 100
61,9 86,5
94,6 94,6
ALK 66.81
100 48,6
100 66,8
66,8 GST
94.65 100
95 100
66,1 94,6
AMI 94.48
100 100
100 62,6
94,5
Pada tabel 4.2 diperlihatkan inefisiensi teknis BPRS pada Kuartal III Tahun 2013 terdapat 5 Lima BPRS kawasan Barat yang tergolong
inefisien.Sama halnya dengan Kuartal II Tahun 2013 dimana seluruh BPRS kawasan Barat tidak dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya.
Pada BPRS Bhakti Haji inefisiensi terjadi karena variabel DPK I2,
Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 38, 61,3, dan 61,3. Sementara itu, pencapaian variabel DPK I2, Biaya
Tenaga Kerja I3, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang
hanya mencapai 61,9, 86,5, 94,6 dan 94,6 menyebabkan BPRS Artha Mas Abadi
tergolong inefisien. Pada BPRS Arta Leksana pencapaian variabel
DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya mencapai 48,6, 66,8, dan 66,8 menyebabkan BPRS tidak efisien. Inefisiensi pada
BPRS Gunung Slamet terjadi dikarenakan pencapaian variabel DPK I2,
Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 95,
66,1, dan 94,6, Terakhir, pada BPRS Artha Madani inefisiensi terjadi
karena pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2
hanya sebesar
62,6, dan
94,5.
BPRS kawasan Timur Nama
BPRS Score
Efisiensi Input
Output I1
I2 I3
O1 O2
SST 84.02
100 86,1
100 84
84 BBK
51.11 100
49,4 100
25,1 51,1
PBA 75.13
100 34,2
100 75,1
75,1 DAS
57.58 100
54,3 100
7,6 57,6
Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal III Tahun 2013.Pada Kuartal ini terdapat 4 Empat BPRS
kawasan Timur yang tergolong inefisien atau dengan kata lain BPRS tersebut tidak dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya. Inefisiensi pada
BPRS Surya Sejati
terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2, yang hanya mencapai 86,1, 84, dan 84.
Pada BPRS Bahari Berkesan pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan
O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 49,4, 25,1, dan 51,1 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu, pencapaian
variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang
hanya sebesar 34,2, 75,1, dan 75,1 menyebabkan BPRS Patuh Beramal tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri inefisiensi terjadi
karena pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 54,3, 7,6 dan 57,6.
Tabel 4.5 Inefisiensi BPRS kawasan Barat dan kawasan Timur Kuartal IV Tahun 2013
BPRS kawasan Barat Nama
BPRS Score
Efisiensi Input
Output I1
I2 I3
O1 O2
BHJ 65.23
100 42,2
100 65,2
65,2 ALK
80.22 100
55,6 100
80,2 80,2
GST 83.04
100 63,1
100 65,3
83 AMI
99.09 100
83,1 100
99,1 99,1
Pada tabel 4.3 diperlihatkan inefisiensi teknis BPRS pada Kuartal IV Tahun 2013 terdapat 4 Empat BPRS kawasan Barat yang tergolong
inefisien.Berbeda dengan Kuartal II dan III Tahun 2013 dimana seluruh BPRS
kawasan Barat termasuk kedalam BPRS yang inefisiensi. Pada BPRS Bhakti Haji
pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 42,2, 65,2, dan 65,2 menyebabkan BPRS
tersebut tergolong inefisien. Inefisiensi BPRS Arta Leksana terjadi karena
variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 55,6, 80,2 dan 80,2. Sementara itu, pencapaian variabel variabel
DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya
mencapai 63,1, 65,3, dan 83 menyebabkan BPRS Gunung Slamet tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Artha Madani inefisiensi terjadi
karena pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan
Operasional O2 hanya sebesar 83,1, 99,1, dan 99,1.
