untuk berbuat zinah. Apalagi saat ini banyak tempat untuk berbuat maksiat, sehingga institusi perkawinan dianggap sebagai salah satu cara untuk mencegah perbuatan
zinah yang akan menambah dosa.
5.1.4 Tema IV : Sudah Jodoh Cinta
Menurut Sarwono 2011, pernikahan muda atau pernikahan dini banyak terjadi pada masa pubertas, hal ini terjadi karena remaja sangat rentan terhadap
perilaku seksual. Sedangkan, Sanderowitz dan Paxman Sarwono, 2011 menyatakan bahwa pernikahan muda juga sering terjadi karena remaja berfikir secara emosional
untuk melakukan pernikahan, mereka berfikir telah saling mencintai dan siap untuk menikah.
Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting yang tidak akan pernah dilupakan dalam kehidupan seseorang. Pada saat dua orang yang saling
mencintai dan sepakat untuk membina sebuah keluarga yang bahagia maka kesepakatan tersebut akan diwujudkan dalam suatu ikatan yang disebut dengan
perkawinan. Cinta yang besar pada pasangan menyebabkan mereka merasa bahwa mereka dua insan yang tidak dapat dipisahkan lagi sehingga memutuskan untuk
mengakhirinya dengan suatu ikatan pernikahan Kusmiran, 2012. Usia remaja merupakan usia kelabilan pada emosinya yang terkadang
berakibat kepada keputusan untuk menikah dengan tergesa-gesa tanpa melalui pertimbangan yang matang. Remaja, selalu berkhayal tentang sesuatu yang enak-enak
dan menyenangkan serta terkadang tidak realistis Sarwono, 2011. Bayangan
Universitas Sumatera Utara
tersebut biasanya berkaitan dengan alasan rasa cinta yang mendalam atau karena kebutuhan seksual. Mereka membayangkan ketika dipeluk atau memeluk
pasangannya atau kemesraan antara laki-laki dan perempuan. Khayalan yang berlebihan akan menjadikan mereka tidak berfikir panjang bahwa kenyataannya
pernikahan bukanlah sekedar pelampiasan dan pemenuhan kebutuhan seksual. Tetapi lebih dari itu persoalan yang dihadapi begitu kompleks menyangkut persoalan
internal dan eksternal keluarga, sehingga pernikahan membutuhkan persiapan fisik dan mental seseorang Latif, 2004.
Sebagian remaja yang memutuskan untuk menikah dengan alasan cinta sebenarnya karena didasari rasa emosional semata atau rasa cinta yang mendalam.
Pernikahan yang dilakukan atas dasar emosional, dapat dikatakan bahwa pernikahan yang dijalani bukanlah atas dasar untuk mensegerakan nikah tetapi tergesa-gesa untuk
menikah. Ketergesa-gesaan menikah akan berdampak pada beban psikologi yang berat pada saat menjalani pernikahan tersebut.
Rasa cinta yang mendalam merupakan alasan penyebab subjek penelitian memilih menikah dengan pasangannya. Subjek I merasakan bahwa jodoh telah
mempertemukan mereka dalam suatu ikatan perkawinan. Subjek II dengan alasan telah melakukan perilaku seks bebas yang didasari oleh cinta yang sangat besar pada
pasangan dan takut untuk ditinggalkan sehingga menyebabkan dirinya hamil akhirnya mereka melakukan pernikahan. Sedangkan subjek III rela meninggalkan
kuliahnya untuk menikah dengan suami yang sangat dicintainya. Ketiga subjek
Universitas Sumatera Utara
menikah bukan karena ada paksaan dari orangtua, tetapi berangkat dari rasa cinta yang mendalam pada pasangannya.
5.1.5 Tema V : Hamil di Luar Nikah