30
dibawah normal, 3 kecerdasannya terhambat sejak lahir atau pada usia muda, dan 4 kematangannya terhambat.
2.3.2. Faktor-Faktor Penyebab Tuna Grahita
Mengenai faktor penyebab ketunagrahitaan para ahli sudah berusaha membaginya menjadi beberapa kelompok. Ada yang membaginya menjadi dua
gugus, yaitu endogen dan eksogen. Ada juga yang membaginya berdasarkan waktu terjadinya penyebab, disusun secara kronologis sebagai berikut yakni faktor-faktor
yang terjadi sebelum anak lahir prenatal, faktor-faktor yang terjadi ketika anak lahir natal, dan faktor-faktor yang terjadi setelah anak dilahirkan pos natal. Di bawah
ini akan dikemukakan beberapa faktor keturunan yang berasal dari faktor lingkungan. http:file.upi.eduDirektori.fipjur.pend.luarbiasa195706131985031mamanabdurah
man-saepulrmengenal-anak-luar-biasa.pdf, diakses 7 Agustus 2013 pukul 11.00 wib.
1. Faktor keturunan
Ketika terjadi fertilisasi dan terjadi manusia baru, maka ia akan memperoleh faktor-faktor yang diturunkan, baik dari ayah maupun dari ibu yang disebut
genotif. Aktualisasi genotif yang dihasilkan atas kerjasama dengan lingkungan. Sebagai pembawa sikat keturunan, gene antara lain menentukan warna kulit,
bentuk tubuh, raut wajah, dan kecerdasan. 2.
Gangguan metabolism dan gizi Metabolism dan gizi merupakan dua hal yang sangat penting bagi
perkembangan individu, terutama perkembangan sel-sel otak. Kegagalan dalam
Universitas Sumatera Utara
31
metabolism dan pemenuhan gizi akan mengakibatkan terjadinya gangguan fisik dan mental pada individu.
3. Infeksi dan keracunan
a Rubella
Wanita hamil yang terjangkit penyakit rubella akan mengakibatkan janin yang dikandungnya menderita tuna grahita, tuna rungu, penyakit jantung, dan lain-
lain. b
Syphilis Bayi dalam kandunga ibunya yang terjangkit syphilis akan lahir mengalami
kelainan, seperti tuna grahita. 4.
Masalah pada kelahiran Ketunagrahitaan juga dapat disebabkan akibat sulitnya proses kelahiran.
2.3.3. Klasifikasi Tuna Grahita
Berbagai cara digunakan oleh para ahli dalam mengklasifikasikan Tuna Grahita, baik menurut tinjauan profesi dokter, pekerja sosial, psikolog, dan pedagog.
Seorang dokter mengkalsifikasikan anak tuna grahita didasarkan pada tipe fisiknya seperti tipe mongoloid, microchepalon, cretinism, dan lain-lain. Seorang pekerja
sosial dalam mengkalsifikasikan anak tuna grahita didasarkan pada derajat kemampuan dalam penyesuaian diri atau ketergantungan pada orang lain. Sehingga
untuk menentukan berat-ringannya ketunagrahitaan dilihat dari tingkat penyesuaian, seperti tidak tergantung, semi tergantung, atau sama sekali tidak tergantung pada
orang lain.
Universitas Sumatera Utara
32
Penilaian tersebut dikelompokkan menjadi anak tuna grahita mampu didik debil, anak tuna grahita mampu latih imbecile, dan anak tuna grahita mampu rawat
idiot Efendi, 2006 : 89.90. Klasifikasi berdasarkan IQ WISC dalam Efendi, 2006 : 90 :
a Tuna Grahita Mampu Didik Debil
Anak tuna grahita mampu didik debil adalah anak tuna grahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki
kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tuna grahita mampu didik antara lain :
1. Membaca, menulis, mengeja, dan berhitung, kepentingan kerja dikemudian
hari. Kesimpulannya, anak tuna grahita mampu didik berarti anak tuna grahita yang dapat dididik secara minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial, dan
pekerjaan. b
Tuna Grahita Mampu Latih Imbecile Anak tuna grahita mampu latih atau imbecile adalah anak tuna grahita yang
memiliki kecerdasan sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang diperuntukkan bagi anak tuna grahita mampu dididik.
Beberapa kemampuan anak tuna grahita mampu latih yang perlu diberdayakan, yaitu :
1. Belajar mengurus diri sendiri, misalnya makan, berpakaian, tidur, atau mandi
sendiri. 2.
Belajar menyesuaikan lingkungan rumah atau sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
33
3. Mempelajari kegunaan ekonomi dirumah, dibengkel kerja, atau di lembaga
khusus. Kesimpulannya, anak tuna grahita mampu latih berarti anak tuna grahita yang
hanya dapat dilatih untuk mengurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-hari activity daily living, serta melakukan fungsi sosial
kemasyarakatan menurut kemampuannya. c
Tuna grahita Mampu Rawat Anak tuna grahita mampu rawat idiot adalah anak tuna grahita yang
memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Untuk mengurus kebutuhan diri sendiri sangat
mebutuhkan orang lain. “A child who is an idiot is so low intellectually that he does not learn to talk
and usually does learn to take care of his bodily need ” Krik Johson dalam
Efendi, 2006. Dengan kata lain, anak tuna grahita mampu rawat adalah anak tuna grahita yang mebutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia
tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang lain totally dependent Patton dalam Efendi, 2006 : 91.