BPRS kawasan Timur Nama
BPRS Score
Efisiensi Input
Output I1
I2 I3
O1 O2
BBK 53.52
100 65,1
100 53,5
53,5 PBA
76.46 100
46,9 100
76,5 76,5
DAS 59.89
100 49,9
100 2,3
59,9
Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal IV Tahun 2013.Pada Kuartal ini terdapat 3 Tiga BPRS kawasan
Timur yang tergolong inefisien atau dengan kata lain BPRS tersebut tidak dapat
mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya. Pada BPRS Bahari Berkesan
inefisiensi terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1 dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 65,1, 53,5, dan 53,5. Sementara itu,
pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional
O2 yang hanya sebesar 46,9, 76,5, dan 76,5 menyebabkan BPRS Patuh Beramal
tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri inefisiensi
terjadi karena pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan
Operasional O2 hanya sebesar 49,9, 2,3 dan 59,9. Tabel 4.6 Inefisiensi BPRS kawasan Barat dan kawasan Timur Kuartal I
Tahun 2014 BPRS kawasan Barat
Nama BPRS
Score Efisiensi
Input Output
I1 I2
I3 O1
O2 BHJ
27.95 100
20,6 100
27,9 27,9
AMA 69.95
100 14,8
93,8 70
59,6
ALK 58.69
100 100
100 42,3
58,7 AMI
77.92 100
100 100
24,4 77,9
Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.4 bahwa inefisiensi teknis BPRS pada Kuartal I Tahun 2014 terdapat 4 Empat BPRS kawasan Barat yang
tergolong inefisien.Hal tersebut dikarenakan kontribusi dari masing-masing variabel, input maupun output belum dapat dioptimalkan. Inefisiensi pada
BPRS Bhakti Haji terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan
Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 20,6, 27,9, dan 27,9.
Pada BPRS Artha Mas Abadi pencapaian variabel DPK I2, Biaya Tenaga
Kerja I3, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 14,8, 93,8 70 dan 59,6 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien.
Sementara itu, pada BPRS Arta Leksana inefisiensi terjadi dikarenakan
pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya
sebesar 42,3, dan 58,7, Terakhir, pada BPRS Artha Madani inefisiensi
terjadi karena pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan
Operasional O2 hanya sebesar 24,4, dan 77,9. BPRS kawasan Timur
Nama BPRS
Score Efisiensi
Input Output
I1 I2
I3 O1
O2 SST
39.22 100
49,8 100
39,2 39,2
BBK 43.69
44 100
100 15
43,7 PBA
52.53 100
100 100
36 52,5
DAS 49.93
100 97,5
100 18,7
49,9
Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal I Tahun 2014.Pada Kuartal ini terdapat 4 Empat BPRS kawasan
Timur yang tergolong inefisien atau dengan kata lain BPRS tersebut tidak dapat
mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya. Inefisiensi pada BPRS Surya Sejati
terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan
Operasional O2, yang hanya mencapai 49,8, 39,2, dan 39,2. Pada BPRS Bahari Berkesan
pencapaian variabel Aset I1, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 44, 15, dan 43,7 menyebabkan
BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu, pada BPRS Patuh Beramal
inefisiensi terjadi karena variabel Pembiayaan O1 dan Pendapatan
Operasional O2 hanya sebesar 36, dan 52,5. Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri
inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 97,5, 18,7 dan
49,9.
Tabel 4.7 Inefisiensi BPRS kawasan Barat dan kawasan Timur Kuartal II Tahun 2014
BPRS kawasan Barat Nama
BPRS Score
Efisiensi Input
Output I1
I2 I3
O1 O2
BHJ 42.55
100 27,9
100 42,5
42,5 AMA
82.65 100
39,3 84,9
82,6 82,6
ALK 60.86
100 48,2
100 60,9
60,9 GST
99.34 100
94,5 100
99,3 99,3
AMI 87.99
100 100
100 27,1
89,7
Pada tabel 4.5 diperlihatkan inefisiensi teknis BPRS pada Kuartal II Tahun 2014 terdapat 5 Lima BPRS kawasan Barat yang tergolong inefisien.
Pada BPRS Bhakti Haji inefisiensi terjadi karena variabel DPK I2,
Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai
27,9, 42,5, dan 42,5. Pada BPRS Artha Mas Abadi pencapaian variabel
DPK I2, Biaya Tenaga Kerja I3, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 39,3, 84,9, 82,6 dan 82,6 menyebabkan
BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu, inefisiensi pada BPRS Arta Leksana
terjadi dikarenakan pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 48,2, 60,9, dan 60,9.
Pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional
O2 yang hanya mencapai 94,5, 99,3 dan 99,3 menyebabkan BPRS Gunung Slamet
tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Artha Madani
inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 27,1, dan 89,7.
