Tema VI : Kurang Pengetahuan Kesehatan Reproduksi

Sesuai dengan temuan Soetjiningsih 2010, anak-anak remaja yang berstatus sebagai pelajar SLTP diketahui menghabiskan sebagian besar waktunya di depan TV. Apabila tidak ada filter daya tahan yang baik pada diri remaja, mereka bisa terseret arus dari paket tayangan TV yang tidak selalu bernilai edukatif. Paparan pornografi juga dialami oleh subjek II yang hamil di luar nikah setelah mendapatkan paparan dari handphone milik pacarnya yang berisi film seks yang sengaja dipertontonkan pada subjek II. Paparan pornografi dari handphone yang saat ini sangat mudah diakses oleh siapa saja menyebabkan remaja rentan terhadap tindakan perilaku seks bebas. Hasil penelitian Mariani 2010 yang meneliti di SMP Negeri di Nusa Tenggara Barat mendapatkan hasil bahwa media pemaparan siswa terhadap pornografi yang paling utama adalah telepon genggam HP, handphone. Sekitar 44,2, atau 561 siswa dari 1268 siswa yang terpapar pornografi, pertama kali terpapar materi berisi pornografi melalui sarana telekomunikasi ini. Media pemaparan yang lain meliputi internet 17,0, VCDDVD 13,5, majalah 11,4, TV 11,1 dan media lainnya 2,8. Pemaparan pornografi melalui telepon genggam merupakan modus yang menarik dengan perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat. Teknologi yang sangat akrab dengan siswa remaja ini ternyata dapat membawa dampak negatif ikutan yang serius.

