68
BAB V DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA MEDAN:
PENERBITAN KTP DENGAN PRINSIP “JEMPUT BOLA”
Setelah melakukan penelitian selama kurang lebih 3 bulan, maka peneliti memperoleh semua data yang dibutuhkan untuk menjawab persoalan yang
diangkat dalam penelitian ini. Data-data yang diperoleh tentunya sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu hasil wawancara, observasi,
dan studi dokumentasi. Pada bagian ini, semua data yang telah diperoleh itu akan disajikan dan
kemudian dianalisis untuk menarik kesimpulan yang paling mendekati fakta. Data-data yang dikumpulkan tersebut disajikan dalam kategorisasi sesuai dengan
variable yang telah ditentukan untuk focus pada jawaban atas persoalan yang diteliti. Pada penyajian data akan dimulai dengan identitas informan hingga pada
data-data yang berhubungan langsung dengan jawaban atas persoalan. Setelah itu, pada bab ini juga akan dikemukakan analisis peneliti setelah semua data disajikan
hingga kemudian menarik kesimpulan.
5.1 Identitas Informan Penelitian
Dalam penelitian, identitas informan perlu dikemukakan untuk mendukung validasi dan keabsahan data. Informan dalam penelitian ini dibagi ke
dalam dua kategori, yaitu pegawai dinas pendudukan dan catatan sipil kota Medan dan masyarakat penganut aliran kepercayaan, Parmalim.
Berikut ini akan dikemukan identitas informan berdasarkan jenis kelamin dan pendidikan, kategori pegawai.
Universitas Sumatera utara
69
Tabel 5.1 Karakter Informan Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin Jumlah
Persentasi 1
Laki-laki 5
55.56 2
Perempuan 4
44.44 Total
9 100
Sumber: Wawancara 20142015 Dari table di atas dapat dilihat bahwa infoman yang diwawancarai
berjumlah 9 sembilan orang pegawai, yang mana laki-laki sebanyak 5 orang 55.56 dan perempuan 4 orang 44.44.
Tabel 5.2 Karakter Informan Berdasarkan Pendidikan No
Jenis Kelamin Jumlah
Persentasi 1
SD 2
SMP 3
SMA 3
33.33 4
Diploma 3
33.33 5
Sarjana 2
22.22 5
Magister 1
11.11 Total
9 100
Sumber: Wawancara 20142015 Dari table di atas dapat dilihat bahwa informan wawancara berlatar
belakang pendidikan SMA sebanyak 3 orang 33.33, diploma 3 orang 33.33 sarjana 2 orang 22.22 dan 1 orang 11.11 berlatar belakang
pendidikan magister. Berikut ini akan dikemukan identitas informan berdasarkan jenis kelamin
dan pekerjaan, kategori penganut aliran kepercayaan, Parmalim.
Universitas Sumatera utara
70
Tabel 5.3 Karakter Informan Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin Jumlah
Persentasi 1
Laki-laki 5
71.42 2
Perempuan 2
28.57 Total
7 100
Dari table di atas, dapat dilihat bahwa informan laki-laki dengan kategori masyarakat penganut aliran kepercayaan, Parmalim berjumlah 5 orang 71.42
dan perempuan berjumlah 2 orang 28.57, sehingga total informan keseluruhan 7 orang.
5.2 Kebijakan Pengosongan Kolom Agama pada KTP Parmalim
Diskriminasi pelayanan public bagi golongan minoritas di negara yang majemuk seperti Indonesia bukanlah suatu perbuatan yang jarang terjadi. Sebagai
contoh, pelayanan public dalam hal pemenuhan hak kepemilikian identitas, KTP bagi Parmalim di Indonesia telah lama menjadi masalah bagi mereka. Meski telah
diakui sebagai aliran kepercayaan sejak tahun 1965, penganut Malim ini tidak boleh mencantumkan keopercayaannya pada kolom agama di KTP, mereka
diwajibkan memilih salah satu agama yang diakui di Indonesia. Bagi mereka ini masalah besar, karena berdiri di atas identitas palsu.
