Saran Need terhadap Pelayanan Kesehatan

Universitas Sumatera Utara 7. LSL menyatakan puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak Puskesmas Teladan terkait pengalaman yang mereka jalani dalam mengakses pelayanan VCT. Namun empat dari enam LSL menyatakan adanya kritikan terkait dengan pelayanan petugas dan cara LSL diperlakukan. 8. LSL memiliki kepercayaan yang kuat untuk menggunakan pelayanan IMS dari pada pelayanan VCT Puskesmas Teladan akibat pengaruh saran dari teman sekomunitas LSM, ketidaktahuan tempat Klinik IMS dan VCT lainnya, atas dasar saling ikut-ikutan antar sesama LSL. 9. LSL mendapatkan dukungan informasi pelayanan VCT dari teman dekat atau teman kerja yang profesinya bekerja sebagai anggota LSM. 10. LSL tidak mendapatkan dukungan pengetahuan pelayanan VCT dari media massa namun hanya berfungsi dalam memberikan promosi kesehatan seputar pencegahan HIVAIDS atau penyakit IMS. 11. Persepsi ancaman, informasi, penilaian, kepercayaan, dan teman seprofesi mampu meningkatkan demand pelayanan VCT Puskesmas Teladan. 12. Persepsi kerentanan, persepsi keparahan, pengetahuan, pengalaman, dan media massa menghambat demand pelayanan VCT Puskesmas Teladan.

6.2 Saran

Adapun saran dalam penelitian ini antara lain : 1. Pihak Puskesmas Teladan dibantu oleh Dinas Kesehatan Kota Medan harus meningkatkan upaya promosi atau informasi kesehatan tentang HIVAIDS dan Pelayanan VCT melalui berbagai media. Universitas Sumatera Utara 2. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan perlu dilakukan kepada petugas Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan untuk dapat meningkatkan motivasi demand pelayanan VCT. 3. Manajemen VCT Puskesmas Teladan perlu membangun kepercayaan dan meningkatkan mutu pelayanan sehingga setiap pengguna melakukan pemeriksaan secara berkelanjutan. 4. Penelitian lanjutan perlu dilakukan dari aspek-aspek yang belum diteliti dalam penelitian ini dan melengkapi kekurangan dalam penelitian ini. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Need terhadap Pelayanan Kesehatan