BPRS kawasan Timur Nama
BPRS Score
Efisiensi Input
Output I1
I2 I3
O1 O2
SST 61.15
100 71
100 61,2
61,2 BBK
38.07 100
100 100
18,1 38,1
PBA 57.70
100 25,4
100 57,7
57,7 DAS
56.13 100
84,5 100
31,1 56,1
Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal II Tahun 2014.Pada Kuartal ini terdapat 4 Empat BPRS kawasan
Timur yang tergolong inefisien. Inefisiensi pada BPRS Surya Sejati terjadi
karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2,
yang hanya mencapai 71, 61,2, dan 61,2. Pada BPRS Bahari Berkesan
pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 18,1, dan 38,1 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien.
Sementara itu, pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya sebesar 25,4 57,7 dan 57,7
menyebabkan BPRS Patuh Beramal tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri
inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 84,5,
31,1 dan 56,1. Tabel 4.8 Inefisiensi BPRS kawasan Barat dan kawasan Timur Kuartal III
Tahun 2014 BPRS kawasan Barat
Nama BPRS
Score Efisiensi
Input Output
I1 I2
I3 O1
O2 BHJ
58.69 100
36,8 100
58,7 58,7
AMA 96.81
100 62
97,1 96,8
96,8 ALK
71.69 100
33,8 100
71,7 71,7
AMI 88.69
100 100
100 51,3
88,7
Pada tabel 4.6 diperlihatkan inefisiensi teknis BPRS pada Kuartal III Tahun 2014 terdapat 4 Empat BPRS kawasan Barat yang tergolong inefisien.
Pada BPRS Bhakti Haji inefisiensi terjadi karena variabel DPK I2,
Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai
36,8, 58,7, dan 58,7. Pada BPRS Artha Mas Abadi pencapaian variabel
DPK I2, Biaya Tenaga Kerja I3, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 62, 97,1, 96,8, dan 96,8 menyebabkan BPRS
tersebut tergolong inefisien.Sementara itu, pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai
33,8, 71,7, dan 71,7 menyebabkan BPRS Arta Leksana tergolong inefisien.Terakhir, pada BPRS Artha Madani inefisiensi terjadi karena
pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 51,3, dan 88,7.
BPRS kawasan Timur Nama
BPRS
Score Efisiensi
Input Output
I1 I2
I3 O1
O2 SST
77.73 100
72,5 100
77,7 77,7
BBK 37.92
100 41,9
100 37,9
37,9 PBA
75.82 100
36,6 100
75,8 75,8
IMB 95.49
100 82,7
100 95,5
95,5 DAS
60.08 100
47,7 100
22,6 60,1
Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal III Tahun 2014.Pada Kuartal ini terdapat 5 Lima BPRS kawasan
Timur yang tergolong inefisien. Inefisiensi pada BPRS Surya Sejati terjadi
karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2,
yang hanya mencapai 72,5, 77,7, dan 77,7. Pada BPRS Bahari Berkesan
pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 41,9, 37,9 dan 37,9 menyebabkan BPRS tersebut tergolong
inefisien. Sementara itu, pada BPRS Patuh Beramal inefisiensi terjadi karena
variabel DPK I2, Pembiayaan O1 dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 36,6, 75,8, dan 75,8. Pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan
O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya sebesar 82,7 95,5 dan
95,5 menyebabkan BPRS Investama Mega Bakti tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri inefisiensi terjadi karena pencapaian
variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 47,7, 22,6 dan 60,1.
Tabel 4.9 Inefisiensi BPRS kawasan Barat dan kawasan Timur Kuartal IV Tahun 2014
BPRS kawasan Barat Nama
BPRS Score
Efisiensi Input
Output I1
I2 I3
O1 O2
BHJ 75.66
100 51
100 75,7
75,7 ALK
79.36 100
34,5 100
79,4 79,4
GST 74.89
100 36,9
100 74,9
74,9
Pada tabel 4.7 diperlihatkan inefisiensi teknis BPRS pada Kuartal IV Tahun 2014 terdapat 3 Tiga BPRS kawasan Barat yang tergolong inefisien.
Pada BPRS Bhakti Haji inefisiensi terjadi karena variabel DPK I2,
Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 51, 75,7, dan 75,7. Sementara itu, pencapaian variabel DPK I2,
Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai
34,5, 79,4, dan 79,4 menyebabkan BPRS Arta Leksana tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Artha Surya Barokah inefisiensi terjadi
karena pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 36,9, 74,9, dan 74,9.
