Tema III : Ketidakstabilan Ekonomi Keluarga

cara-cara yang kurang elegan, seperti mengusir istri, memukul, dan istri biasanya melarikan diri pulang ke rumah orangtuanya, dan pada akhirnya orangtua harus ikut campur pada urusan rumah tangga anaknya. Sebagian remaja biasanya ada yang mengakhirinya dengan perpisahan perceraian tetapi sebagian yang lain menyadari kesalahan masing-masing, berjanji untuk saling setia, dan tidak melanjutkan kecurigaan dan kecemburuan pada pasangan, apalagi setelah mereka memiliki anak. Jadi anak, menjadi perekat kasih sayang antara mereka.

5.2.2 Tema III : Ketidakstabilan Ekonomi Keluarga

Masalah ekonomi merupakan masalah yang penting dalam membina sebuah keluarga. Seringkali rumah tangga hancur dan terjadinya perceraian gara-gara ekonomi yang tidak stabil. Masalah ekonomi akan menjadi masalah besar ketika terjadi inflasi, harga-harga barang menjadi mahal, nilai mata uang menjadi kecil, kehidupan menjadi sulit, gaji yang pas-pasan akan menambah beban keluarga. Hal tersebut lebih-lebih akan menjadi masalah besar jika mereka adalah pasangan muda yang sedang belajar membina rumah tangga. Pernikahan dini disebabkan faktor ekonomi lebih banyak dilakukan dari keluarga miskin dengan alasan dapat mengurangi beban tanggungan dari orang tua dan menyejahterakan remaja yang dinikahkan dan biasanya adanya keterpaksaan untuk melakukan pernikahan dini. Dampak menikahkan anaknya yang belum cukup umur, dampaknya bagi keluarga muda dari segi kebutuhan ekonomi akan mengakibatkan stress, akibat belum siapnya secara ekonomi di satu sisi dorongan konsumsi dan kebutuhan baru akibat perubahan jaman yang cepat. Keluarga Baru Universitas Sumatera Utara dari kelompok umur 10 – 14 tahun yang sama tidak bekerja 4,8, masih sekolah 3,7 dan di kalangan petaninelayanburuh 6,3. Salah satu masalah yang sering menjadi dampak negatif dalam pernikahan, termasuk pernikahan usia muda adalah masalah ekonomi keluarga pemberian nafkah oleh suami. Pemberian nafkah yang dirasakan oleh istri seringkali sesuatu yang kurang yang belum diterima dari suaminya. Pada sisi yang lain seorang suami tidak memiliki pekerjaan yang tetap sebagai syarat untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan bahkan seorang suami lebih banyak menganggurnya dari pada bekerjanya. Itu artinya sang suami belum menjalankan kewajibannya dengan baik, sehingga wajar saja jika istrinya merasa ada kekurangan di dalam rumah tangga Zaldi, 2013. Tingginya angka inflasi di Indonesia menyebabkan meningkatnya harga barang-barang, termasuk barang kebutuhan pokok sembako, sementara penghasilan keluarga tidak meningkat, bahkan ada yang mengalami penurunan. Hal tersebut menjadi dampak yang kurang baik bagi kehidupan keluarga terutama keluarga muda. Kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, dan papan akan sulit dipenuhi oleh keluarga dengan penghasilan yang pas-pasan sehingga akan sulit untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Dalam penelitian ini, subjek juga mengeluhkan sulitnya kehidupan dan kecilnya pendapatan yang diperoleh suaminya. Sebagai nelayan, dengan penghasilan yang tidak menentu, mengakibatkan mereka harus pandai-pandai berhemat Universitas Sumatera Utara penghasilan yang diperoleh dari menangkap ikan di laut. Upaya untuk mengatasi kekurangan, mereka terpaksa harus mengutang dulu ke kedaiwarung yang biasa mereka berbelanja, dan ketika suami pulang membawa hasil tangkapan ikan yang banyak barulah utang tersebut dibayar, tetapi jika penghasilan sedikit maka hutangpun akan menumpuk. Subjek III, mendapatkan bantuan dari orangtuanya untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, dengan demikian walaupun mereka sudah menikah tetapi tetap saja menjadi beban atau tanggungan orangtuanya. Bertambahnya anggota keluarga yaitu dengan kehadiran anak semakin menambah beban kehidupan mereka walaupun mereka mengatakan bahwa makanan anak tetap diutamakan meski mereka sendiri harus makan satu kali sehari.

5.2.3 Tema IV : Perceraian