Analisis Teknis Inefisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kuartal II

BPRS kawasan Timur Nama BPRS Score Efisiensi Input Output I1 I2 I3 O1 O2 SST 66.65 100 69,5 100 66,6 66,6 BBK

52.22 100

100 100 40,6 52,2 PBA 58.04 100 32,3 100 58 58 DAS

53.54 100

94 100 7,4 53,5 Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal II Tahun 2013. Pada Kuartal ini terdapat 4 Empat BPRS kawasan Timur yag tergolong inefisien atau dengan kata lain BPRS tersebut tidak dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya. Inefisiensi pada BPRS Surya Sejati terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2, yang hanya mencapai 69,5, 66,6, dan 66,6. Pada BPRS Bahari Berkesan pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 40,6, dan 52,2 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu, pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya sebesar 32,3, 58, dan 58 menyebabkan BPRS Patuh Beramal tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 94, 7,4 dan 53,5. Tabel 4.4 Inefisiensi BPRS kawasan Barat dan kawasan Timur Kuartal III Tahun 2013 BPRS kawasan Barat Nama BPRS Score Efisiensi Input Output I1 I2 I3 O1 O2 BHJ 61.27 100 38 100 61,3 61,3 AMA

94.59 100

61,9 86,5 94,6 94,6 ALK 66.81 100 48,6 100 66,8 66,8 GST

94.65 100

95 100 66,1 94,6 AMI 94.48 100 100 100 62,6 94,5 Pada tabel 4.2 diperlihatkan inefisiensi teknis BPRS pada Kuartal III Tahun 2013 terdapat 5 Lima BPRS kawasan Barat yang tergolong inefisien.Sama halnya dengan Kuartal II Tahun 2013 dimana seluruh BPRS kawasan Barat tidak dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya. Pada BPRS Bhakti Haji inefisiensi terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 38, 61,3, dan 61,3. Sementara itu, pencapaian variabel DPK I2, Biaya Tenaga Kerja I3, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 61,9, 86,5, 94,6 dan 94,6 menyebabkan BPRS Artha Mas Abadi tergolong inefisien. Pada BPRS Arta Leksana pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya mencapai 48,6, 66,8, dan 66,8 menyebabkan BPRS tidak efisien. Inefisiensi pada BPRS Gunung Slamet terjadi dikarenakan pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 95, 66,1, dan 94,6, Terakhir, pada BPRS Artha Madani inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 62,6, dan 94,5. BPRS kawasan Timur Nama BPRS Score Efisiensi Input Output I1 I2 I3 O1 O2 SST 84.02 100 86,1 100 84 84 BBK

51.11 100

49,4 100 25,1 51,1 PBA 75.13 100 34,2 100 75,1 75,1 DAS

57.58 100

54,3 100 7,6 57,6 Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal III Tahun 2013.Pada Kuartal ini terdapat 4 Empat BPRS kawasan Timur yang tergolong inefisien atau dengan kata lain BPRS tersebut tidak dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya. Inefisiensi pada BPRS Surya Sejati terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2, yang hanya mencapai 86,1, 84, dan 84. Pada BPRS Bahari Berkesan pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 49,4, 25,1, dan 51,1 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu, pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya sebesar 34,2, 75,1, dan 75,1 menyebabkan BPRS Patuh Beramal tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 54,3, 7,6 dan 57,6. Tabel 4.5 Inefisiensi BPRS kawasan Barat dan kawasan Timur Kuartal IV Tahun 2013 BPRS kawasan Barat Nama BPRS Score Efisiensi Input Output I1 I2 I3 O1 O2 BHJ 65.23 100 42,2 100 65,2 65,2 ALK