5.1.6 Tema VI : Kurang Pengetahuan Kesehatan Reproduksi

Pengetahuan atau kognitiff merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behavior. Pengetahuan merupakan hasil tahu Universitas Sumatera Utara dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Notoadmodjo, 2012. Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat dan keluarga tempat remaja tumbuh memberikan gambaran sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai hubungan seksual. Biasanya topik terkait reproduksi dianggap tabu dibicarakan orangtua dengan anak remaja sehingga saluran informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi menjadi sangat kurang. Sangat sedikit orangtua atau keluarga yang dapat memberikan informasi yang benar karena sebagian besar masih menganggap tabu untuk membicarakan masalah seks dan kesehatan reproduksi. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat penting diketahui oleh remaja agar mampu memahami dengan baik fungsi alat reproduksi serta kapan alat reproduksi tersebut matang dan dapat berfungsi sesuai dengan kemampuannya. Seorang remaja putri perlu memahami dengan baik usia yang baik untuk hamil, agar dapat mengurangi gangguan atau komplikasi yang dapat terjadi Wahyudi, 2010. Pernikahan usia dini memberi risiko yang lebih besar pada remaja perempuan khususnya pada aspek kesehatan reproduksinya. Pernikahan usia dini juga akan berimplikasi pada keterbelakangan pengetahuan akibat terhambatnya proses pendidikan disebabkan pernikahan tersebut. Aspek sosial budaya masyarakat memberi pengaruh terhadap pelaksanaan pernikahan dan tidak terlepas pula pada pernikahan usia dini Landung, 2009. Universitas Sumatera Utara Terdapat kesenjangan gap tentang pernikahan usia dini antara masyarakat awam dan dari segi kesehatan. Menurut masyarakat awam, pernikahan dapat dilakukan jika anak sudah akil baligh atau sudah mendapatkan haid menstruasi. Dari segi kesehatan, perempuan yang menikah di usia dini kurang dari 15 tahun memiliki banyak risiko, sekalipun ia sudah mengalami menstruasi atau haid. Ada dua dampak medis yang ditimbulkan oleh pernikahan usia dini ini, yakni dampak pada kandungan dan kebidanannya. Penyakit kandungan yang banyak diderita wanita yang menikah usia dini, antara lain infeksi pada kandungan dan kanker mulut rahim. Hal ini terjadi karena terjadinya masa peralihan sel anak-anak ke sel dewasa yang terlalu cepat. Padahal, pada umumnya pertumbuhan sel yang tumbuh pada anak-anak baru akan berakhir pada usia 19 tahun. Adanya perbedaan pandangan dari masyarakat awam dan dari segi kesehatan disebabkan kurang pahamnya masyarakat tentang kesehatan reproduksi dan dampak pernikahan dini Widyastuti, 2009. Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan, rata-rata penderita infeksi kandungan dan kanker mulut rahim adalah wanita yang menikah di usia dini atau di bawah usia 19 atau 16 tahun. Untuk risiko kebidanan, wanita yang hamil di bawah usia 19 tahun dapat berisiko pada kematian, selain kehamilan di usia 35 tahun ke atas. Risiko lainnya, hamil di usia muda juga rentan terjadinya pendarahan, keguguran, hamil anggur dan hamil prematur di masa kehamilan. Selain itu, risiko meninggal dunia akibat keracunan kehamilan juga banyak terjadi pada wanita yang melahirkan di usia dini. Salah satunya penyebab keracunan kehamilan ini adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Universitas Sumatera Utara Keadaan tersebut sama seperti yang diperoleh dari hasil penelitian ini bahwa remaja putri yang melakukan pernikahan dini cenderung memiliki pengetahuan yang minim tentang kesehatan reproduksi. Hal tersebut memberi gambaran bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih kurang dimana ibu yang telah melangsungkan pernikahan usia dini sebelumnya kurang memahami dampak dari pernikahan dini seperti risiko kehamilan dan persalinan di usia muda. Kurangpahamnya remaja putri tentang kesehatan reproduksi terlihat dari tidak dilakukannya pemeriksaan kehamilan pada tenaga kesehatan selama masa hamil, karena mereka hanya melakukan pemeriksaan jika diajak oleh mahasiswa kebidanan yang sedang praktek ANC. Pengetahuan yang kurang menyebabkan mereka kurang mengerti manfaat yang diperoleh jika melakukan pemeriksaan ANC yang berkualitas, seperti dapat mendeteksi masalah-masalah yang dapat terjadi selama masa kehamilan. Pengetahuan remaja putri tentang seks yang sehat juga masih minim. Anggapan bahwa melakukan seks yang sehat apabila dilakukan saat kedua pasangan dalam kondisi sehat tidak sakit merupakan anggapan yang sering dikemukakan oleh remaja. Seks yang sehat adalah seks yang dilakukan setelah menikah dan ketika alat reproduksi telah siap melakukan tugasnya bereproduksi seperti hamil, bersalin, dan nifas. Selain meningkatkan angka kematian ibu, pernikahan dini juga menyebabkan beragam masalah reproduksi. Di antara masalah kesehatan yang umum muncul akibat pernikahan dini dan melahirkan di usia muda adalah fistula obstetric, yang dicirikan oleh adanya bagian abnormal antara saluran Universitas Sumatera Utara lahir dan organ internal seperti rektum. Fistula menyebabkan sejumlah masalah medis seperti tak mampu menahan berkemih, infeksi kandung kemih, mandul, dan gagal ginjal. Sedangkan dampak yang paling fatal yaitu dapat menyebabkan kematian pada remaja. Meningkatnya angka kesakitan dan kematian pada usia remaja salah satunya disebabkan oleh karena rendahnya kunjungan atau pemeriksaan ibu hamil ke tenaga kesehatan antenatal care. Pelayanan antenatal dibedakan antara kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas antenatal dapat dilihat dari jumlah ibu hamil yang memeriksakan diri dengan jumlah kunjungan pemeriksaan hamil selama satu kurun kehamilan minimal 4 kali Kajian yang telah dilakukan oleh WHO mengenai efektivitas antenatal care dengan melakukan percobaan secara acak model asuhan antenatal care difokuskan pada efektivitas, jumlah kunjungan, waktu kunjungan dan jenis layanan yang diberikan. Dari hasil kajian tersebut mengindikasikan bahwa setiap kehamilan mempunyai risiko khususnya pada kehamilan remaja, maka dengan pemanfaatan ANC secara teratur, akan efektif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan pada masa kehamilan, terutama pada masa usia muda remaja. Namun, kendala yang masih dihadapi oleh sebagian masyarakat yaitu kurangnya informasi yaitu satu kali kunjungan pada trimester I 14 minggu, satu kali kunjungan pada trimester dua 14-28 minggu dan pada trimester III 28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36 dua kali kunjungan. Sedangkan kualitas antenatal merupakan mutu atau jenis layanan yang diberikan kepada ibu hamil sesuai standar pelayanan ANC yaitu 10 layanan Salmah, 2006. Universitas Sumatera Utara tentang kesehatan reproduksi yang benar pada masyarakat terutama pada remaja yang hamil di usia muda Kusmiyati, 2009. Jika dihubungkan dengan keadaan sosial masyarakat di Kota Lhokseumawe terutama di daerah Pusong Baru dan Pusong Lama, maka upaya pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi pada masyarakat kurang terlaksana dengan baik terutama pada kelompok remaja putri yang melakukan pernikahan dini. Selain itu, minat remaja putri yang menikah di usia dini untuk mengikuti penyuluhan juga masih rendah, selain karena faktor pendidikan yang rendah, motivasi mereka untuk mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi pada masa kehamilan dan persalinan juga rendah. Sebagian dari mereka akan datang pada suatu pertemuan penyuluhan jika mendapatkan imbalan atau hadiah baru mereka bersedia untuk hadir, seperti yang terjadi pada kegiatan praktek mahasiswa untuk pelaksanaan ujian ANC, dengan diberi hadiah atau imbalan maka mereka bersedia datang. 5.2 Dampak Menikah Usia Dini 5.2.1 Tema I : Mudah Cemburu dan Curiga