kepala punguan. Untuk memudahkan pertemuan dengan mereka, saya harus mendatangi mereka pada saat ibadah, yaitu setiap Hari Sabtu.
Maka, selama beberapa minggu, setiap hari Sabtu saya pergi ke Bale Parsantian Parmalim di Jalan Air Bersih Ujung. Setelah mereka selesai beribadah,
baru saya mulai mendekati dan bertemu dengan ketua organisasi pemudanya, Renaldi Rumapea. Saya kemudian melakukan wawancara dengan beberapa orang
diantara mereka. Setelah itu, saya kemudian meminta dipertemukan dengan Kepala Punguan, Bapak Simanjuntak. Permintaan saya dipenuhi oleh Ketua
organiasi pemuda, dan kemudian saya membuat janji dengan Bapak Simanjuntak untuk melakukan wawancara. Penelitian disini berlangsung sekitar tiga minggu.
Di sela-sela melakukan penelitian di Bale Parsantian, saya juga melakukan wawancara dengan beberapa kepala lingkungan yang ada di
Kecamatan Medan Denai, Kelurahan Binjai tempat adanya Bale Parsantian. Hal ini dikarenakan penemuan baru dilapangan bahwa untuk mengurus KTP harus
diawali dari kepala lingkungan. Maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa kepala lingkungan untuk memperoleh data penyeimbang terhadap semua
data-data yang telah dikumpulkan, baik dari dinas, kecamatan, maupun masyarakat Parmalim. Setelah itu, kemudian peneliti mulai menyusun semua data
yang telah dikumpulkan.
3.7 Etika Penelitian
Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian memegang teguh sikap ilmiah scientific attitude serta menggunakan prinsip-prinsip etika
penelitian. Selama melakukan penelitian, peneliti memperhatikan etika penelitian
Universitas Sumatera utara
dalam mengumpulkan data-data di lapangan, terutama pada saat melakukan wawancara dengan para informan. Etika penelitian yang dimaksud dalam hal ini
adalah berkenaan dengan tata cara memasuki daerah penelitian serta kerahasiaan informan.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengurus semua urusan administrasi, yaitu terkait dengan surat izin penelitian. Surat izin
penelitian dikeluarkan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan atas permohonan peneliti, yaitu dengan memberikan surat yang
dikeluarkan oleh FISIP USU. Setelah Semua urusan administrasi selesai, baru peneliti mulai melakukan penelitian.
Demikian halnya ketika hendak memulai wawancara, peneliti mengawali percakapan dengan salam, lalu menjelaskan maksud dan tujuan
peneliti, bahwa kegiatan dilakukan untuk menyusun karya ilmiah yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana. Para informan juga menunjukan sikap
dan respon yang baik dan bersedia diwawancarai.
Universitas Sumatera utara
49
BAB IV DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA MEDAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kota Medan adalah salah satu kota besar di Indonesia yang merupakan ibukota dari Privinsi Sumatera Utara. Kota yang dikenal sebagai kota tersbesar
ketiga di Indonesia ini memilik sejarah yang cukup panjang, sebagi berikut.
4.1.1 Sejarah Singkat Kota Medan
Pada zaman dahulu Kota Medan dikenal dengan nama Tanah Deli da keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 400 Ha. Beberapa sungai
melintasi Kota Medan da semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalag Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei
Belawan, dan Sei Sulang SelingSei Kera. Awalnya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus
yang lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orng selalu merangkaian dengan Deli Medan-deli. Namun, setelah zaman kemerdekaan
lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap, dan menjadi kurang popular.
Pada awal perkembangannya, Medan merupakan sebuah kampung kecil bernama “Medan Putri”. Perkembangan Kampung Putri tidak terlepas dari
posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan Sungai Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada
zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai,
Universitas Sumatera utara
50
sehingga dengan demikian Kampung Medan Putri yang merupakan cikal bakal Kota Medan cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting.
Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke kampung ini dan isteri Guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan melahirkan anaknya yang
pertama seorang laki-laki dan dinamai si Kolok. Mata pencarian orang di Kampung Medan yang mereka namai dengan si Sepuluh dua Kuta adalah bertani
menanam lada. Tidak lama kemudian lahirlah anak kedua Guru Patimpus dan anak inipun laki-laki dinamai si Kecik.
Pada zamannya, Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang berfikiran maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru menuntut
ilmu membaca Alqur’an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian memperdalam tentang agama Islam ke Aceh.
Keterangan yang menguatkan bahwa adanya Kampung Medan ini adalah keterangan H. Muhammad Said yang mengutip melalui buku Deli In Woord en
Beeld ditulis oleh N.Ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala Kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari
dinding dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai Deli dan sungai Babura. Rumah Administrateur terletak
diseberang sungai dari kampung Medan. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah di Wisma Benteng sekarang dan rumah
Administrateur tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini. Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan,
Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim Panglimanya bernama
Universitas Sumatera utara
51
Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli.
Gocah Pahlawan membuka negeri baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan kebesaran imperium
Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia
juga mendirikan kampung-kampung Gunung Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan Sigara-gara.
Dengan tampilnya Gocah pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli dan tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal. Setelah
terjadi perkawinan ini raja-raja di Kampung Medan menyerah pada Gocah Pahlawan. Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya
Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di
Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan. Jhon Anderson seorang Inggris melakukan kunjungan ke Kampung Medan
tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya Mission to the East Coast of Sumatera bahwa penduduk Kampung Medan pada waktu itu masih berjumlah 200 orang
tapi dia hanya melihat penduduk yang berdiam dipertemuan antara dua sungai tersebut. Anderson menyebutkan dalam bukunya “Mission to the East Coast of
Sumatera“ terbitan Edinburg 1826 bahwa sepanjang sungai Deli hingga ke dinding tembok mesjid Kampung Medan di bangun dengan batu-batu granit
berbentuk bujur sangkar. Batu-batu ini diambil dari sebuah Candi Hindu Kuno di Jawa.
Universitas Sumatera utara
52
Pesatnya perkembangan Kampung Medan Putri, juga tidak terlepas dari perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang
merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan Deli memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van
Keeuwen en Mainz Co, tanah seluas 4.000 bahu 1 bahu = 0,74 ha secara erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Contoh tembakau deli.
Maret 1864, contoh hasil panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi
untuk pembungkus cerutu. Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys
mendirikan de Deli Maatscapij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal 1869, Sungai Beras dan
Klumpang 1875, sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874. Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas
dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung Medan Putri. Dengan demikian Kampung Medan Putri menjadi
semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai Kota Medan
http:www.pemkomedan.go.idselayang_sejarah.php
.
4.1.2 Kondisi Wilayah Kota Medan
Kota Medan memiliki luas wilayah 265,00 km
2
dengan jumlah penduduk 2.731.607 Jiwa. Wilayah Kota Medan memiliki batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
Universitas Sumatera utara
53
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Kota Medan merupakan pusat perdagangan barang dan jasa di Provinsi
Sumatera Utara. Penduduk banyak bermata pencaharian sebagai pengusaha, pegawai pemerintah, karyawan swasta, pedagang, dan lain-lain. Di Kota ini
terdapat dua universitas negeri yang cukup terkenal di Indonesia, yaitu Universitas Sumatera Utara USU dan Universitas Negeri Medan UNIMED.
Kota Medan memiliki logo seperti di samping: Pengertian Lambang Kota Medan: 17 biji padi berarti 17
dari hari Proklamasi Republik Indonesia. 8 Bunga kapas berarti bulan 8 dari tahun Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia. 4 tiang dan 5 bahagian dari perisai berarti tahun 45 dari Proklamasi Indonesia. Satu bamboo
runcing yang terletak di belakang perisai adalah lambing perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia, dan lima bahan-bahan pokok yang
terpenting dihadapan bamboo runcing berarti kemakmuran serta keadilan social yang merata ada dihadapan kita. Bintang yang bersinar ljma adalah bintang
nasional yang berarti bahwa hidup penduduk Kota Medan dan Indonesia umumnya bersinar-sinar bahagia dan lepas dari kemiskinan dan kemelaratan.