80.22 100

55,6 100 80,2 80,2 GST 83.04 100 63,1 100 65,3 83 AMI

99.09 100

83,1 100 99,1 99,1 Pada tabel 4.3 diperlihatkan inefisiensi teknis BPRS pada Kuartal IV Tahun 2013 terdapat 4 Empat BPRS kawasan Barat yang tergolong inefisien.Berbeda dengan Kuartal II dan III Tahun 2013 dimana seluruh BPRS kawasan Barat termasuk kedalam BPRS yang inefisiensi. Pada BPRS Bhakti Haji pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 42,2, 65,2, dan 65,2 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Inefisiensi BPRS Arta Leksana terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 55,6, 80,2 dan 80,2. Sementara itu, pencapaian variabel variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 63,1, 65,3, dan 83 menyebabkan BPRS Gunung Slamet tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Artha Madani inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 83,1, 99,1, dan 99,1. BPRS kawasan Timur Nama BPRS Score Efisiensi Input Output I1 I2 I3 O1 O2 BBK 53.52 100 65,1 100 53,5 53,5 PBA

76.46 100

46,9 100 76,5 76,5 DAS 59.89 100 49,9 100 2,3 59,9 Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal IV Tahun 2013.Pada Kuartal ini terdapat 3 Tiga BPRS kawasan Timur yang tergolong inefisien atau dengan kata lain BPRS tersebut tidak dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya. Pada BPRS Bahari Berkesan inefisiensi terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1 dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 65,1, 53,5, dan 53,5. Sementara itu, pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya sebesar 46,9, 76,5, dan 76,5 menyebabkan BPRS Patuh Beramal tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 49,9, 2,3 dan 59,9. Tabel 4.6 Inefisiensi BPRS kawasan Barat dan kawasan Timur Kuartal I Tahun 2014 BPRS kawasan Barat Nama BPRS Score Efisiensi Input Output I1 I2 I3 O1 O2 BHJ

27.95 100

20,6 100 27,9 27,9 AMA 69.95 100 14,8 93,8 70 59,6 ALK 58.69 100 100 100 42,3 58,7 AMI

77.92 100

100 100 24,4 77,9 Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.4 bahwa inefisiensi teknis BPRS pada Kuartal I Tahun 2014 terdapat 4 Empat BPRS kawasan Barat yang tergolong inefisien.Hal tersebut dikarenakan kontribusi dari masing-masing variabel, input maupun output belum dapat dioptimalkan. Inefisiensi pada BPRS Bhakti Haji terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 20,6, 27,9, dan 27,9. Pada BPRS Artha Mas Abadi pencapaian variabel DPK I2, Biaya Tenaga Kerja I3, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 14,8, 93,8 70 dan 59,6 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu, pada BPRS Arta Leksana inefisiensi terjadi dikarenakan pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 42,3, dan 58,7, Terakhir, pada BPRS Artha Madani inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 24,4, dan 77,9. BPRS kawasan Timur Nama BPRS Score Efisiensi Input Output I1 I2 I3 O1 O2 SST

39.22 100

49,8 100 39,2 39,2 BBK 43.69 44 100 100 15 43,7 PBA

52.53 100

100 100 36 52,5 DAS 49.93 100 97,5 100 18,7 49,9 Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal I Tahun 2014.Pada Kuartal ini terdapat 4 Empat BPRS kawasan Timur yang tergolong inefisien atau dengan kata lain BPRS tersebut tidak dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya. Inefisiensi pada BPRS Surya Sejati terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2, yang hanya mencapai 49,8, 39,2, dan 39,2. Pada BPRS Bahari Berkesan pencapaian variabel Aset I1, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 44, 15, dan 43,7 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu, pada BPRS Patuh Beramal inefisiensi terjadi karena variabel Pembiayaan O1 dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 36, dan 52,5. Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 97,5, 18,7 dan 49,9. Tabel 4.7 Inefisiensi BPRS kawasan Barat dan kawasan Timur Kuartal II Tahun 2014 BPRS kawasan Barat Nama BPRS Score Efisiensi Input Output I1 I2 I3 O1 O2 BHJ 42.55 100 27,9 100 42,5 42,5 AMA

