Kasus Mu Pengalaman dengan Subjek

4.3.3 Kasus Mu

Subjek ketiga berinisial Mu, berumur 19 tahun, saat menikah berumur 18 tahun. Suaminya, A, juga berumur sama dengan Mu, saat ini suaminya berumur 19 tahun dan saat menikah berumur 18 tahun. Mu seorang perempuan dengan tampilan yang sederhana, tanpa riasan wajah yang mencolok, hanya menggunakan bedak saja. Saat pertama kali bertemu di Laboratorium Praktik Kebidanan Akbid Pemkab Aceh Utara pada tanggal 24 Januari 2014, pukul 09.30 Wib, Mu hanya berbicara sepotong- sepotong saja. Hasil pemeriksaan mahasiswa, Mu sedang hamil usia 39 minggu. Subjek nampak sangat pemalu, sehingga peneliti tidak mendapatkan informasi yang banyak pada pertemuan tersebut. Tetapi Mu menunjukkan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, setelah peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Pembicaraan hari itu sangat singkat ada kesannya subjek menyembunyikan sesuatu, karena kalau lama mengobrol takut diketahui masalahnya. Untuk melanjutkan wawancara dengan subjek kedua, peneliti membuat kontrak pada tanggal 14 Februari 2014 pukul 10.00 Wib. Sesuai kesepakatan, peneliti menghubungi subjek untuk dapat bertemu, ternyata subjek sangat proaktif waktu dihubungi. Subjek menyuruh peneliti langsung saja datang ke rumah tempat tinggalnya yaitu di Desa Pusong Baru Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Tidak sulit mencari rumah subjek karena terletak dekat lorong menuju Meunasah Pusong Baru, masyarakat juga sangat membantu peneliti waktu mencari alamat subjek. Rumah yang ditempati oleh subjek sangat sederhana, bersama suami dan anaknya dan juga keluarganya, rumah Universitas Sumatera Utara tersebut hanya mempunyai satu kamar yang disekat dengan tripleks untuk pembatas kamar. Ruangan lain, ruang tamu dan dapur bersatu, sangat memprihatinkan keadaan rumah. Lantai semen kasar yang dibentangi karpet plastik. Rumah ini pun dikasih oleh nenek suami subjek, orang tua suaminya sudah meninggal, dari kecil suami subjek diasuh oleh sang nenek. Nenek tersebut tinggal di rumah tersebut yang ruangannya dibatasi oleh tripleks juga, artinya rumah tersebut menjadi 2 dibelah dua. Ketika ditanya tentang usia menikah, Mu mengatakan menikah pada usia 18 tahun dan itu menurutnya sudah tua karena orangtua dulu menikah pada usia 12 tahun. Neneknya juga menimpali bahwa dirinya dulu menikah pada usia 14 tahun dan teman-temannya dulu juga menikah pada usia sekitar itu yaitu usia 12-14 tahun. Nenek tersebut menceritakan bahwa pada waktu akan menikah, cucunya tersebut masih berumur 18 tahun lebih belum genap 19 tahun sehingga pihak KUA Banda Sakti tidak bersedia menikahkan mereka. Tapi akhirnya dengan bantuan pak Khecik kepala desa, dengan biaya Rp. 10.000.- cucunya tersebut dibuatkan KTP dengan umur 19 tahun sehingga KUA baru mau menikahkannya. Rata-rata di sini kalau laki-laki yang akan menikah belum cukup umurnya 19 tahun maka dibuatkan KTP baru dengan menambahkan umurnya menjadi 19 tahun atau lebih, yang perempuan juga biasanya begitu, dibuat KTP baru. Jika tidak diurus KTPnya, orangtua itu cucunya dan Mu sering pergi kemana-mana berdua. Selaku orangtuanya malu dilihat orang, daripada terjadi perzinahan maka lebih bagus dinikahkan saja. Universitas Sumatera Utara Menurut Mu, sebenarnya orangtuanya marah ketika dirinya memutuskan menikah pada usia 18 tahun, karena waktu itu masih kuliah. Tapi karena keinginan menikah sudah kuat waktu itu maka mau tidak mau mereka harus menikahkan juga. Pada awal-awal pernikahannya hubungan dengan orangtua kurang harmonis. Orangtuanya masih marah. Tetapi sekarang hubungan dengan orangtua sudah baik semenjak anak mereka lahir. Orangtuanya sudah sayang dengan cucunya. Kehidupan perekonomian mereka, sama seperti kehidupan para nelayan umumnya di daerah tersebut. Penghasilan yang tidak menentu tergantung pada cuaca atau hasil tangkapan ikan. Untuk menutupi kehidupan sehari-hari, Mu harus pandai- pandai berhemat penghasilan suaminya, kadang orangtuanya juga memberi bantuan untuk membeli kebutuhan sehari-hari mereka. Mu mengatakan, dirinya siap menghadapi masalah yang timbul dalam mengarungi kehidupan dengan suaminya karena suaminya tersebut adalah orang yang sangat dicintainya. Dengan cinta, kesetiaan, dan kasih sayang maka masalah yang ada dapat diatasinya. Jika terjadi masalah diantara mereka berdua, Mu mengatakan salah satu dari mereka mengalah sehingga tidak terjadi masalah yang lebih besar lagi. Saat peneliti menanyakan tentang dampak kehamilan terhadap kesehatan reproduksi, Mu mengatakan bahwa organ reproduksi belum matang sehingga dapat menimbulkan gangguan-gangguan pada masa kehamilan. Selain itu, juga dapat berdampak kurang baik pada bayi, seperti bayi lahir tidak cukup bulan, berat badan lahir kurang, dan lain-lain. Tetapi Mu bersyukur bahwa kehamilan tersebut tidak mengalami hambatan yang berarti. Universitas Sumatera Utara

4.4 Faktor Penyebab Pernikahan Dini