Sebagaimana salah satu kebutuhan manusia adalah keinginan untuk mengekspresikan diri, maka Parmalim selalu merasa tidak puas dengan identitas
palsu mereka. Sehingga semakin lama, mereka semakin kuat dan semakin yakin untuk melakukan tuntutan sebagai warga negara Indonesia, untuk mendapat
perlakuan yang sama, dan berdiri di atas identitas yang sebenarnya. Alhasil, pada
Universitas Sumatera utara
71
tahun 2006, keluarlah undang-undang no 23 yang mengatur tentang Administrasi Kependudukan, yang mana dalam pasal 64 undang-undang tersebut memberikan
kebebasan bagi penganut kepercayaan untuk mengosongkan kolom agama di KTP mereka. Meski belum diizinkan untuk menuliskan secara konkret sebagai
Parmalim dalam kolom agamanya, tetapi ini sudah cukup memberi kelegaan bagi mereka. Karena jika kolom agama di KTP kosong, artinya itu sudah menjadi
sebuah identitas yang menunjukkan mereka bukan penganut agama besar yang diakui di Indonesia.
Tetapi meski demikian, sejak tahun 2006 hingga sekarang, tidak dapat dipungkiri pelayanan terhadap pengosongan kolom agama di KTP bagi Parmalim
masih masalah yang belum dapat diselesaikan. Meski undang-undangnya telah jelas, tetapi masih saja di lapangan terjadi masalah. Berikut ini akan disajikan
hasil penelitian di lapangan, dari hasil wawancara, dokumentasi, dan studi pusataka.
Di dalam implementasi kebijakan, pemahaman terhadap kebijakan adalah hal yang mutlak dimiliki oleh implementator. Sebelum kebijakan
diimplementasikan, pelaksana kebijakan harus benar-benar memahami apa yang akan dilaksanakan. Bapak Arpiah Saragih, selaku kepala Bidang Pengelolaan
Informasi dan Pengendalian Kependudukan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, memahami undang-undang no 23 tahun 2006 yang
telah dibuah dengan undang-undang no 24 tahun 2013 tentang administrasi kependudukan sebagai upaya perbaikan pelayanan dalam bidang data
kependudukan. Ia sepakat bahwa substansi udang-undang tersebut harus dipahami oleh semua pegawai, khususnya mereka yang fokus pada bidang sosialisasi.
Universitas Sumatera utara
72
Tanpa memahami isi pasal demi pasal mustahil mampu menjawab ragam pertanyaan warga, yang akhirnya menimbulkan ketidakpuasan masyarakat dalam
akses layanan public. Meski Bapak Arpian memahami undang-undang tersebut sebagai
sesuatu yang harus dipahami oleh semua pegawai, namun kenyataannya tidak semua pelaksana kebijakan itu benar-benar paham akan isi undang-undang. Hal
ini disebaban oleh adanya system yang telah mengatur semua tindakan pegawai, sehingga dianggap tidak perlu untuk memahami secara substansial undang-
undang tentang administrasi kependudukan tersebut. Seperti dikemukakan oleh Ibu Betty Hutape, selau operator penerbitan
KTP, mengaku bahwa memang apa yang hendak dikerjkana telah diatur oleh system. Bahwa kemampuan yang dituntut adalah skill untuk mengelola computer,
karena tugas pegawai hanya memasukkan data sesuai dengan borang yang telah disediakan dalam system pembuatan KTP. Hal ini juga didukung oleh pengakuan
Hendra Kurniawan, staf Bapak Arpian, yang menyatakan bahwa tidaklah harus memahami isi undang-undang itu baru bisa menjalankan tugas. Karena semua
pegawai telah bekerja dengan system, sehingga pemahaman teknis lebih penting dari pemahaman substansi.