Pengklasifikasian atau penggolongan anak tuna grahita menurut American Psychiatric Association dalam Lumbantobing, 2006 : 5 sebagai
berikut : a
Retardasi Mental Ringan
Universitas Sumatera Utara
34
Kelompok retardasi mental ringan membentuk sebagian besar sekitar 85 dari kelompok retardasi mental. Pada usia prasekolah 0-5 tahun mereka
dapat mengembangkan kecakapan sosial yang komunikatif, mempunyai sedikit kemampuan dalam bidang sensorimotor, dan sering tidak bias
dibedakan dengan anak normal tanpa retardasi mental hingga usia lebih lanjut. Pada usia remaja mereka dapat memperoleh kecakapan akademis sehingga
setara dengan tingkat enam kelas enam SD. Sewaktu dewasa mereka biasanya dapat menguasai kecakapan sosial dan vokasional yang cukup untuk
sekedar berdikari. Namun hal itu membutuhkan supervisi, bimbingan, dan pertolongan, terutama bila mengalami tekanan sosial dan ekonomi, dengan
bantuan yang wajar, penyandang retardasi mental ringan biasanya dapat hidup sukses didalam masyarakat baik secara berdikari atau dengan pengawasan.
b Retardasi Mental Sedang
Kelompok ini membentuk sekitar 10 dari kelompok retardasi mental. Kelompok individu ini memiliki kecakapan komunikasi selama masa anak
dini. Mereka dapat memperoleh manfaat dari vokasional, dan dengan pengawasan yang cukup dapat mengurus atau merawat diri sendiri. Mereka
dapat memperoleh manfaat dari latihan keckapan sosial dan okupasional lebih dari tingkat dua kelas dua SD. Semasa remaja, hubungan sosial mungkin
terganggu karena mereka sukar mengenal norma-norma pergaulan lingkungan. Pada masa dewasa sebagian besar dapat melakukan kerja kesar
Universitas Sumatera Utara
35
unskilled atau semi skilled di bawah pengawasan di workshop yang dilindungidiawasi.
c Retardasi Mental Berat
Kelompok retardasi mental ini membentuk 3-4 dari kelompok retardasi mental. Selama masa anak mereka sedikit saja atau tidak dapat berkomunikasi
bahasa. Sewaktu usia sekolah mereka dapat belajar bicara dan dilatih dalam kecakapan mengurus diri yang sederhana. Sewaktu usia dewasa mereka dapat
melakukan kerja sederhana bila diawasi dengan ketat. d
Retardasi Mental Sangat Berat Kelompok retardasi mental sangat berat membentuk sekitar 1-2 dari
kelompok retardasi mental. Sewaktu masa anak, mereka menunjukkan gangguan yang berat dalam bidang sensorimotor. Perkembangan motorik dan
mengurus diri dan kemampuan-kemampuan komunikasi dapat ditingkatkan dengan latihan-latihan yang memenuhi syarat. Beberapa diantaranya dapat
melakukan tugas sederhana ditempat yang disupervisi dan dilindungi. Somantri mengklasifikasikan tuna grahita kedalam :
1. Tuna Grahita Ringan
Tuna grahita ringan disebut juga moron atau debil. Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet sedangkan menurut skala Wheschler memiliki IQ 69-
55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana. Anak tuna grahita ringan dapat dididik menjadi tenaga kerja semi-skilled seperti
pekerjaan laundry, pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga, bahkan jika
Universitas Sumatera Utara
36
dilatih dan dibimbing dengan baik anak tuna grahita ringan dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan. Namun demikian anak terbelakang
mental ringan tidak mampu melakukan penyesuaian sosial secara independen. Ia akan membelanjakan uangnya dengan lugu, tidak dapat merencanakan masa
depan, dan bahkan sering berbuat kesalahan. Pada umumnya anak tuna grahita ringan tidak mengalami gangguan secara fisik. Mereka secara fisik tampak
seperti anak normal pada umumnya, oleh karena itu akan sedikit sukar membedakan secara fisik antara anak tuna grahita ringan dengan anak normal.
2. Tuna Grahita Sedang
Anak tuna grahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ 51 36 pada skala Binet dan 54-40 menurut skala Weschler. Mereka dapat dididik
mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan dijalan raya, berlindung dari hujan dan sebagainya.
Anak tuna grahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung walaupun mereka
masih dapat menulis secara sosial, misalnya menulis namanya sendiri, alat rumah dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari anak tuna grahita sedang
membutuhkan pengawasan terus-menerus dan mereka juga masih dapat bekerja ditempat kerja terlindung sheltered workshop.
3. Tuna Grahita Berat
Kelompok anak tuna grahita berat sering disebut idiot. Kelompok ini dapat dibedakan lagi antara anak tuna grahita berat dan sangat berat. Tuna grahita berat
Universitas Sumatera Utara
37
severe memiliki IQ antara 32-20 menurut skala Binet dan antara 39-25 menurut skala Weschler. Tuna grahita sangat berat profund meiliki IQ dibawah 19
menurut skala Binet dan IQ dibawah 24 menurut skala Weschler. Anak tuna bgrahita berat memerlukan bantuan secara total dalam hal berpakaian, mandi,
makan, dan lain-lain. Bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahay sepanjang hidupnya Somantri, 2006 : 106-108.
2.4. Kesejahteraan Sosial