informasi bahwa pada kuartal ini BPRS kawasan Barat lebih efisien daripada BPRS kawasan Timur.
Selanjutnya pada kuartal III tahun 2014 score rata-rata efisiensi BPRS kawasan Timur sebesar 69, dan di BPRS kawasan Barat score rata-rata
efisiensi sebesar 83, menunjukkan bahwa pada kuartal ini BPRS kawasan Barat juga lebih efisien dibanding BPRS kawasan Timur. Dan pada kuartal
IV tahun 2014 rata-rata score efisiensi BPRS kawasan Timur sebesar 78, sedangkan rata-rata score efisiensi BPRS di kawasan Barat sebesar 85,
berarti pada kuartal ini BPRS kawasan Barat lebih efisien daripada BPRS kawasan Timur. Kemudian kuartal I tahun 2015 rata-rata score efisiensi
kawasan Timur turun 20 dari kuartal yang sebelumnya dan hanya sebesar 58, sedangkan kawasan Barat rata-rata score efisiensi sebesar 70, pada
kuartal ini juga menunjukan bahwa BPRS kawasan Barat lebih efisien dibandingkan dengan BPRS kawasan Timur. Selanjutnya pada kuartal II
tahun 2015, BPRS kawasan Barat lebih efisien daripada BPRS kawasan Timur, terlihat dari score rata-rata efisiensi kawasan Barat sebesar 70
dibandingkan dengan score rata-rata efisiensi kawasan Timur yang hanya sebesar 63. Terakhir pada kuartal II tahun 2015 score rata-rata efisiensi
kawasan Timur sebesar 73, sedangkan score rata-rata efisiensi kawasan Barat sebesar 78, dan menunjukkan bahwa BPRS kawasan Barat lebih
efisien dibandingkan BPRS kawasan Timur pada kuartal terakhir ini.
C. Analisis Teknis Inefisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kuartal II
Tahun 2013-Kuartal III Tahun 2015
Salah satu kelebihan dari metode Data Envelopmen Analysis DEA adalah dapat menampilkan analisis teknis inefisiensi suatu UKE. Dalam analisis
tersebut akan diperlihatkan kontribusi pencapaian masing-masing variabel, input maupun output yang dimiliki suatu UKE dalam membentuk sebuah score
efisiensi. Inefisiensi dari sebuah UKE atau dalam hal ini Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dapat terjadi karena kontribusi salah satu atau seluruh variabel
yang tidak maksimal dalam membentuk score efisiensi pada masing-masing BPRS selama periode waktu penelitian. Adapun score yang dihasilkan melalui
metode DEA dalam mengukur tingkat efisiensi teknis dihasilkan dalam rentang 0-100. Analisis teknis dalam penelitian ini akan digambarkan melalui tabel
pada setiap kuartal dari 5 lima BPRS kawasan Barat dan 5 lima BPRS kawasan Timur yang menjadi objek penelitian. Pada data inefisiensi teknis
masing-masing BPRS akan ditampilkan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini:
Tabel 4.3 Inefisiensi BPRS kawasan Barat dan kawasan Timur Kuartal II Tahun 2013
BPRS kawasan Barat Nama
BPRS Score
Efisiensi Input
Output I1
I2 I3
O1 O2
BHJ 50.82
100 25,9
100 50,8
50,8 AMA
81.59 100
23,7 66,9
81,6 81,6
ALK 55.15
100 50,9
100 55,2
55,2 GST
93.52 100
95,2 100
57,2 93,5
AMI 84.53
100 100
100 41,6
84,5
Pada tabel 4.1 diperlihatkan inefisiensi teknis BPRS pada Kuartal II Tahun 2013 terdapat 5 lima BPRS kawasan Barat yang tergolong inefisien
atau dengan kata lain pada kuartal ini tidak ada BPRS kawasan Barat di
Indonesia yang tergolong efisien. Inefisiensi pada BPRS Bhakti Haji terjadi
karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2
yang hanya mencapai 25,9, 50,8, dan 50,8. Pada BPRSArtha Mas Abadi
pencapaian variabel DPK I2, Biaya Tenaga Kerja I3, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 sebesar 23,7, 66,9 81,6, dan
81,6 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Pada BPRS Arta Leksana
inefisiensi terjadi karena variabel DPK I2 sebesar 50,9, variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 55,2 dan
55,2. Sementara itu, pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya mencapai 95,2, 57,2, dan 93,5
menyebabkan BPRS Gunung Slamet tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Artha Madani
inefisiensi terjadi karena pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 hanya sebesar 41,6, dan
84,5.
BPRS kawasan Timur Nama
BPRS Score
Efisiensi Input
Output I1
I2 I3
O1 O2
SST 66.65
100 69,5
100 66,6
66,6 BBK
52.22 100
100 100
40,6 52,2
PBA 58.04
100 32,3
100 58
58 DAS
53.54 100
94 100
7,4 53,5
Pada tabel ini, digambarkan mengenai inefisiensi BPRS kawasan Timur pada Kuartal II Tahun 2013. Pada Kuartal ini terdapat 4 Empat BPRS
kawasan Timur yag tergolong inefisien atau dengan kata lain BPRS tersebut tidak dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya. Inefisiensi pada
BPRS Surya Sejati terjadi karena variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan
Pendapatan Operasional O2, yang hanya mencapai 69,5, 66,6, dan 66,6.
Pada BPRS Bahari Berkesan pencapaian variabel Pembiayaan O1, dan
Pendapatan Operasional O2 sebesar 40,6, dan 52,2 menyebabkan BPRS tersebut tergolong inefisien. Sementara itu, pencapaian variabel DPK I2,
Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional O2 yang hanya sebesar
32,3, 58, dan 58 menyebabkan BPRS Patuh Beramal tergolong inefisien. Terakhir, pada BPRS Dinar Ashri inefisiensi terjadi karena
pencapaian variabel DPK I2, Pembiayaan O1, dan Pendapatan Operasional
O2 hanya sebesar 94, 7,4 dan 53,5.