Hamil sebelum menikah Dra. Syarifah, M.S

Dia berencana membujuk lagi anaknya agar mau melanjutkan sekolah. Kalau tetap tak mau, Maman hanya pasrah. ”Ikut saya ke Jakarta. Kerja sedapatnya, mungkin ngepel dan cuci-cuci,” kata Maman yang lulusan SD.

c. Hamil sebelum menikah

Jika kondisi anak perempuan itu telah dalam keadaan hamil, maka orang tua cenderung menikahkan anak-anak tersebut. Bahkan ada beberapa kasus, walau pada dasarnya orang tua anak gadis ini tidak setuju dengan calon menantunya, tapi karena kondisi kehamilan si gadis, maka dengan terpaksa orang tua menikahkan anak gadis tersebut. Bahkan ada kasus, justru anak gadis tersebut pada dasarnya tidak mencintai calon suaminya, tapi karena terlanjur hamil, maka dengan sangat terpaksa mengajukan permohonan dispensasi kawin. Ini semua tentu menjadi hal yang sangat dilematis. Baik bagi anak gadis, orang tua bahkan hakim yang menyidangkan. Karena dengan kondisi seperti ini, jelas-jelas perkawinan yang akan dilaksanakan bukan lagi sebagaimana perkawinan sebagaimana yang diamanatkan UU bahkan agama. Karena sudah terbayang di hadapan mata, bagaimana kelak rona perkawinan anak gadis ini, perkawinan yang dilaksanakan berdasarkan rasa cinta saja kemungkinan di kemudian hari bisa goyah, apalagi jika perkawinan tersebut didasarkan keterpaksaan. Universitas Sumatera Utara 2. Sebab dari luar Anak a. Faktor Pemahaman Agama Ada sebagian dari masyarakat kita yang memahami bahwa jika anak menjalin hubungan dengan lawan jenis, telah terjadi pelanggaran agama. Dan sebagai orang tua wajib melindungi dan mencegahnya dengan segera menikahkan anak- anak tersebut. Ada satu kasus, dimana orang tua anak menyatakan bahwa jika anak menjalin hubungan dengan lawan jenis merupakan satu: “perzinahan”. Oleh karena itu sebagai orang tua harus mencegah hal tersebut dengan segera menikahkan. Saat majelis hakim menanyakan anak wanita yang belum berusia 16 tahun tersebut, anak tersebut pada dasarnya tidak keberatan jika menunggu sampai usia 16 tahun yang tinggal beberapa bulan lagi. Tapi orang tua yang tetap bersikukuh bahwa pernikahan harus segera dilaksanakan. Bahwa perbuatan anak yang saling suka sama suka dengan anak laki-laki adalah merupakan “zina”. Dan sebagai orang tua sangat takut dengan azab membiarkan anak tetap berzina. b. Faktor ekonomi Kita masih banyak menemui kasus-kasus dimana orang tua terlilit hutang yang sudah tidak mampu dibayarkan. Dan jika si orang tua yang terlilit hutang tadi mempunyai anak gadis, maka anak gadis tersebut akan diserahkan sebagai “alat pembayaran” kepada si piutang. Dan setelah anak tersebut dikawini, maka lunaslah hutang-hutang yang melilit orang tua si anak. Universitas Sumatera Utara c. Kuatnya tradisi dan budaya. Di beberapa belahan daerah di Indonesia, masih terdapat beberapa pemahaman tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak kecil telah dijodohkan orang tuanya. Dan akan segera dinikahkan sesaat setelah anak tersebut mengalami masa menstruasi. Padahal umumnya anak-anak perempuan mulai menstruasi di usia 12 tahun. Maka dapat dipastikan anak tersebut akan dinikahkan pada usia 12 tahun, jauh di bawah batas usia minimum sebuah pernikahan yang diamanatkan UU Ahmad, 2009. Peran orang tua dalam menentukan jodoh anaknya cukup besar. Setidak- tidaknya terdapat sebanyak 49 perkawinan wanita belia merupakan perjodohan yang diatur oleh orang