keterampilan memadai lebih berpeluang mempunyai pendapatan yang cukup untuk keluarganya. Sebaliknya keluarga yang berpendidikan rendah dan tidak mempunyai
keterampilan akan sulit untuk mencari pekerjaan dengan upah yang layak Bradbury, 2011.
2.10 Aspek Sosial Budaya Pada Setiap Perkawinan
Berdasarkan pada aspek sosial budaya pola penyesuaian perkawinan dilakukan secara bertahap. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan
pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan
ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan misalnya, pada dasarnya adalah merupakan salah
satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan
anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
Pada aspek sosial budaya pola penyesuaian perkawinan dilakukan secara bertahap, yakni di antaranya :
1. Pada fase pertama adalah bulan madu pasangan masih menjalani hidup dengan
penuh kebahagiaan, dan hal itu karena didasari rasa cinta diawal perkawinan. Pada fase pengenalan kenyataan, pasangan mengetahui karakteristik dan
kebiasaan yang sebenarnya dari pasangan.
Universitas Sumatera Utara
2. Pada fase kedua mulai terjadi krisis perkawinan terjadi proses penyesuaian akan
adanya perbedaan yang terjadi. Apabila sukses dalam menerima kenyataan maka akan dilanjutkan dengan suksesnya fase menerima kenyataan. Apabila pasangan
sukses mengatasi problema keluarga dengan beradaptasi dan membuat aturan dan kesepakatan dalam rumah tangga maka fase kebahagiaan sejati akan
diperolehnya. Menurut faktor pendukung keberhasilan penyesuaian perkawinan mayoritas
subjek terletak dalam hal saling memberi dan menerima cinta, ekspresi afeksi, saling menghormati dan menghargai, saling terbuka antara suami istri. Hal tersebut
tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menjaga kualitas hubungan antar pribadi dan pola-pola perilaku yang dimainkan oleh suami maupun istri, serta
kemampuan menghadapi dan menyikapi perbedaan yang muncul, sehingga kebahagiaan dalam hidup berumah tangga akan tercapai.
Ada beberapa contoh mitos yang beredar di kalangan masyarakat di antaranya menurut aspek sosial budaya faktor pendukung keberhasilan penyesuaian perkawinan
mayoritas subjek terletak dalam hal saling memberi dan menerima cinta, ekspresi afeksi, saling menghormati dan menghargai, saling terbuka antara suami istri. Hal
tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menjaga kualitas hubungan antar pribadi dan pola-pola perilaku yang dimainkan oleh suami maupun istri, serta
kemampuan menghadapi dan menyikapi perbedaan yang muncul, sehingga kebahagiaan dalam hidup berumah tangga akan tercapai.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut aspek sosial budaya faktor penghambat yang mempersulit penyesuaian perkawinan mayoritas subjek terletak dalam hal baik suami maupun istri
tidak bisa menerima perubahan sifat dan kebiasaan di awal pernikahan, suami maupun istri tidak berinisiatif menyelesaikan masalah, perbedaan budaya dan agama
diantara suami dan istri, suami maupun istri tidak tahu peran dan tugasnya dalam rumah tangga. Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri
menyikapi perubahan, perbedaan, pola penyesuaian yang dimainkan dan munculnya hal-hal baru dalam perkawinan, yang kesemuanya itu dirasa kurang membawa
kebahagiaan hidup berumah tangga, sehingga masing- masing pasangan gagal dalam menyesuaikan diri satu sama lain.
2.11. Delapan Fungsi Keluarga