terjadinya penelantaran atau perlakuan salah pada anak, serta berpartisipasi dalam masyarakat untuk mencegah terjadinya pernikahan di usia dini.
2.3 Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi antara masa remaja-remaja ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dari tubuh
termasuk fungsi reproduksi. Pertumbuhan dan perkembangan ini mempengaruhi perubahan fisik, mental maupun sosial, sehingga masa ini sering disebut sebagai
masa-masa kritis dalam kehidupan manusia Hurlock, 2003. Pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju dewasa.
Tidak ada batasan tajam antara akhir masa kanak-kanak sampai masa awal pubertas pada remaja putri. Secara klinis pubertas dimulai dengan tumbuhnya ciri-ciri kelamin
sekunder dan diakhiri jika sudah ada kemampuan bereproduksi. Masa pubertas diawali dengan berfungsinya ovarium yang biasanya terjadi pada umur 8-14 tahun
dan berlangsung kurang lebih selama 4 tahun. Widiyastuti dkk, 2009 Manusia secara biologis mempunyai kebutuhan seksual, begitu juga dengan
remaja. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus,
karena jika timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab dan bisa mengakibatkan kehamilan.
Banyaknya remaja putri yang menikah di usia muda memicu kasus kehamilan dan persalinan yang tidak aman. Pernikahan usia muda hingga saat ini masih menjadi
Universitas Sumatera Utara
persoalan yang serius secara global. Selain menyebabkan putusnya akses pendidikan, pernikahan usia muda juga berdampak secara psikologis, ekonomis, dan juga
kesehatan reproduksi. Pernikahan dini menimbulkan dampak bagi remaja laki-laki dan remaja putri.
Salah satu dampak pernikahan dini cukup signifikan adalah kesehatan reproduksi. Berdasarkan Penelitian Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM pada tahun
2010 hampir di semua wilayah Indonesia, remaja putri yang menikah pada usia muda berpotensi mengalami kehamilan beresiko tinggi. Kehamilan remaja meningkatkan
risiko kematian dua hingga empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang hamil pada usia lebih dari 20 tahun. Demikian pula dengan risiko kematian bayi
30 lebih tinggi pada ibu yang melahirkan pada usia muda dibandingkan pada ibu yang melahirkan pada usia lebih dari 20 tahun National Geographic, 2011.
2.4 Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Dini
Ada dua faktor penyebab terjadinya pernikahan dini pada kalangan remaja,
yaitu sebab dari anak dan dari luar anak.
1. Sebab dari Anak
a. Faktor Pendidikan Peran pendidikan anak-anak sangat mempunyai peran yang besar. Jika seorang
anak putus sekolah pada usia wajib sekolah, kemudian mengisi waktu dengan bekerja. Saat ini anak tersebut sudah merasa cukup mandiri, sehingga merasa
mampu untuk menghidupi diri sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah tersebut menganggur. Dalam kekosongan waktu tanpa pekerjaan membuat mereka akhirnya melakukan hal-
hal yang tidak produktif. Salah satunya adalah menjalin hubungan dengan lawan jenis, yang jika di luar kontrol membuat kehamilan di luar nikah.
b. Terlibat hubungan biologis Ada beberapa kasus, diajukannya pernikahan karena anak-anak telah
melakukan hubungan biologis layaknya suami istri. Dengan kondisi seperti ini, orang tua anak perempuan cenderung segera menikahkan anaknya, karena
menurut orang tua anak gadis ini, bahwa karena sudah tidak perawan lagi, dan hal ini menjadi aib.
Purba 2012, diajukannya pernikahan karena anak-anak telah melakukan hubungan biologis layaknya suami istri. Dengan kondisi seperti ini, orang tua
anak perempuan cenderung segera menikahkan anaknya, karena menurut orang tua anak gadis ini, bahwa karena sudah tidak perawan lagi, dan hal ini menjadi
aib. “Sebulan terakhir, Maman 40 kebingungan. Anak pertamanya, laki-laki,
mogok tidak mau melanjutkan sekolah setelah Juni lalu lulus SMP. Bukan hanya itu, anak itu minta dikawinkan, padahal usianya baru 16 tahun. Karena
usia si anak baru 16 tahun, untuk menikah harus mendapat izin dari pengadilan. ”Keluarga pihak perempuan memaksa cepat menikah. Katanya takut hamil,
tetapi sebetulnya tidak hamil,” kata Maman yang bekerja menjaga rumah di Jakarta dan berasal dari Madukoro, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Universitas Sumatera Utara
Dia berencana membujuk lagi anaknya agar mau melanjutkan sekolah. Kalau tetap tak mau, Maman hanya pasrah. ”Ikut saya ke Jakarta. Kerja sedapatnya,
mungkin ngepel dan cuci-cuci,” kata Maman yang lulusan SD.
c. Hamil sebelum menikah