Rendahnya tingkat pendidikan remaja seringkali berbanding lurus dengan tingkat status sosial ekonomi keluarga. Status sosial ekonomi tentunya mempunyai
peran terhadap perkembangan anak, dengan perekonomian yang cukup, maka anak- anak mereka mempunyai kesempatan yang luas, seperti mendapatkan pendidikan dan
kebutuhan hidup anggota terpenuhi. Lain halnya dengan keadaan sosial ekonomi orang tua yang kurang mencukupi kebutuhan keluarga, anak-anak mereka tidak
mempunyai kesempatan luas, seperti sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Beban orang tua akan semakin berat untuk mencukupi kebutuhan anggota keluarga atau
anak-anak mereka. Untuk mengurangi beban orang tua yang berasal dari ekonomi yang rendah mereka akan cepat-cepat menikahkan anaknya khususnya anak gadisnya
yang belum cukup umur untuk menikah. Penelitian pada masyarakat Jawa di Bengkulu Utara menunjukkan bahwa
faktor yang mengkondisikan berlangsungnya perkawinan di usia belia adalah rendahnya akses pada pendidikan, kemiskinan penduduk, isolasi daerah, terbatasnya
lapangan pekerjaan dan rendahnya mobilitas Hanum, 1997. Menurut Sukamdi 2005, kemiskinan penduduk erat kaitannya dengan pendidikan rendah, pendapatan
rendah dan daya beli masyarakat rendah. Mereka banyak tinggal di daerah lereng bukit, pegunungan atau gunung yang memiliki tempat tinggal semi permanen.
5.1.3 Tema III : Takut Berbuat Dosa Zinah
Dalam konteks sosio-religiusitas, mayoritas penduduk Kota Lhokseumawe menganut agama Islam single majority, mereka sudah membentuk kultur dan
budaya dengan ciri khas Islam. Dalam Agama Islam, perilaku dalam berhubungan
Universitas Sumatera Utara
antara laki-laki dan perempuan diatur oleh agama. Perilaku tersebut merupakan batasan-batasan yang dilandasi nilai-nilai agama. Oleh karena itu perilaku tersebut
harus diperhatikan, dipelihara, dan dilaksanakan oleh penganutnya, termasuk para remaja muslim.
Provinsi Aceh yang telah menerapkan Perda Syariah mengacu pada ajaran Islam berlaku juga untuk masyarakat Kota Lhokseumawe. Dalam Perda tersebut
ditegaskan bahwa pergaulan antara laki-laki dengan perempuan diperbolehkan sampai pada batas tidak membuka peluang terjadinya perbuatan dosa. Namun yang
masih perlu menjadi masukan dalam penerapan Perda Syariah di Kota Lhokseumawe terkait peran pemerintah dalam meningkatkan kesehatan reproduksi masih kurang,
karena dalam Perda Syariah tersebut pemerintah dengan tegas menekankan bagaimana cara perempuan berpakaian harus sesuai syariah tetapi dalam masalah
perkawinan pemerintah masih terkesan membiarkan banyaknya pernikahan pada usia dini pada remaja yang akan berdampak negatif bagi masa depan remaja tersebut
termasuk anak-anak yang dilahirkannya. Pergaulan di dalam Islam adalah pergaulan yang dilandasi oleh nilai-nilai
kesucian. Dalam pergaulan dengan lawan jenis harus dijaga jarak sehingga tidak ada kesempatan terjadinya kejahatan seksual yang pada gilirannya akan merusak bagi
pelaku maupun bagi masyarakat umum. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman dalam Surat Al-Isra’ ayat 32 yang artinya “Dan janganlah kamu mendekati zinah,
Sesungguhnya zinah itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”.
Universitas Sumatera Utara
Dalam rangka menjaga kesucian pergaulan remaja agar terhindar dari perbuatan zinah, Islam telah membuat batasan-batasan sebagai berikut :
1. Laki-laki tidak boleh berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya.
Jika laki-laki dan perempuan di tempat sepi maka yang ketiga adalah setan, mula- mula saling berpandangan, lalu berpegangan, dan akhirnya menjurus pada
perzinahan, itu semua adalah bujuk rayu setan. 2.
Laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tidak boleh bersentuhan secara fisik. Saling bersentuhan yang dilarang dalam Islam adalah sentuhan yang
disengaja dan disertai nafsu birahi. Tetapi bersentuhan yang tidak disengaja tanpa disertai nafsu birahi tidaklah dilarang.
Alasan bahwa dengan menikah di usia muda akan mampu menghindari hal- hal yang dilarang baik asas agama maupun sosial di tengah gejolak pergaulan yang
semakin ”menggila” seperti saat ini yang dapat terjerumus ke dalam perbuatan dosa zinah banyak dianut oleh masyarakat di Kota Lhokseumawe. Daripada menanggung
dosa, karena melakukan hubungan seks di luar ikatan perkawinan, maka untuk mencegahnya remaja yang sudah sering pergi berduaan maka segera menikah atau
dinikahkan. Bagi masyarakat Kota Lhokseumawe, remaja yang berlama-lama pacaran
dikhawatirkan dapat berbuat maksiat, karenanya lebih baik mereka menikah pada usia muda daripada menanggung dosa yang besar yaitu berbuat zinah. Banyaknya godaan
dalam hidup terutama pada masa berpacaran merupakan langkah awal dari keinginan
Universitas Sumatera Utara
untuk berbuat zinah. Apalagi saat ini banyak tempat untuk berbuat maksiat, sehingga institusi perkawinan dianggap sebagai salah satu cara untuk mencegah perbuatan
zinah yang akan menambah dosa.
5.1.4 Tema IV : Sudah Jodoh Cinta