Need kebutuhan adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsi barang dan jasa yang dibedakan menjadi keinginan yang disertai kemampuan untuk membeli barang dan jasa dan keinginan yang tidak disertai kemampuan untuk membeli barang dan jasa Tjiptoherijanto dan Soesetyo, 2008. Kebutuhan seseorang terhadap pelayanan kesehatan adalah sesuatu yang subjektif, karena merupakan wujud dari masalah-masalah kesehatan yang ada di masyarakat yang tercermin dari gambaran pola penyakit. Dengan demikian untuk menentukan perkembangan need terhadap pelayanan kesehatan dapat mengacu pada perkembangan pola penyakit di masyarakat. Need terhadap pelayanan kesehatan dapat didasari kepada pengertian tentang merit goods. Margolis 1982 dalam Tjiptoherijanto dan Soesetyo 2008 mengatakan merit goods ini adalah setiap bentuk pengeluaran masyarakat yang nampaknya secara umum dapat dipahami akan tetapi sulit untuk diperhitungkan dengan menggunakan teori permintaan yang biasa. Diargumentasikan bahwa need terhadap pelayanan kesehatan merupakan fungsi dari need terhadap kesehatannya sendiri, dengan didasari oleh pengalaman masa lalunya. Pembahasan mengenai need yang perlu digaris bawahi adalah bahwa tidak seluruh need akan dapat dipenuhi, dengan demikian akan terdapat sebuah ranking need dalam pengertian ceteris paribus. Kita akan lebih memilih satu need untuk dipenuhi dibanding need yang lain, bila need yang dipilih tadi akan memberikan manfaat yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak dipilih tetapi 14 Universitas Sumatera Utara kemungkinan untuk memenuhi suatu need merupakan fungsi dari biaya dan manfaat yang terkandung dibelakangnya. Need bukan merupakan sesuatu yang absolut maupun terbatas. Need adalah sesuatu yang dinamis dan cenderung untuk terus tumbuh bersama dengan berjalannya waktu dan dalam kasus ini pertumbuhan need tersebut akan bisa dilihat merupakan sebagian dari perkembangan penawaran fasilitas pelayanan kesehatan Tjiptoherijanto dan Soesetyo, 2008. Konsep need merangkum beberapa penilaian efektifitas, potensi untuk mempertimbangkan berbagai cara untuk memenuhi need dengan segala akibat yang ditimbulkannya dan pengakuan akan adanya keterbatasan sumber daya serta dapat juga merupakan bentuk dasar bagi alokasi sumber daya. Pada umumnya akan lebih baik untuk memasukkan sekaligus need ketika melakukan pengujian beroperasinya suatu pelayanan kesehatan tertentu. Mengingat need dapat memberikan dasar yang cukup bagi pengambilan keputusan yang tepat. Alokasi sumber daya sektor kesehatan tetap kurang efisien tanpa adanya beberapa koreksi yang menyangkut, pertama penyatuan kesepakatan tentang benefits value yang sering masih berbeda antara satu orang dan yang kedua menyangkut informasi yang benar tentang segi biayanya. Bidang social policy pada umumnya dan pelayanan kesehatan khususnya, masyarakat sering dikatakan berada dalam keadaan membutuhkan in need, namun seringkali apa yang dimaksud dengan need tidak jelas. Bradshaw mengatakan ada empat definisi yang berbeda mengenai need yang lazim digunakan oleh peneliti dan praktisi social policy, yaitu : Universitas Sumatera Utara a. Normative Need terjadi manakala masyarakat memiliki standar pelayanan kesehatan yang berada di bawah definisi desirable oleh para ahli. standar desirable disini bisa saja bervariasi antara satu ahli dengan yang lain. Kebutuhan ini dipengaruhi faktor nilai, lingkungan sosial, dan hukum. b. FeltPerceived Need terjadi manakala masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan yang dirasakan, hal ini berkaitan dengan persepsi perorangan tentang pelayanan kesehatan, sehingga dengan jelas akan berbeda dengan persepsi orang lainnya. c. Expressed Need adalah need yang dirasakan tadi kemudian dikonversikan ke dalam permintaan pelayanan. Misalnya mencari pelayanan kesehatan ke dokter puskesmas permintaan disini tidak harus selalu seperti apa yang didefinisikan oleh para ekonom yang mencakup persoalan wiilingness to pay dan ability to pay terhadap pelayanan kesehatan. Expressed Need biasanya disebut Demand atau permintaan yang efektif. d. Comparative Need terjadi manakala satu kelompok orang di masyarakat dengan status kesehatan tertentu tidak mendapatkan pelayanan kesehatan sedangkan kelompok yang lain dengan status kesehatan yang identik itu ternyata mendapatkan pelayanan kesehatan Tjiptoherijanto dan Soesetyo, 2008. 2.2 Demand Permintaan 2.2.1 Demand Kesehatan

Dokumen yang terkait

Pengetahuan dan Sikap Kelompok Resiko Lelaki Seks Lelaki (LSL) Dalam Pencegahan Penularan HIV/AIDS

8 128 114

Determinan Penyakit Sifilis pada Kelompok Lelaki Suka Lelaki (LSL) di Klinik Infeksi Menular Seksual-Voluntary Counselling and Testing (IMS-VCT) Veteran Kota Medan

5 85 115

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

5 90 147

Persepsi Pekerja Seks Komersial Terhadap Pemanfaatan Klinik IMS Dan VCT Di Klinik VCT Kantor Kesehatan Pelabuhan Belawan Kota Medan Tahun 2009

1 44 97

Pengetahuan dan Sikap Kelompok Resiko Lelaki Seks Lelaki (LSL) Dalam Pencegahan Penularan HIV/AIDS

0 0 49

Pengetahuan dan Sikap Kelompok Resiko Lelaki Seks Lelaki (LSL) Dalam Pencegahan Penularan HIV/AIDS

0 0 23

Pengetahuan dan Sikap Kelompok Resiko Lelaki Seks Lelaki (LSL) Dalam Pencegahan Penularan HIVAIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

0 1 12

Determinan Penyakit Sifilis pada Kelompok Lelaki Suka Lelaki (LSL) di Klinik Infeksi Menular Seksual-Voluntary Counselling and Testing (IMS-VCT) Veteran Kota Medan

0 0 17

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

0 0 13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

0 0 16