BPRS kawasan Timur Nama
BPRS Score
Efisiensi Input
Output I1
I2 I3
O1 O2
SST 99.46
100 77,8
100 6,4
99,5 BBK
47.75 100
4,7 100
47,8 47,8
PBA 76.68
100 50,6
100 76,7
76,7 DAS
68.33 100
54,6 100
22,8 68,3
Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal IV Tahun 2014.Pada Kuartal ini terdapat 4 Empat BPRS
kawasan Timur yang tergolong inefisien. Inefisiensi pada BPRS Surya Sejati
terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan
Operasional O2, yang hanya mencapai 77,8, 6,4, dan 99,5. Pada BPRS Bahari Berkesan
pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 4,7, 47,8, dan 47,8 menyebabkan
BPRS tersebut tergolong inefisien. Pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya sebesar 50,6, 76,7 dan
76,7 menyebabkan BPRS Patuh Beramal tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri
inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 54,6,
22,8 dan 68,3.
Tabel 4.10 Inefisiensi BPRS kawasan Barat dan kawasan Timur Kuartal I Tahun 2015
BPRS kawasan Barat Nama
BPRS Score
Efisiensi Input
Output I1
I2 I3
O1 O2
BHJ 41.08
100 16,8
100 41,1
41,1 AMA
58.31 100
13,3 100
58,3 49,6
ALK 62.00
100 48,8
100 62
62 AMI
91.11 100
100 100
18,2 91,1
Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.8 bahwa inefisiensi teknis BPRS pada Kuartal I Tahun 2015 terdapat 4 Empat BPRS kawasan Barat yang
tergolong inefisien.Hal tersebut dikarenakan kontribusi dari masing-masing variabel, input maupun output belum dapat dioptimalkan. Inefisiensi pada
BPRS Bhakti Haji
terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 16,8, 41,1, dan 41,1.
Pada BPRS Artha Mas Abadi pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan
O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 13,3, 58,3 dan 49,6 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu, inefisiensi
pada BPRSArta Leksana terjadi karena penggunaan variabel DPK I2,
Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai
48,8, 62, dan 62. Terakhir, pada BPRS Artha Madani inefisiensi terjadi
karena pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional
O2 hanya sebesar 18,2, dan 91,1. BPRS kawasan Timur
Nama BPRS
Score Efisiensi
Input Output
I1 I2
I3 O1
O2 SST
31.84 100
56,1 100
4,8 31,8
BBK 50.26
91,8 100
100 50,3
50,3 PBA
59.06 100
99,9 100
59,1 59,1
DAS 52.32
100 91
100 27,6
52,3
Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal I Tahun 2015.Pada Kuartal ini terdapat 4 Empat BPRS kawasan
Timur yang tergolong inefisien. Inefisiensi pada BPRS Surya Sejati terjadi
karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2,
yang hanya 56,1, 4,8, dan 31,8. Pada BPRS Bahari Berkesan
pencapaian variabel Aset I1, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 91,8, 50,3, dan 50,3 menyebabkan BPRS tersebut tergolong
inefisien. Sementara itu, pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya sebesar 99,9, 59,1, dan 59,1
menyebabkan BPRS Patuh Beramal tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri
inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel DPK I2,
Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 91, 27,6 dan 52,3.
Tabel 4.11 Inefisiensi BPRS kawasan Barat dan kawasan Timur Kuartal II Tahun 2015
BPRS kawasan Barat Nama
BPRS Score
Efisiensi Input
Output I1
I2 I3
O1 O2
BHJ 51.72
100 27,7
100 51,7
51,7 AMA
66.52 100
40,9 100
66,5 66,5
ALK 62.80
100 11,3
100 62,8
62,8 GST
85.59 100
90,5 100
85,6 85,6
AMI 86.42
100 100
100 16,7
86,4
Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.9 bahwa inefisiensi teknis BPRS pada Kuartal II Tahun 2015 terdapat 5 Lima BPRS kawasan Barat yang
tergolong inefisien.Hal tersebut dikarenakan kontribusi dari masing-masing variabel, input maupun output belum dapat dioptimalkan. Inefisiensi pada
BPRS Bhakti Haji terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan
Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 27,7, 51,7, dan 51,7.
