Universitas Sumatera Utara
Apabila melihat kaitan persepsi keparahan belum baik terhadap demand pelayanan VCT diperoleh hasil bahwa persepsi keparahan HIVAIDS tidak
memengaruhi informan dalam demand pelayanan VCT. Kondisi ini sesuai dengan penelitian Fajariyah 2014 yang menunjukkan bahwa persepsi keseriusan yang
dirasakan oleh kelompok risko HIVAIDS yang memanfaatkan layanan Voluntary Counseling and Testing VCT di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan tentang
HIVAIDS termasuk dalam kategori sedang dan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi mereka dalam memanfaatkan layanan VCT. Penelitian
Khairurahmi 2009 menunjukkan perasaan takut dan malu menjadi penghalang utama ODHA dalam memanfaatkan VCT dan menyebabkan persepsi tentang
keparahan terhadap penyakit menjadi tidak begitu pengaruh.
5.1.3 Persepsi Ancaman HIVAIDS
Menurut hasil penelitian dapat diketahui bahwa semua informan menyadari bahwa HIVAIDS tak hanya memberikan dampak kesehatan tetapi
juga dampak secara sosial bagi setiap penderita. Kondisi ini dapat disimpulkan bahwa HIVAIDS merupakan penyakit yang memberikan ancaman terhadap
keluarga dan masyarakat di sekitar penderita sehingga apapun caranya harus dilakukan agar bisa terhindar dari penyakit ini. Sebagian besar informan sudah
merasakan persepsi ancaman yang baik dan hambatan lemah dikarenakan mudahnya mengakses layanan klinik dan minimalnya diskriminasi di lingkungan
sekitar klinik yang khusus memberikan layanan pemeriksaan IMS dan VCT tersebut, tidak dikenakan pungutan biaya, serta tidak harus melampirkan identitas
lengkap untuk pendaftaran.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fauriza 2014, ada 93,6 responden memiliki persepsi yang baik terhadap ancaman penyakit
HIVAIDS bagi kehidupan dan merupakan faktor dominan yang melatar belakangi informan untuk datang ke VCT RSUD Kota Langsa.
Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa informan masih merasa takut dinyatakan hasil tes HIV positif oleh karena muncul beban bagi pikiran
informan, takut kehilangan pelanggan seks mereka, takut atas nasib mereka sendiri atau takut karena harus menghadapi masalah yang lebih rumit di kemudian
hari. Hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat demand layanan VCT di Puskesmas Teladan sehingga persepsi informan tentang
keparahan HIVAIDS menjadi tidak begitu terpengaruh. Manajemen VCT seharusnya bisa menekankan klien akan pentingnya mengetahui status HIV
pasien. Pemberian dukungan, perawatan, pengobatan, dan tindak lanjut rujukan pemerisaan dapat segera diberian sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
orang yang terinfeksi HIV. Perilaku kesehatan dalam hal ini permintaan layanan VCT di Klinik IMS
dan VCT Puskesmas Teladan, mungkin tidak tergantung pada bagaimana LSL berpikir tentang ancaman yang akan ia lalui untuk mengatasi masalah
kesehatannya, terutama masalah yang berkaitan dengan HIVAIDS sehingga dapat disimpulkan bahwa individu tidak merasakan ancaman yang besar dalam
suatu tindakan yang diambil sehubungan dengan datang ke pelayanan Klinik IMS dan VCT. Kenyataan di lapangan, informan memiliki hambatan psikologis untuk
datang ke fasilitas kesehatan umum karena ketika petugas kesehatan menawarkan
Universitas Sumatera Utara
informan untuk mengikuti tes HIV masih ada kebimbangan dalam diri mereka dengan alasan takut dinyatakan HIV positif.
Persepsi ancaman perceived threats merupakan persepsi dari perpaduan keseriusan dan kerentanan. Makin berat resiko suatu penyakit dan makin besar
resiko individu itu terserang suatu penyakit tersebut, makin dirasakan ancamannya, yang merupakan hasil perpaduan antara persepsi keseriusan dan
kerentanan. Ketika persepsi akan ancaman HIVAIDS tinggi, hipotesis
HBM Health
Belief Model menyatakan bahwa dalam memutuskan perilaku pencegahan dan perlindungan HIVAIDS yaitu dengan layanan VCT harus memperoleh
keuntungan yang lebih besar daripada hambatan, sehingga hal tersebut mampu mengubah perilaku. Jika persepsi ancaman HIVAIDS tidak tinggi maka
keuntungan untuk melakukan perilaku demand VCT mungkin tidak akan berpengaruh pada perubahan perilaku. Jika persepsi terhadap ancaman HIVAIDS
tinggi dan persepsi akan keuntungan untuk melakukan tindakan preventif terhadap HIVAIDS VCT melebihi dari persepsi akan hambatan yang akan diperoleh,
maka HBM memprediksikan bahwa dalam melakukan suatu tindakan yang akan diambil, dapat mendorong seseorang untuk melakukan VCT. Hal yang terbaik
untuk menganalisis petunjuk dalam berperilaku harus dapat dikombinasikan dengan persepsi akan ancaman yang akan terjadi. Petunjuk dalam bertindak harus
lebih kuat bila dihubungkan terhadap perilaku demand VCT di antara orang yang memiliki ancaman HIVAIDS yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara 5.2 Persepsi tentang VCT
5.2.1 Faktor Internal 5.2.1.1 Informasi