Lima sinar bintang berarti lima bahan pokok terpenting yang di ekspir dari Kota Medan dan lima bahagian perisasi berarti Pancasila yang menjadi Dasar Negara
Republik Indonesia. Kota Medan memiliki motto “BEKERJA SAMA DAN SAMA-SAMA BEKERJA
UNTUK KEMAJUAN DAN KEMAKMURAN MEDAN KOTA
Gambar 4.1. Lambang Kota Medan
Universitas Sumatera utara
54
METROPOLITAN”
http:www.kemendagri.go.idpagesprofil- daerahkabupatenid12namesumatera-utaradetail1271kota-medan
4.2 Visi Kota Medan
Kota Medan memiliki visi dan misi sebagai berikut:
Secara umum arah dan agenda pembangunan kota mengacu kepada visi :
•
Jangka Panjang Visi 2025 → Perda Nomor 8 Tahun 2009 : Kota Medan
yang maju, sejahtera, religius dan berwawasan lingkungan Indikasi : Income perkapita Rp 72 Juta tahun
•
Jangka Menengah Visi 2015 : Kota Medan menjadi Kota Metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera
http:www.pemkomedan.go.idpemerintah_visi.php
4.3 Perangkat Daerah Kota Medan
Di dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah tentulah tidak mampu menyelenggarakan seluruh kegiatan pemerintahan seorang diri.
Maka kepala daerah perlu dibantu oleh perangkat pemerintahan daerah. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, perangkat daerah terdiri atas, sekretariat daerah, secretariat dewan perwakilan rakyat daerah, Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,
Dinas Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah. Di Kota Medan, peraturan yang mengatur tentang perangkat daerah adalah
peraturan daerah no 3 tahun 2009 tentang oranganisasi dan tata kerja perangkat daerah yang pelaksanaanya diatur dalam peraturan walikota nomor 5 tahunn 2009.
Universitas Sumatera utara
55
Peraturan daerah Kota Medan No 3 tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan telah diubuah dengan Peraturan
Daerah No 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Daerah No 3 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan.
Berdasarkan peraturan daerah tersebut, perangkat daerah Kota Medan terdiri atas secretariat daerah dan Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah,
Satuan dan Rumah Sakit Daerah, Kecamatan dan Kelurahan. Berikut adalah perangkat daerah kota Medan:
1. Dinas komunikasi dan informasi
2. Dinas perhubungan
3. Dinas koperasi dan UMKM
4. Dinas kebudayaan dan pariwisata
5. Dinas pendidikan
6. Dinas perindustrian perdagangan
7. Dinas bina marga
8. Dinas kesehatan
9. Dinas pertanian dan kelautan
10. Dinas perumahan dan pemukiman
11. Dinas tata ruang dan tata bangunan
12. Dinas kependudukan dan catatan sipil
13. Dinas social dan tenaga kerja
14. Dinas kebersihan
15. Dinas pendapatan daerah
16. Inspektorat kota medan
Universitas Sumatera utara
56
17. Badan pemberdayaan masyarakat
18. Badan penanaman modal
19. Badan pengelola keuangan daerah
20. Badan penanunggalan benacana daerah
21. Badan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana
22. Badan kepegawaian daerah
23. Badan perizinan pelayanan terpadu
24. Badan penelitian dan pengembangan
25. Badan ketahanan pangan
26. Kantor diklat
27. Bagian asset
28. Rumah sakit pirngadi
29. Perpustakaan kota medan
30. Kecamatan
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di salah satu dinas yang ada di Kota Medan, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan.
4.4 Profil Dinas Kepedudukan dan Catatan Sipil Kota Medan