Pada BPRS Artha Mas Abadi pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan
O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 40,9, 66,5 dan 66,5 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu, pencapaian
variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang
hanya mencapai 11,3, 62,8, dan 62,8 menyebabkan BPRS Arta Leksana tergolong inefisien. Inefisiensi pada BPRSGunung Slamet terjadi karena
penggunaan variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional
O2 yang hanya mencapai 90,5, 85,6, dan 85,6. Terakhir, pada BPRS Artha Madani
inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 16,7, dan 86,4.
BPRS kawasan Timur Nama
BPRS Score
Efisiensi Input
Output I1
I2 I3
O1 O2
SST 51.11
100 49,4
100 25,1
51,1 BBK
56.60 100
100 100
44,2 56,6
PBA 61.68
100 37,7
100 61,7
61,7 IMB
91.25 88,5
100 100
91,3 91,3
DAS 54.93
100 90
100 16
54,9
Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal II Tahun 2015.Pada Kuartal ini terdapat 5 Lima BPRS kawasan
Timur yang tergolong inefisien. Inefisiensi pada BPRS Surya Sejati terjadi
karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2,
yang hanya 49,4, 25,1, dan 51,1. Pada BPRS Bahari Berkesan
pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 44,2, dan 56,6 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien.
Pada BPRS Patuh Beramal inefisiensi terjadi karena variabel DPK I2,
Pembiayaan O1 dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 37,7, 61,7, dan 61,7.Sementara itu, pencapaian variabel Aset I1, Pembiayaan
O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya sebesar 88,5, 91,3, dan 91,3
menyebabkan BPRS
Investama Mega
Bakti tergolong
inefisien.Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri inefisiensi terjadi karena
pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 90, 16 dan 54,9.
Tabel 4.12 Inefisiensi BPRS kawasan Barat dan kawasan Timur Kuartal III Tahun 2015
BPRS kawasan Barat Nama
BPRS Score
Efisiensi Input
Output I1
I2 I3
O1 O2
BHJ 64.46
100 42,6
100 64,5
64,5 AMA
79.60 100
72,7 100
79,6 79,6
ALK 69.35
100 17,6
100 69,3
69,3 GST
90.70 100
94,2 100
73,2 90,7
AMI 89.68
100 100
100 27,1
89,7
Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.10 bahwa inefisiensi teknis BPRS pada Kuartal III Tahun 2015 terdapat 5 Lima BPRS kawasan Barat
yang tergolong inefisien.Hal tersebut dikarenakan kontribusi dari masing- masing variabel, input maupun output belum dapat dioptimalkan. Inefisiensi
pada BPRS Bhakti Haji terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1,
dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 42,6, 64,5, dan
64,5. Pada BPRS Artha Mas Abadi pencapaian variabel DPK I2,
Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 72,7, 79,6, dan 79,6 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu,
pada BPRS Arta Leksana inefisiensi terjadi karena variabel DPK I2 sebesar
17,6,dan variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya
sebesar 69,3 dan 69,3. Pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 94,2, 73,2, dan
90,7 menyebabkan BPRS Gunung Slamet tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Artha Madani inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel
Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 27,1, dan 89,7.
BPRS kawasan Timur Nama
BPRS Score
Efisiensi Input
Output I1
I2 I3
O1 O2
BBK 57.67
100 90,8
100 57,7
57,7 PBA
66.95 100
34 100
67 67
IMB 83.21
100 98,6
100 83,2
83,2 DAS
58.53 100
69,8 100
16,6 58,5
Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal III Tahun 2015.Pada Kuartal ini terdapat 4 Empat BPRS
kawasan Timur yang tergolong inefisien. Inefisiensi pada BPRS Bahari Berkesan
terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan
Operasional O2, yang hanya 90,8, 57,7, dan 57,7. Pada BPRS Patuh Beramal
pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 34, 67, dan 67 menyebabkan BPRS tersebut
tergolong inefisien. Sementara itu, pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya sebesar 98,6, 83,2 dan
83,2 menyebabkan BPRS Investama Mega Bakti tergolong inefisien.
Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri inefisiensi terjadi karena pencapaian
variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 69,8, 16,6 dan 58,5.
D. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Efisiensi
Menggunakan Model Tobit
Pada tahap ini akan dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi menggunakan model Tobit. Dalam analisis model Tobit dalam
penelitian ini menggunakan paket software Eviews 8. Berikut adalah hasil analisis menggunakan model Tobit.