Untuk mendapat gambaran yang lebih mendalam tentang implementasi kebijakan administrasi kependudukan, khususnya bagi Parmalim di Kota Medan,
khususnya di Medan Denai, peneliti mengumpulkan data-data penelitian sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditentukan sebelumnya dan dipaparkan
sebagai berikut:
Universitas Sumatera utara
73
5.2.1 Struktur Birokrasi Pelaksana Kebijakan
Strukur birokrasi pelaksana kebijakan diukur dengan melihat rincian tugas dan prosedur yang ditetapkan untuk pelaksanaan tugas setiap pegawai di
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan. Rincian tugas dan prosedur yang telah ditetapkan tentunya menjadi patokan semua pegawai untuk bertindak.
Meski kadang-kadang, bisa saja terjadi sesuatu hal yang tidak diatur dalam rincian tugas dan prosesdur yang ada.
Menurut Bapak Arpian Saragih terkait dengan rincian tugas dan prosedur pelayanan yang ada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Medan, ia menyatakan bahwa semua pegawai memang bekerja sesuai dengan SOP yang telah ditentukan dan dipastikan ada saksi bagi mereka yang lalai dalam
menjalankan tugasnya, apalagi sampai merugikan masyarakat. Menurutnya, pelanggaran terhadap SOP bukanlah sesuatu yang luar biasa, asalkan masih pada
tahap wajar atau tidak merugikan masyarakat. Ditambah lagi dengan kejadian- kejadian yang tidak diatur di dalam SOP, maka pegawai harus mampu mengambil
kebijakan sendiri. Jika melihat rincian tugas dan prosedur pelayanan KTP, organisasi
terkesan kaku dan tidak siap menghadapi jika ada masalah-masalah yang tidak terduga. Masalah-masalah tersebut, contohnya jatuhnya blanko F1-21 di jalan
ketika menuju kantor camat. Nah, dalam hal seperti ini, apa yang dapat dilakukan oleh pegawai yang mengurusi langsung pelayanan KTP. Apakah pegawai mampu
melakuka improvisasi atau keluwesan oraganisasi untuk tetap memberikan pelayanan bagi warga. Hal-hal seperti ini bisa saja terjadi dalam melayani warga.
Universitas Sumatera utara
74
Ibu Julina selaku admin penerbitan KTP di Kantor Camat Medan Denai mengatakan bahwa hal-hal demikian memang kerap terjadi. Ia mengatakan
sebagai contoh, jika fotokopi kartu keluarga ketinggalan sementara proses pembuatan KTP mengacu pada fotokopi kartu keluarga tersebut, maka proses
pembuatan KTP bisa batal jika yang bersangkutan tidak dikenal pegawai, namun bisa juga proses penerbitan KTP tetap berlangsung jika yang bersangkutan dikenal
pegawai, asalkan sudah ada surat dari kepala lingkungan dan kantor lurah. Selain itu, hal-hal mendesak seperti kebutuhan rumah sakit, pegawai bisa bertindak
kompromi. Dengan mengacu pada rincian tugas dan prosedur yang ada dalam
penerbitan KTP, tampaknya tidak ada perbedaan pelayanan antara golongan- golongan tertentu, misalnya dalam hal ini, Parmalim. Hal ini dikarenakan
penerbitan KTP yang menggunakan system secara online, dimana operator hanya mengentri data sesuai dengan borang-borang dalam system penerbitan KTP.
Seperti yang dikemukakan oleh Arnanda, administrator database Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan bahwa dalam penerbitan KTP
mustahil ada perbedaan pelayanan karena perbedaan agama, karena pertanyaan dalam borang semua diisi secara online dan pengisiannya pun disesuasikan
dengan fotokopi kartu keluarga. Ia juga menambahkan bahwa implikasi dari adanya undang-undang no 23 tahun 2006 telah memunculkan satu pilihan pada
borang “agama” dalam system penerbitan KTP, yaitu “KEPERCAYAAN” yang mana selama ini hanya enam agama resmi yang diakui. Sehingga bagi mereka
penganut aliran kepercayaan bisa memilih “kepercayaan” sebagai isian borang
Universitas Sumatera utara
75
“agama” pada system online penerbitan KTP, meski dalam pencetakannya pada kolom agama di KTP tetap kosong, sesuai dengan amanat undang-undang.