82.65 100

39,3 84,9 82,6 82,6 ALK 60.86 100 48,2 100 60,9 60,9 GST

99.34 100

94,5 100 99,3 99,3 AMI 87.99 100 100 100 27,1 89,7 Pada tabel 4.5 diperlihatkan inefisiensi teknis BPRS pada Kuartal II Tahun 2014 terdapat 5 Lima BPRS kawasan Barat yang tergolong inefisien. Pada BPRS Bhakti Haji inefisiensi terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 27,9, 42,5, dan 42,5. Pada BPRS Artha Mas Abadi pencapaian variabel DPK I2, Biaya Tenaga Kerja I3, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 39,3, 84,9, 82,6 dan 82,6 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu, inefisiensi pada BPRS Arta Leksana terjadi dikarenakan pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 48,2, 60,9, dan 60,9. Pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 94,5, 99,3 dan 99,3 menyebabkan BPRS Gunung Slamet tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Artha Madani inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 27,1, dan 89,7. BPRS kawasan Timur Nama BPRS Score Efisiensi Input Output I1 I2 I3 O1 O2 SST 61.15 100 71 100 61,2 61,2 BBK

38.07 100

100 100 18,1 38,1 PBA 57.70 100 25,4 100 57,7 57,7 DAS

56.13 100

84,5 100 31,1 56,1 Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal II Tahun 2014.Pada Kuartal ini terdapat 4 Empat BPRS kawasan Timur yang tergolong inefisien. Inefisiensi pada BPRS Surya Sejati terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2, yang hanya mencapai 71, 61,2, dan 61,2. Pada BPRS Bahari Berkesan pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 18,1, dan 38,1 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu, pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya sebesar 25,4 57,7 dan 57,7 menyebabkan BPRS Patuh Beramal tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 84,5, 31,1 dan 56,1. Tabel 4.8 Inefisiensi BPRS kawasan Barat dan kawasan Timur Kuartal III Tahun 2014 BPRS kawasan Barat Nama BPRS Score Efisiensi Input Output I1 I2 I3 O1 O2 BHJ

58.69 100

36,8 100 58,7 58,7 AMA 96.81 100 62 97,1 96,8 96,8 ALK

71.69 100

33,8 100 71,7 71,7 AMI 88.69 100 100 100 51,3 88,7 Pada tabel 4.6 diperlihatkan inefisiensi teknis BPRS pada Kuartal III Tahun 2014 terdapat 4 Empat BPRS kawasan Barat yang tergolong inefisien. Pada BPRS Bhakti Haji inefisiensi terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 36,8, 58,7, dan 58,7. Pada BPRS Artha Mas Abadi pencapaian variabel DPK I2, Biaya Tenaga Kerja I3, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 62, 97,1, 96,8, dan 96,8 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien.Sementara itu, pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 33,8, 71,7, dan 71,7 menyebabkan BPRS Arta Leksana tergolong inefisien.Terakhir, pada BPRS Artha Madani inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 51,3, dan 88,7. BPRS kawasan Timur Nama BPRS Score Efisiensi Input Output I1 I2 I3 O1 O2 SST

77.73 100

72,5 100 77,7 77,7 BBK 37.92 100 41,9 100 37,9 37,9 PBA

75.82 100

36,6 100 75,8 75,8 IMB 95.49 100 82,7 100 95,5 95,5 DAS

60.08 100

47,7 100 22,6 60,1 Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal III Tahun 2014.Pada Kuartal ini terdapat 5 Lima BPRS kawasan Timur yang tergolong inefisien. Inefisiensi pada BPRS Surya Sejati terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2, yang hanya mencapai 72,5, 77,7, dan 77,7. Pada BPRS Bahari Berkesan pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 41,9, 37,9 dan 37,9 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu, pada BPRS Patuh Beramal inefisiensi terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1 dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 36,6, 75,8, dan 75,8. Pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya sebesar 82,7 95,5 dan 95,5 menyebabkan BPRS Investama Mega Bakti tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 47,7, 22,6 dan 60,1. Tabel 4.9 Inefisiensi BPRS kawasan Barat dan kawasan Timur Kuartal IV Tahun 2014 BPRS kawasan Barat Nama BPRS Score Efisiensi Input Output I1 I2 I3 O1 O2 BHJ 75.66 100 51 100 75,7 75,7 ALK