Tabel 4.13 Hasil Analisis Model Tobit BPRS Kawasan Barat Variable
Coefficient Std.Error
Z-Statistic Prob.
C
104.0135 33.31889
3.121759 0.0018
ASET 2.24E-10
5.09E-10 0.440971
0.6592
ROE 0.183721
0.278998 0.658503
0.5102
FDR
-0.345659 0.353570
-0.977625 0.3283
NPF -0.959155
2.528588 -0.379324
0.7044 Sumber : Statistik Perbankan Bank Indonesia, Lampiran C
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa terdapat beberapa variabel yang memberikan pengaruh negatif maupun variabel yang
memberikan pengaruh positif.Namun dalam analisis ini, semua variabel tidak memberikan pengaruh yang signifikan atau dapat juga dikatakan bahwa semua
variabel yang tidak memberikan pengaruh yang nyata. Dengan menggunakan model Tobit ini kita dapat melihat bahwa variabel asset mempunyai pengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS di kawasan Barat Indonesia. Hal tersebut dikarenakan bank-bank yang
mempunyai aset lebih besar atau tingkat kapitalisasinya besar mempunyai tingkat efisiensi lebih besar dibandingkan dengan bank-bank yang asetnya
kecil. Artinya, bank dengan aset yang lebih besar dalam kegiatan operasinya akan menghasilkan kinerja efisiensi yang lebih baik dibandingkan dengan bank
yang beraset kecil. Temuan empiris ini sejalan dengan pandangan teori bahwa bank dengan asset yang lebih besar cenderung menghasilkan kinerja efisiensi
yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena bank yang beraset besar akan beroperasi pada skala ekonomis economic of scale, artinya bank dapat
meningkatkan output sebanyak mungkin dengan biaya yang lebih rendah efisiensi biaya. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Endri
1
dan Peter dan Fethi
2
.
Sedangkan pada variabel ROE yang mewakili tingkat profitabilitas suatu bank, terdapat pengaruh positif namun tidak signifikan atau dengan kata lain
tidak ada pengaruh yang nyata antara variabel ROE dengan tingkat efisiensi. Dendawijaya 2008 dalam Rosyiqoh Haida menyatakan kenaikan dalam rasio
ROE berarti juga terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan.Jika keuntungan yang dihasilkan bank lebih besar dapat mengindikasikan bahwa
1
Endri, Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi Two-Stage Data Envelopment Analysis Jurnal STEI TAZKIA, 2011: h.23.
2
Peter M Jackson dan Meryem Duygun Fethi, “Evaluating the Technical Efficiency of
Turkish Commercial Bank: An Application of DEA and Tobit Analysis ” University of Leicester,
2000: h.13.
bank tersebut efisien. Hal tersebut terjadi dikarenakan dengan kenaikan laba bersih pada bank akan menyebabkan kenaikan harga saham yang akan
berdampak dengan adanya tanggapan positif dari investor. Dengan laba bersih yang dimiliki bank besar, maka bank akan lebih leluasa dalam melaksanakan
kegiatan operasionalnya dan mencapai optimalisasi sumber daya yang dimilikinya dan mencapai tingkat efisiensi yang optimal. Hal tersebut sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Suvita Jha, Xiaofeng Hui dan Baiqin Sun
3
. Pada variabel FDR terdapat pengaruh negatif dan tidak signifikan.Hal
ini menjelaskan bahwa financing to deposit ratio tidak mempengaruhi tingkat efisiensi pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS di kawasan Barat
Indonesia.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kenaikan pada tingkat efisiensi tidak disebabkan karena adanya kenaikan variabel FDR.Hal ini
membuktikan rasio financing to deposit ratio bukan salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi.Hasil tersebut sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Lutfiana dan Yulianto
4
yang menunjukkan bahwa FDR berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat
efisiensi.
3
Suvita Jha, Xiaofeng Hui dan Baiqin Sun, “Commercial Banking Efficiency in Nepal:
Application of DEA and Tobit Model ” Journal Information Technology, 2013: h.312.
4
Rosyiqoh Haida Lutfiana dan Agung Yulianto, “Determinan Tingkat Efisiensi Bank Umum
Syariah di Indonesia Pendekatan Two Stage DEA ” Accounting Analysis Journal, 2015: h.8.