Gambar 5.1 Sistem online pengisian data kependudukan penerbitan KTP
.
Sumber: Dokumen Pribadi, 2015 Untuk memungkinkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil sesuai Keputusan Walikota Medan No 03 Tahun 2009, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan memiliki susunan
organisasi sebagai berikut:
1. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Dinas di bidang ketatausahaan yang meliputi pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan,
perlengkapan, kerumah tanggaan, dan urusan lainnya.
Universitas Sumatera utara
76
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Sekretariat mempunyai fungsi:
a Menyusun rencana kegiatan kerja;
b Mengelola urusan perlengkapan, kerumahtanggaan, dan pengadaan barang
dinas; c
Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum lainnya;
d Mengelola urusan administrasi kepegawaian;
e Mengelola urusan administrasi keuangan serta rencana penyusunan
laporan keuangan Dinas; f
Mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan rencana program kerja dinas; g
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidangnya.
Sekretariat terdiri dari: a.
Sub bagian umum; b.
Sub bagian keuangan; c.
Sub bagian penyusunan program
Setiap sub bagian dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Sekretaris. a
Sub Bagian Umum mempunyai tugas mengelola surat menyurat, surat keterangan Bidang Kependudukan dan catatan sipil, pengadaan barang
Universitas Sumatera utara
77
dang perlengkapan kerumahtanggaan, mengelola administrasi di bidang kepegawaian serta urusan umum lainnya.
b Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas mengelola administrasi keuangan
serta rencana penyusunan laporan keuangan. c
Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas mengumpulkan dan menyiapkan bahan perumusan rencana dan program kerja dinas,
menganalisa dan menyajikan data serta mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan rencana program kerja dinas.
2. Bidang Kependudukan
Bidang Kependudukan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala
dinas. Bidang kependudukan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang pelayanan dan pendaftaran penduduk Warga Negara Indonesia
WNI dan orang asing. Untuk melaksanakan tugasnya di bidang kependudukan mempunyai fungsi:
a
Menyusun rencana kegiatan kerja;
b Registrasi penduduk warga negara Indonesia dan orang asing dan
pemberian Nomor Induk Kependudukan NIK;
c Melaksanakan kegiatan pendaftaran dan pencatatan administrasi penduduk
Warga Negara Indonesia WNI dan Orang Asing;
d Mengumpulkan dan mengelolal bahan pelayanan pendaftaran penduduk
Warga Negara Indonesia WNI dan Orang Asing;
Universitas Sumatera utara
78
e Melaksanakan kegiatan penerbitan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda
Penduduk;
f Mengelola pendaftaran dan pencatatan mutasi penduduk Warga Negara
Indonesia WNI dan Orang Asing;
g Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya.
Bidang kependudukan terdiri dari: a
Seksi Registrasi Penduduk dan Nomor Induk Kependudukan;
b
Seksi Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk;
c
Seksi Mutasi.
Setiap seksi dipimpin oleh kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang:
a Seksi Registrasi Penduduk dan Nomor Induk Kependudukan mempunyai
tugas memverifikasi dan memvalidasi formulir biodata penduduk dan merekam data ke dalam database kependudukan untuk mendapatkan NIK;
b Seksi Mutasi Penduduk mempunyai tugas memeriksa dan meneliti berkas
permohonan dan surat pengantar pindah pindah dating, merekam data ke dalam data base kependuduka, menerbitkan surat keterangan pindah
pindah dating antar kabupaten kota dalam satu provinsi dan pindah dating antar provinsi;
c Seksi Kartu keluarga dan Kartu Tanda Penduduk mempunyai tugas
memverifikasi dan mevalidasi data penduduk dan berkas formulir permohonan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk beserta lampiran
Universitas Sumatera utara
79
kelengkapan berkas persyaratan, merekam data ke dalam data base, menerbitkan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk.
