1.2 Fokus Masalah
Berangkat dari kasus di atas, untuk menjamin kelancaran penelitian dan mendapatkan hasil penelitian yang mendalam, maka penelitian ini dibatasi pada
implementasi kebijakan peningkatan kualitas pelayanan publik terhadap agama lokal Parmalim di Kota Medan. Kasus yang akan diangkat oleh peneliti adalah
pelayanan terhadap agama lokal “Parmalim” dengan kasus pengosongan kolom agama di KTP berdasarkan UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan di Kota Medan Pasal 64 ayat 2.
1.3 Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang dan fokus masalah, maka rencana penelitian ini menjadi menarik dan tergolong baru. Secara logika, dapat dirumuskan
pertanyaan permasalahan penelitian sebagai berikut: “Bagaimana proses implementasi UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan terkait
dengan pengosongan kolom agama KTP bagi “Parmalim” di Kota Medan sesuai dengan pasal 64 ayat 2?”
1.4 Tujuan
Adapaun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan terkait dengan
pengosongan kolom agama KTP bagi “Parmalim” di Kota Medan sesuai dengan pasal 64 ayat 2 undang-undang tersebut.
Universitas Sumatera utara
1.5 Manfaat
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan memberi manfaat: 1.
Secara teoritis dan akademis menambah khasanah ilmu tentang kajian pelayanan publik pada penganut agama lokal
2. Secara praktis membantu penganut agama Parmalim untuk mengetahui
dan memenuhi hak-haknya sebagai warga negara dan bagi pemerintah diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil kebijakan.
Universitas Sumatera utara
9
BAB II KERANGKA TEORI
2.1 Teori
Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang
membantu kita memahami sebuah fenomena. Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan
dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.
Dalam Nazir 1983:19, Kerlinger mendefinisikan teori sebagai sebuah set konsep atau construct yang berhubungan satu dengan lainnya, suatu set dari
proporsi yang mengandung suatu pendangan sistematis dari fenomena. Untuk memperoleh pemahaman yang sama atas konsep-konsep yang
digunakan dalam penelitian ini dan menjadi kerangka berfikir bagi peneliti, maka berikut beberapa konsep yang dianggap relevan dengan kasus penelitian yang
dibahas.
2.1.1 Kebijakan Publik 2.1.1.1 Pengertian Kebijakan Publik
Secara etimologi, kebijakan publik terdiri atas dua kata, yaitu kebijakan dan publik. Dari kedua kata yang saling berkaitan tersebut, oleh Graycar dalam
Kaban 2008:59 kebijakan dapat dipandang dari empat perspektif, yaitu filosofis, produk, proses, dan kerangka kerja. Sebagai suatu konsep filosofis, kebijakan
Universitas Sumatera utara
dipandang sebagai serangkaian prinsip atau kondisi yang diinginkan. Sebagai suatu produk, kebijakan diartikan sebagai serangkaian kesimpulan atau
rekomendasi. Sebagai suatu proses, kebijakan menunjuk pada cara dimana melalui cara tersebut suatu organisasi dapat mengetahui apa yang diharapkan
darinya yaitu program dan mekanisme dalam mencapai produknya. Sedangkan sebagai suatu kerangkan kerja, kebijakan merupakan suatu proses tawar-menawar
dan negoisasi untuk merumuskan isu-isu dan metode implementasinya. Sedangkan W. Wilson dalam bukunya Parsons 2008:15 memandang hal
lain dari makna modern gagasan “kebijakan” policy, yaitu seperangkat aksi atau rencana yang mengandung tujuan politik yang berbeda dengan makna
“administration”. Kata policy mengandung makna kebijakan sebagai rationale, sebuah manifestasi dari penilaian yang penuh pertimbangan.
Lebih lanjut Wayne Parsons memberi definisi kebijakan adalah usaha untuk mendefinisikan dan
menyusun basis rasional untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan. Selanjutnya, masih dalam bukunya Parsons pengertian kebijakan tampak
lebih jelas dari definisi yang dikemukakan oleh Anderson yaitu bahwa istilah “kebijakan” atau “policy” dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor
misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah atau melihat aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Sedangkan Charles O.
