27
kemampuan tersebut, maka mereka membutuhkan latihan secara terus-menerus dengan mengikuti langkah-langkahnya sehingga anak dapat mengerti, memahami dan
mempraktekan cara menolong diri sendiri yang diajarkan oleh guru. Dengan begitu anak tunagrahita tidak mudah bergantung dengan orang lain.
2.3. Penyandang Cacat Tuna Grahita
2.3.1. Pengertian Penyandang Cacat Tuna Grahita
Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya
untuk melakukan kegiatan secara selayaknya. Istilah anak berkelainan mental subnormal dalam beberapa referensi disebut pula dengan terbelakang mental, lemah
ingatan, feble minded, mental subnormal, tuna grahita. Semua makna dari istilah tersebut sama, yakni menunjuk kepada seseorang yang memiliki kecerdasan mental
dibawah normal. Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tuna grahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya dibawah
normal, sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program pendidikannya Bratanata dalam
Efendi, 2006 : 88. Tuna Grahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Pada kepustakaan bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mentally retarded, mental
deficiency, mental defective, dll. Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama yang menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata, dan
Universitas Sumatera Utara
28
ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial Somantri, 2006 : 103.
Memahami anak tuna grahita ada baiknya kita pahami defenisi tentang anak ini yang dikembangkan oleh AAMD American Association of Mental Defficiency
sebagai berikut: “keterbelakangan mental menunjukkan fungsi intelektual dibawah
rata-rata secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan” Kuffman dan Hallahan, dalam Somantri, 2006
: 104. Defenisi yang dikemukakan oleh International Classification Diseases ICD
10 WHO Geneva, 1992 : Retardasi Mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya hendaya
impairment keterampilan kecakapan, skills selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia, yaitu kemampuan kognitif, bahasa,
motorik dan sosial. Lumbantobing, 2006 : 2 . Kondisi ketunaan yang dialami anak tunagrahita ringan dapat bermanifestasi
dalam kesulitan Adaptive Behavior atau penyesuaian perilaku. Hal ini berarti anak tunagrahita ringan tidak mampu mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran
kemandirian dan tanggung jawab sosial. Selain itu anak tunagrahita ringan akan menghadapi masalah keterampilan akademik dan berpatisipasi dalam kelompok usia
sebayanya. Anak tunagrahita ringan juga sering menunjukkan perilaku-perilaku yang tidak diharapkan, sehingga sebagian orang menganggap bahwa anak tunagrahita
ringan memiliki perilaku menyimpang yang cenderung melanggar norma yang
Universitas Sumatera Utara
29
berlaku dalam
lingkungan di
sekelilingnya http:eprints.uny.ac.id86762bab20120-202007103244009.pdf,
diakses pada tanggal 27 September 2013 pukul 11.00 wib.
Penafsiran yang salah seringkali terjadi di masyarakat awam bahwa keadaan kelainan mental subnormal atau tuna grahita dianggap seperti suatu penyakit sehingga
dengan memasukkan ke lembaga pendidikan atau perawatan khusus, dengan harapan anak dapat normal kembali. Penafsiran tersebut sama sekali tidak benar sebab anak
tuna grahita dalam jenjang apapun sama sekali tidak ada hubungannya dengan penyakit atau sama dengan penyakit. Jadi kondisi tuna grahita tidak bisa
disembuhkan atau diobati dengan obat apapun. Pada kasus tertentu memang ada anak normal menyerupai keadaan anak
tunagrahita jika dilihat selintas, tetapi setelah ia mendapatkan perawatan atau terapi tertentu, perlahan-lahan tanda-tanda ketunagrahitaan yang tampak sebelumnya
berangsur-angsur hilang dan kembali normal. Hendeschee dalam Efendi, 2006 : 88,89 memberikan batasan bahwa anak tuna grahita adalah anak yang tidak cukup
daya fikirnya, tidak dapat hidup dengan kekuatan sendiri ditempat sederhana dalam masyarakat. Jika ia hidup, hanyalah dalam keadaan yang sangat baik.
Uraian tersebut memberikan implikasi bahwa ketergantungan anak tuna grahita terhadap orang lain pada dasarnya tetap ada meskipun untuk masing-masing
jenjang anak tuna grahita kualitasnya berbeda, tergantung pada berat-ringannya ketunagrahitaan yang diderita. Edgar Doll dalam Efendi, 2006 : 89 berpendapat
seseorang dikatakan tunagrahita jika : 1 secara sosial tidak cakap, 2 secara mental
Universitas Sumatera Utara
30
dibawah normal, 3 kecerdasannya terhambat sejak lahir atau pada usia muda, dan 4 kematangannya terhambat.
2.3.2. Faktor-Faktor Penyebab Tuna Grahita