79.36 100

34,5 100 79,4 79,4 GST 74.89 100 36,9 100 74,9 74,9 Pada tabel 4.7 diperlihatkan inefisiensi teknis BPRS pada Kuartal IV Tahun 2014 terdapat 3 Tiga BPRS kawasan Barat yang tergolong inefisien. Pada BPRS Bhakti Haji inefisiensi terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 51, 75,7, dan 75,7. Sementara itu, pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 34,5, 79,4, dan 79,4 menyebabkan BPRS Arta Leksana tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Artha Surya Barokah inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 36,9, 74,9, dan 74,9. BPRS kawasan Timur Nama BPRS Score Efisiensi Input Output I1 I2 I3 O1 O2 SST 99.46 100 77,8 100 6,4 99,5 BBK

47.75 100

4,7 100 47,8 47,8 PBA 76.68 100 50,6 100 76,7 76,7 DAS

68.33 100

54,6 100 22,8 68,3 Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal IV Tahun 2014.Pada Kuartal ini terdapat 4 Empat BPRS kawasan Timur yang tergolong inefisien. Inefisiensi pada BPRS Surya Sejati terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2, yang hanya mencapai 77,8, 6,4, dan 99,5. Pada BPRS Bahari Berkesan pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 4,7, 47,8, dan 47,8 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya sebesar 50,6, 76,7 dan 76,7 menyebabkan BPRS Patuh Beramal tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 54,6, 22,8 dan 68,3. Tabel 4.10 Inefisiensi BPRS kawasan Barat dan kawasan Timur Kuartal I Tahun 2015 BPRS kawasan Barat Nama BPRS Score Efisiensi Input Output I1 I2 I3 O1 O2 BHJ 41.08 100 16,8 100 41,1 41,1 AMA

58.31 100

13,3 100 58,3 49,6 ALK 62.00 100 48,8 100 62 62 AMI

91.11 100

100 100 18,2 91,1 Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.8 bahwa inefisiensi teknis BPRS pada Kuartal I Tahun 2015 terdapat 4 Empat BPRS kawasan Barat yang tergolong inefisien.Hal tersebut dikarenakan kontribusi dari masing-masing variabel, input maupun output belum dapat dioptimalkan. Inefisiensi pada BPRS Bhakti Haji terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 16,8, 41,1, dan 41,1. Pada BPRS Artha Mas Abadi pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 13,3, 58,3 dan 49,6 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu, inefisiensi pada BPRSArta Leksana terjadi karena penggunaan variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 48,8, 62, dan 62. Terakhir, pada BPRS Artha Madani inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 18,2, dan 91,1. BPRS kawasan Timur Nama BPRS Score Efisiensi Input Output I1 I2 I3 O1 O2 SST

31.84 100

56,1 100 4,8 31,8 BBK 50.26 91,8 100 100 50,3 50,3 PBA

59.06 100

99,9 100 59,1 59,1 DAS 52.32 100 91 100 27,6 52,3 Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal I Tahun 2015.Pada Kuartal ini terdapat 4 Empat BPRS kawasan Timur yang tergolong inefisien. Inefisiensi pada BPRS Surya Sejati terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2, yang hanya 56,1, 4,8, dan 31,8. Pada BPRS Bahari Berkesan pencapaian variabel Aset I1, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 91,8, 50,3, dan 50,3 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu, pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya sebesar 99,9, 59,1, dan 59,1 menyebabkan BPRS Patuh Beramal tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 91, 27,6 dan 52,3. Tabel 4.11 Inefisiensi BPRS kawasan Barat dan kawasan Timur Kuartal II Tahun 2015 BPRS kawasan Barat Nama BPRS Score Efisiensi Input Output I1 I2 I3 O1 O2 BHJ 51.72 100 27,7 100 51,7 51,7 AMA