Jones 1994 melihat kata kebijakan sering digunakan dan dipertukarkan maknanya dengan tujuan, program, keputusan, hukum, proposal, dan maksud
besar tertentu. Pergantian makna tersebut menurut Jones memang bukanlah masalah, hanya saja biasanya dalam hubungan atau kaitan teknis atau
Universitas Sumatera utara
administratif tertentu kata ini mempunyai acuan khusus yang hanya dimengerti oleh kelompok tertentu.
Sementara itu, gagasan tentang publik berasal dari Bahasa Inggris yaitu public yang berarti masyarakat umum dan juga rakyat. Menurut Parsons
2008:3, publik itu sendiri berisi aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk diatur atau diintervensi oleh pemerintah atau aturan sosial, atau setidaknya oleh
tindakan bersama. Jika digabungkan, rumusan kebijakan publik yang dikemukakan Thomas
R. Dye adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan Winarno. 2002:15. Sedikit berbeda dengan Wildavsky, dalam
Kusumanegara 2010 yang mendefinisikan kebijakan publik merupakan suatu hipotesis yang mengandung kondisi-konsisi awal dari aktivitas pemerintah dan
akibat-akibat yang bisa diramalkan. Selanjutnya, menurut Anderson dalam
Winarno 2002 sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan dapat dipahami secara lebih baik bila konsep ini dirinsi menjadi beberapa kategori, seperti
tuntutan-tuntutan kebijakan policy demands, keputusan-keputusan kebijakan policy decisions, pernyataan-pernyataan kebijakan policy statements, hasil-
hasil kebijakan policy outputs, dan dampak-dampak kebijakan outcomes. Dari definisi-definsi di atas, penulis menyimpulkan bahwa kebijakan
publik adalah seperangkat putusan yang telah ditetapkan pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan dalam memenuhi kepentingan orang banyak.
Universitas Sumatera utara
2.1.1.2 Tahapan Kebijakan Publik
Proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan di dalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis. Aktivitas
politis tersebut dijelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan dan divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur
menurut urutan waktu: penyusunan agenda kebijakan, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan Williaam Dunn :
2003:22. Sedangkan aktivitas perumusan masalah, peramalan forecasting, rekomendasi kebijakan, pemantauan monitoring, dan evaluasi kebijakan adalah
aktivitas yang lebih bersifat intelektual. Dalam memecahkan masalah yang dihadapi kebijakan publik, lebih
lanjut Dunn mengemukakan tahapan analisis yang harus dilakukan, yaitu: 1.
Penetapan agenda kebijakan agneda setting Perumusan masalah dapat memasok pengetetahuan yang relevan dengan
kebijakan yang mempersoalkan asumsi-asumsi yang mendasari definisi masalah dan memasuki proses pembatan kebijakan melalui penyusunan
agenda. Perumusan masalah dapat membantu menemukan asumasi-asumsi yang tersembunyi, mendiagnosis peyebab-penyebabnya, memetakan
tujuan-tujuan yang memungkinkan, memadukan pandangan-pandangan yang bertentangan, dan merancang peluang-peluang kebijakan yang baru.
Perumus kebijakan harus difasilitasi berupa dukungan sosial, dukungan politik, dukungan budaya.
2. Formulasi Kebijakan
Universitas Sumatera utara
Dalah tahap formulasi kebijakan, peramalan dapat menyediakan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang masalah yang akan
terjadi di masa mendatang sebagai akibat dari diambilnya alternatif, termasuk tidak melakukan sesuatu.
3. Adopsi Kebijakan
Pada tahap ini, pengambil kebijakan terbantu dalam rekomendasi yang membuahkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang manfaat
atau biaya dari berbagai alternatif yang akibatnya di masa mendatang telah diestimasikan melalui peramalan.
4. Implementasi Kebijakan
Pemantauan atau monitoring menyediakan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang akibat dari kebijakan yang diambil sebelumnya
terhadap pengambil kebijakan pada tahap implementasi kebijakan. Pemantauan membantu menilai tingkat kepatuhan, menemukan akibat-
akibat yang tidak diinginkan dari kebijakan dan program, mengidentifikasi hambatan dan rintangan implementasi, dan menemukan leatk pihak-pihak
yang bertanggung jawab pada setiap tahap kebijakan. Proses implementasi membutuhkan fasilisatsi, seperti tim, lembaga, peraturan, dan sumberdaya.
5. Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan membuahkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebojakan yang
diharapkan dengan yang benar-benar dihasilkan.
Universitas Sumatera utara
2.1.2 Implementasi Kebijakan
Pemerintah membuat kebijakan publik karena ada sesuatu hal yang urgen dan berpengaruh dengan kepentingan publik. Kebijakan ini tentunya harus
ditentukan secara tepat dan efektif bagi kelangsungan hidup publik. Hessel Nogi S. Tangkilisan 2003:2 berpendapat bahwa jika sebuah kebijakan diambil secara
tepat, maka kemungkinan kegagalan pun masih bisa terjadi, jika proses implementasi tidak tepat. Bahkan sebuah kebijakan yang brilian sekalipun jika
diimplementasikan buruk bisa gagal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan para perancangnya.
Dalam Solichin1990:4, Thomas R. Dye mengatakan public policy is whatever governments do, why they do it, and what different it makes. Dari
definisi tersebut, Dye tampak berfokus pada pendeskripsian dan penjelasan tentang sebab dan akibat terhadap tindakan yang dilakukan pemerintah. Kebijakan
publik yang sudah diabuat dengan tepat harus dapat diimplementasikan dengan baik bila ingin mencapai sasaran yang ditargetkan.
Hal yang paling penting dalam proses kebijakan adalah pengimplementasiannya. Secara etimologi, implementasi berasal dari bahasa
Inggris, yaitu to implement, it means to provide the means for carrying out menyediakan sarana untuk melakukan sesuatu dan to give practical effect to
untuk menimbulkan dampakakibat terhadap sesuatu. Sesuatu yang dimaksud dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat berupa undang-undang,
peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.
Universitas Sumatera utara
Dalam Syaukani, Gaffar dan Rasyid, M. Ryaas 2002:295 Pressman dan
Wildavsky merumuskan implementasi sebagai proses interaksi diantara perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk meraihnya, serta serangkaian aktifitas
langsung dan diarahkan untuk menjadikan program berjalan, dimana aktifitas tersbut mencakup:
a. Organisasi: pembentukan atau penataan kembali sumber daya, unit-
unit serta metode untuk menjadikan program berjalan; b.
Interpretasi: menafsirkan agar program menjadi rencana dan pengrahan yang teoat untuk dapat diterima dan dilaksnakan;
c. Penerapan: ketentuan rutin dari pelayanan, pembayaran, atau lainnya
yang dapat disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan program. Sedangkan Mazmanian dan Sebatier, dalam Solichin 1991:51
mengatakan bahwa makna implementasi adalah apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan dokus
perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya usaha-usaha untuk mengadministrasikannya
maupun untuk menimbulkan akibatdampak nyata pada masyarakat atau kejadian- kejadian.
Dari penjelasan tentang kebijakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi kebijakan merupakan elemen terpenting dalam tahapan kebijakan
dengan tidak mendiskreditkan tahapan yang lain. Implementasi kebijakan adalah rangkaian eksekusi dari kebijakan yang sudah ditetapkan yang akan menghasilkan
dampak dari eksekusi kebijakan tersebut.
Universitas Sumatera utara
2.1.2.1 Model Implementasi Kebijakan
Dalam implementasi kebijakan publik, dikenal beberapa model implementasi kebijakan, yaitu Tangkilisan, 2003:20:
a. Model Gogin
Untuk mengimplementasikan kebijakan dengan model Gogin ini dapat mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal
pada keseluruhan implementasi, yaitu: 1 bentuk dan isi kebijakan, termasuk didalamnya kemampaun kebijakan untuk menginstruksikan proses implementasi,
2 kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana mauoun insentif laiina yang akan mendukung implementasi secara efektif, dan 3 pengaruh
lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivsai, kecenderungan hubungan antara warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya.
b. Model Grindle