menikah bukan karena ada paksaan dari orangtua, tetapi berangkat dari rasa cinta yang mendalam pada pasangannya.
5.1.5 Tema V : Hamil di Luar Nikah
Jika terjadi kehamilan di luar nikah, menikah adalah solusi yang sering diambil oleh keluarga dan masyarakat untuk menutupi aib dan menyelamatkan status
anaknya. Wanita yang hamil di luar nikah mayoritas yang menikahi wanita tersebut adalah laki-laki yang menghamilinya. Meski pada dasarnya masyarakat tidak tahu
banyak hukum, akan tetapi tindakan masyarakat untuk menyegerakan pelaksanaan pernikahan tersebut lebih tepat. Karena masyarakat dan pihak orang tua lebih banyak
mempertimbangkan dampak-dampak yang akan terjadi selanjutnya, dari pada membiarkan remaja putri yang hamil terlantar dan tidak mempunyai suami dalam
kehidupannya. Dengan menikahkan kedua belah pihak remaja tersebut, maka akan ada rasa tanggung jawab dari keduanya Adhim, 2008.
Pernikahan dini sepertinya identik sekali dengan pernikahan yang amburadul, yaitu pernikahan dengan masa depan yang suram. Pandangan ini meluas karena
pernikahan dini dianggap terjadi karena unsur keterpaksaan atau “kecelakaan”. Dengan kata lain, pernikahan dini adalah pernikahan yang dilaksanakan tanpa
persiapan yang matang. Bila ada pasangan muda menikah, pernikahan mereka dianggap terlalu dini, terlalu tergesa-gesa, atau digosipkan akibat “kecelakaan” atau
hamil di luar nikah married by accident Wirawan, 2009. Kehidupan remaja di sebagian daerah di Indonesia mencerminkan kehidupan
remaja yang bebas. Mereka berteman dengan siapa saja tanpa melihat bagaimana
Universitas Sumatera Utara
teman yang dekat dengan mereka. Mereka selalu berpacaran di tempat-tempat gelap dan sepi. Tidak hanya itu saja, mereka juga sering mempertontonkan sikap
berpacaran mereka yang tidak wajar atau berlebihan seperti bergandengan tangan, berpelukan, berciuman, berangkulan, meraba daerah sensitif, bahkan sudah berani
melakukan hubungan seperti suami istri. Mereka tidak lagi memikirkan tentang bagaimana respon dan sikap orangtua terhadap mereka. Sebagian besar anak remaja,
baik pria maupun wanita di daerah tersebut sering membawa pasangan mereka untuk menginap di rumah mereka selama berhari-hari tanpa pengawasan dari orangtua,
bahkan yang lebih parah orangtua seringkali membiarkan perilaku anak tersebut Sarwono, 2011.
Paparan media massa, baik cetak koran, majalah, buku-buku porno maupun elektronik TV, VCD, Internet, dinilai banyak menyuguhkan materi pornografi dan
pornoaksi secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kesan yang mendalam dan gambaran psikoseksual yang salah, serta dapat mendorong timbulnya
libido seksual remaja, bahkan materi pornografi dan pornoaksi dijadikan referensi oleh remaja untuk melakukan seksual pranikah Monks, 2006.
Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa tersebut. Kajian tentang
pemanfaatan waktu luang di kalangan remaja menunjukkan bahwa sebagian besar remaja menghabiskan waktu luangnya untuk menonton TV 86 pada anak laki-
laki, dan 90 pada anak perempuan. Remaja umumnya telah berani menyetel VCD porno secara bersama-sama di rumah teman mereka apabila orang tuanya tidak ada.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan temuan Soetjiningsih 2010, anak-anak remaja yang berstatus sebagai pelajar SLTP diketahui menghabiskan sebagian besar waktunya di depan TV. Apabila
tidak ada filter daya tahan yang baik pada diri remaja, mereka bisa terseret arus dari paket tayangan TV yang tidak selalu bernilai edukatif.
Paparan pornografi juga dialami oleh subjek II yang hamil di luar nikah setelah mendapatkan paparan dari handphone milik pacarnya yang berisi film seks
yang sengaja dipertontonkan pada subjek II. Paparan pornografi dari handphone yang saat ini sangat mudah diakses oleh siapa saja menyebabkan remaja rentan terhadap
tindakan perilaku seks bebas. Hasil penelitian Mariani 2010 yang meneliti di SMP Negeri di Nusa Tenggara Barat mendapatkan hasil bahwa media pemaparan siswa
terhadap pornografi yang paling utama adalah telepon genggam HP, handphone. Sekitar 44,2, atau 561 siswa dari 1268 siswa yang terpapar pornografi, pertama kali
terpapar materi berisi pornografi melalui sarana telekomunikasi ini. Media pemaparan yang lain meliputi internet 17,0, VCDDVD 13,5, majalah 11,4, TV
11,1 dan media lainnya 2,8. Pemaparan pornografi melalui telepon genggam merupakan modus yang menarik dengan perkembangan teknologi komunikasi yang
sangat pesat. Teknologi yang sangat akrab dengan siswa remaja ini ternyata dapat membawa dampak negatif ikutan yang serius.
5.1.6 Tema VI : Kurang Pengetahuan Kesehatan Reproduksi