66.52 100

40,9 100 66,5 66,5 ALK 62.80 100 11,3 100 62,8 62,8 GST

85.59 100

90,5 100 85,6 85,6 AMI 86.42 100 100 100 16,7 86,4 Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.9 bahwa inefisiensi teknis BPRS pada Kuartal II Tahun 2015 terdapat 5 Lima BPRS kawasan Barat yang tergolong inefisien.Hal tersebut dikarenakan kontribusi dari masing-masing variabel, input maupun output belum dapat dioptimalkan. Inefisiensi pada BPRS Bhakti Haji terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 27,7, 51,7, dan 51,7. Pada BPRS Artha Mas Abadi pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 40,9, 66,5 dan 66,5 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu, pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 11,3, 62,8, dan 62,8 menyebabkan BPRS Arta Leksana tergolong inefisien. Inefisiensi pada BPRSGunung Slamet terjadi karena penggunaan variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 90,5, 85,6, dan 85,6. Terakhir, pada BPRS Artha Madani inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 16,7, dan 86,4. BPRS kawasan Timur Nama BPRS Score Efisiensi Input Output I1 I2 I3 O1 O2 SST 51.11 100 49,4 100 25,1 51,1 BBK

56.60 100

100 100 44,2 56,6 PBA 61.68 100 37,7 100 61,7 61,7 IMB

91.25 88,5

100 100 91,3 91,3 DAS 54.93 100 90 100 16 54,9 Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal II Tahun 2015.Pada Kuartal ini terdapat 5 Lima BPRS kawasan Timur yang tergolong inefisien. Inefisiensi pada BPRS Surya Sejati terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2, yang hanya 49,4, 25,1, dan 51,1. Pada BPRS Bahari Berkesan pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 44,2, dan 56,6 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Pada BPRS Patuh Beramal inefisiensi terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1 dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 37,7, 61,7, dan 61,7.Sementara itu, pencapaian variabel Aset I1, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya sebesar 88,5, 91,3, dan 91,3 menyebabkan BPRS Investama Mega Bakti tergolong inefisien.Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 90, 16 dan 54,9. Tabel 4.12 Inefisiensi BPRS kawasan Barat dan kawasan Timur Kuartal III Tahun 2015 BPRS kawasan Barat Nama BPRS Score Efisiensi Input Output I1 I2 I3 O1 O2 BHJ 64.46 100 42,6 100 64,5 64,5 AMA

79.60 100

72,7 100 79,6 79,6 ALK 69.35 100 17,6 100 69,3 69,3 GST

90.70 100

94,2 100 73,2 90,7 AMI 89.68 100 100 100 27,1 89,7 Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.10 bahwa inefisiensi teknis BPRS pada Kuartal III Tahun 2015 terdapat 5 Lima BPRS kawasan Barat yang tergolong inefisien.Hal tersebut dikarenakan kontribusi dari masing- masing variabel, input maupun output belum dapat dioptimalkan. Inefisiensi pada BPRS Bhakti Haji terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 42,6, 64,5, dan 64,5. Pada BPRS Artha Mas Abadi pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 72,7, 79,6, dan 79,6 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu, pada BPRS Arta Leksana inefisiensi terjadi karena variabel DPK I2 sebesar 17,6,dan variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 69,3 dan 69,3. Pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 94,2, 73,2, dan 90,7 menyebabkan BPRS Gunung Slamet tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Artha Madani inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 27,1, dan 89,7. BPRS kawasan Timur Nama BPRS Score Efisiensi Input Output I1 I2 I3 O1 O2 BBK 57.67 100 90,8 100 57,7 57,7 PBA

66.95 100

34 100 67 67 IMB 83.21 100 98,6 100 83,2 83,2 DAS

58.53 100

69,8 100 16,6 58,5 Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal III Tahun 2015.Pada Kuartal ini terdapat 4 Empat BPRS kawasan Timur yang tergolong inefisien. Inefisiensi pada BPRS Bahari Berkesan terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2, yang hanya 90,8, 57,7, dan 57,7. Pada BPRS Patuh Beramal pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 34, 67, dan 67 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu, pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya sebesar 98,6, 83,2 dan 83,2 menyebabkan BPRS Investama Mega Bakti tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 69,8, 16,6 dan 58,5.

D. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Efisiensi

Menggunakan Model Tobit Pada tahap ini akan dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi menggunakan model Tobit. Dalam analisis model Tobit dalam penelitian ini menggunakan paket software Eviews 8. Berikut adalah hasil analisis menggunakan model Tobit. Tabel 4.13 Hasil Analisis Model Tobit BPRS Kawasan Barat Variable Coefficient Std.Error Z-Statistic Prob. C 104.0135 33.31889 3.121759 0.0018 ASET 2.24E-10 5.09E-10 0.440971 0.6592 ROE 0.183721 0.278998 0.658503 0.5102 FDR -0.345659 0.353570 -0.977625 0.3283 NPF -0.959155 2.528588 -0.379324 0.7044 Sumber : Statistik Perbankan Bank Indonesia, Lampiran C Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa terdapat beberapa variabel yang memberikan pengaruh negatif maupun variabel yang memberikan pengaruh positif.Namun dalam analisis ini, semua variabel tidak memberikan pengaruh yang signifikan atau dapat juga dikatakan bahwa semua variabel yang tidak memberikan pengaruh yang nyata. Dengan menggunakan model Tobit ini kita dapat melihat bahwa variabel asset mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS di kawasan Barat Indonesia. Hal tersebut dikarenakan bank-bank yang mempunyai aset lebih besar atau tingkat kapitalisasinya besar mempunyai tingkat efisiensi lebih besar dibandingkan dengan bank-bank yang asetnya kecil. Artinya, bank dengan aset yang lebih besar dalam kegiatan operasinya akan menghasilkan kinerja efisiensi yang lebih baik dibandingkan dengan bank yang beraset kecil. Temuan empiris ini sejalan dengan pandangan teori bahwa bank dengan asset yang lebih besar cenderung menghasilkan kinerja efisiensi yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena bank yang beraset besar akan beroperasi pada skala ekonomis economic of scale, artinya bank dapat meningkatkan output sebanyak mungkin dengan biaya yang lebih rendah efisiensi biaya. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Endri 1 dan Peter dan Fethi 2 . Sedangkan pada variabel ROE yang mewakili tingkat profitabilitas suatu bank, terdapat pengaruh positif namun tidak signifikan atau dengan kata lain tidak ada pengaruh yang nyata antara variabel ROE dengan tingkat efisiensi. Dendawijaya 2008 dalam Rosyiqoh Haida menyatakan kenaikan dalam rasio ROE berarti juga terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan.Jika keuntungan yang dihasilkan bank lebih besar dapat mengindikasikan bahwa 1 Endri, Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi Two-Stage Data Envelopment Analysis Jurnal STEI TAZKIA, 2011: h.23. 2 Peter M Jackson dan Meryem Duygun Fethi, “Evaluating the Technical Efficiency of Turkish Commercial Bank: An Application of DEA and Tobit Analysis ” University of Leicester, 2000: h.13. bank tersebut efisien. Hal tersebut terjadi dikarenakan dengan kenaikan laba bersih pada bank akan menyebabkan kenaikan harga saham yang akan berdampak dengan adanya tanggapan positif dari investor. Dengan laba bersih yang dimiliki bank besar, maka bank akan lebih leluasa dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya dan mencapai optimalisasi sumber daya yang dimilikinya dan mencapai tingkat efisiensi yang optimal. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suvita Jha, Xiaofeng Hui dan Baiqin Sun 3 . Pada variabel FDR terdapat pengaruh negatif dan tidak signifikan.Hal ini menjelaskan bahwa financing to deposit ratio tidak mempengaruhi tingkat efisiensi pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS di kawasan Barat Indonesia.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kenaikan pada tingkat efisiensi tidak disebabkan karena adanya kenaikan variabel FDR.Hal ini membuktikan rasio financing to deposit ratio bukan salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi.Hasil tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lutfiana dan Yulianto 4 yang menunjukkan bahwa FDR berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat efisiensi. 3 Suvita Jha, Xiaofeng Hui dan Baiqin Sun, “Commercial Banking Efficiency in Nepal: Application of DEA and Tobit Model ” Journal Information Technology, 2013: h.312. 4 Rosyiqoh Haida Lutfiana dan Agung Yulianto, “Determinan Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia Pendekatan Two Stage DEA ” Accounting Analysis Journal, 2015: h.8.