tua. Campur tangan orang tua dalam mencarikan dan menentukan pasangan hidup anak perempuannya terutama pada perkawinan pertama umum ditemukan di kalangan masyarakat Jawa, terlebih lagi di daerah pedesaan. Praktek pernikahan dini sering dipengaruhi oleh tradisi lokal. Sekalipun ada ketetapan undang-udang yang melarang pernikahan dini, ternyata ada juga fasilitas dispensasi. Pengadilan Agama dan Kantor Urusan Agama sering memberi dispensasi jika mempelai wanita ternyata masih di bawah umur. Di Indonesia masih sering terjadi praktek pernikahan anak di bawah umur. Undang-Undang Perkawinan dari tahun 1974 juga tidak tegas melarang praktek itu. Menurut UU Perkawinan, seorang anak perempuan baru boleh menikah di atas usia 16 tahun, seorang anak lelaki di atas Universitas Sumatera Utara usia 18 tahun. Tapi ada juga dispensasi. Jadi, Kantor Urusan Agama, KUA, masih sering memberi dispensasi untuk anak perempuan di bawah 16 tahun. Sutik, perempuan asal Tegaldowo, Rembang, Jawa Tengah ini, pertama kali dijodohkan orang tuanya pada usia 11 tahun. Kuatnya tradisi turun temurun membuatnya tak mampu menolak. Terlebih lagi, Sutik juga belum mengerti arti sebuah pernikahan. Sutik adalah satu dari sekian banyak anak perempuan di wilayah Tegaldowo, Rembang, yang dinikahkan karena tradisi yang mengikatnya. Kuatnya tradisi memaksa anak-anak perempuan desa ini melakukan pernikahan dini. Mengakarnya tradisi pernikahan dini ini terkait dengan masih adanya kepercayaan kuat tentang mitos anak perempuan. Seperti diungkapkan Suwandi, pegawai pencacat nikah di Tegaldowo Rembang Jawa Tengah, ”Adat orang sini kalau punya anak perempuan sudah ada yang ngelamar harus diterima, kalau tidak diterima bisa sampai lama tidak laku-laku. Di daerah ini, anak umur belasan sudah menikah, bahkan banyak yang sudah menyandang status janda karena orang tua tidak memperdulikan, apakah anak bersedia dinikahkan atau tidak. Yang terpenting, menurut para orang tua, adalah menikahkan terlebih dulu, meski kemudian diceraikan. Berbagai cara biasa dilakukan agar pernikahan terlaksana, dari memaksa perangkat desa untuk mempermudah urusan administrasi, memberi uang pelicin hingga harus memanipulasi usia anak mereka. Seperti yang terjadi pada Sutik. Dalam surat nikahnya tercatat berumur 16 tahun, meski sebenarnya Sutik menikah di usia 13 tahun. Universitas Sumatera Utara Hanum 2011 menyatakan bahwa nilai budaya lama yang menganggap bahwa menstruasi merupakan tanda telah dewasanya seorang anak gadis masih dipercaya oleh warga masyarakat, tidak hanya di kalangan orang tua saja melainkan juga di kalangan kaum muda. Hal ini akan membentuk sikap positif masyarakat dan kaum muda terhadap pernikahan dini. Perempuan di pedesaan di ikuti dengan pernikahan di usia muda yang mengantarkan remaja pada kehamilan dan persalinan. Hal ini dapat meningkatkan resiko kematian maternal, yang mencakup 4 terlalu yaitu terlalu muda untuk melahirkan, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak melahirkan anak. Umur ibu yang kurang dari 18 tahun meningkatkan resiko lahirnya bayi “Berat Bayi Lahir Rendah” BBLR dapat juga beresiko terkena kanker leher rahim, karena pada usia remaja, sel-sel rahim belum matang sehingga pertumbuhan sel akan menyimpang dan tumbuh menjadi kanker. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Komisi Perempuan Indonesia KPI Dr. Sukron Kamil dari UIN Cabang Rembang menyatakan bahwa, pernikahan dini karena perjodohan saat usia sekolah masih terbilang tinggi. Pada tahun 2006- 2010, jumlah anak menikah dini di bawah 15 tahun masih meningkat. Beberapa penyebab terjadinya pernikahan usia dini, 62 wanita menikah karena hamil di luar nikah, 21 di paksa orang tua menikah dini karena ingin memperbaiki keadaan ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, salah satu penyebab pernikahan di bawah umur adalah karena dipaksa orang tua. Hal tersebut memang sering terjadi. Perjodohan yang diterima anak dengan keterpaksaan bukan hanya menimbulkan Universitas Sumatera Utara dampak buruk bagi psikologisnya, tapi juga kesehatannya. Ancaman depresi pun dapat menyerangnya. Dr.Sukron Kamil melanjutkan, beberapa fakta di dapat dampak dari perjodohan di usia dini yang berujung pada pernikahan dini adalah : 1. Kekerasan terhadap anak Terkadang anak mengalami kekerasan dari orang tua atau keluarga apabila menolak untuk dinikahkan. Bahkan ditemukan juga kasus setelah dinikahkan anak mencoba bunuh diri dengan minum cairan pestisida. Kekerasan juga bukan hanya dari lingkungan keluarga, namun juga dari pasangan yang umumnya berusia lebih tua dari mereka. 2. Tingkat perceraian yang tinggi Lebih dari 50 pernikahan tidaklah berhasil, dan akhirnya bercerai. Bahkan ada juga kasus yang menjalani pernikahan hanya dalam hitungan minggu lalu berpisah. Dan biasanya hal ini terjadi karena anak perempuan tidak mau melakukan kewajiban sebagai istri dan kurangnya kesiapan masing–masing pasangan yang mau menikah 3. Kemiskinan meningkat, karena belum siap secara ekonomi 4. Trafficking eksploitasi dan seks komersial anak Salah satu alasan perjodohan adalah untuk memperbaiki derajat keluarganya. Pada beberapa kasus, banyak keluarga yang merelakan anak perempuannya untuk dinikahi oleh orang terpandang dan keluarga dijanjikan harta atau kekayaan. Universitas Sumatera Utara Penelitian selanjutnya yang dilakukan di wilayah kelurahan Pall Merah tanggal 28 Juli tahun 2012, beliau melakukan survei secara wawancara bersama ibu yang menikah di usia muda di dapatkan dari hasil wawancara terhadap ibu menikah muda mengatakan : “Saya terpaksa menikah karena status ekonomi, dan perjodohan. Dunia saya berubah 180 derajat, dari bangun sembarangan, harus berangkat pagi untuk bekerja, belum lagi siang malam anak saya menangis. Hingga kami tidak bisa tidur sekejap pun”. Dari respon hasil wawancara yang dilakukan, dapat disimpulkan mereka tidak mengerti arti dari pernikahan usia muda, dampak perubahan yang akan terjadi dari pernikahan di usia muda. Hal ini juga dikarenakan tugas perkembangan yang sebenarnya pada usia remaja yang harus mereka penuhi adalah masih pada tahap persiapan pernikahan dan keluarga serta menginginkan hal-hal yang diinginkan remaja pada umumnya, mereka belum masuk pada tahap pernikahan yang sebenarnya yaitu yang ada pada tugas perkembangan masa dewasa sehingga bagi remaja putri yang menikah membuat masa remaja mereka dipercepat dari yang seharusnya. Faktor kesiapan untuk menikah juga menjadi salah satu faktor penentu dalam penyesuaian pernikahan. Persiapan yang terbatas yang dimiliki remaja putri membuat beberapa pasangan yang menikah di usia seperti itu mengalami permasalahan-permasalahan dalam penyesuaian pernikahan mereka. Universitas Sumatera Utara

2.5 Dampak Pernikahan Dini Pada Remaja