3. Bidang Catatan Sipil
Bidang Catatan Sipil dipimpin oleh seorang KepalaBidang yang dalam melaksanaan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas. Bidang Catatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas di bidang pelayanan pencatatan sipil penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing.
Untuk melaksanakan tugas bidang Catatan Sipil mempunya fungsi: a
Menyusun rencana kegiatan kerja; b
Melaksanakan pendaftaran dan pencatatan, memerikas dan meneliti berkas pencatatan, mengelola data serta penerbitan Akta Kelahiran, Akta
Kematian, AktaPerkawinan, Akta Perceraian, Akta Pengakuan Anak; c
Melaksanakan pendaftaran dan pencatatan, memeriksa dan meneliti berkas pencatatan, serta mencatat pengesahan dan pengangkatan anak, perubahan
nama Warga Negara Indonesia dan Orang Asing; d
Melaksanakan pendaftaran dan pencatatan, memerikas dan meneliti berkas pencatatan, serta mengelola perubahan status kewarganegeraan;
e Melaksanakan pendaftaran dan pencatatan, memeriksa dan meneliti berkas
pencatatan, serta mencatat pembatalan perkawinan dan perceraian; f
Melaksanakan pencatatan peristiwa penting lainnya; g
Melaksanakan tuags-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.
Bidang Catatan Sipil terdiri dari:
Universitas Sumatera utara
80
a Seksi Kelahiran dan Kematian;
b Seksi Perkawinan dan Perceraian;
c Seksi Perubahan Data.
Setiap seksi dipimpin oleh seorang seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakn tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang Catatan Sipil. a
Seksi Kelahiran dan Kematian mempunyai tugas menyiapkan bahan penvatatan, pendaftaran, dan memeriksa meneliti berkas pencatatan serta
mengelola data dan meneribitkan akta kelahiran dan akta kematian bagi Warga Negara Indonesia WNI dan Orang Asing;
b Seksi Perkawinan dan Pereceraian mempunyai tugas menyiapkan bahan
pencatatan, pendaftaran dan memeriksa dan meneliti berkas pencatatan serta mengelola data dan menerbitkan akta perkawinan dan akta perceraian
bagi Warga Negara Indonesia WNI dan Orang Asing; c
Seksi Perubahan Data mempunyai tugas mengumpulkan bahan dan data, memeriksa dan meneliti berkas serta mengelola data dan menerbitkan Akta
Pengakuan Anak, pendaftaran dan pencatatan pengesahan dan pengangkatan perubahan nama, perubahan status kewarganegaraan,
menerbitkan salinan dan Akta Kutipan II dan seterusnya serta mencatat peristiwa penting lainnya bagi Warga Negara Indonesia WNI dan Orang
Asing.
Universitas Sumatera utara
81
4. Bidang Data Kependudukan
Bidang Data Kependudukan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas. Bidang Data Kependudukan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang Pengelolaan Data dan Laporan Penduduk Warga
Negara Indonesia WNI dan Warga Negara Asing WNA. Untuk melaksanakan tugasnya, Bidang Data Kependudukan mempunyai fungsi:
a Menyusun rencana kegiatan kerja;
b Menyimpan dan memelihara akurasi data kependudukan dan catatan sipil
dalam data base kependudukan; c
Menjaga kerahasiaan data individu masyarakat; d
Menyediakan Data Agregat Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai dasar pengelolaan data Statistik dan laporan data kependudukan;
e Menyiapkan bahan dan data untuk pelaksanaan penyuluhan Administrasi
Kependudukan dan Catatan Sipil; f
Memeriksa, mengesahkan dokumen yang telah dikeluarkan sebelum diarsipkan serta mengelola dan menyimpan dokumen kependudukan dan
catatan sipil; g
Menyiapkan bahan dan data untuk kegiatan pelaksanaan penyuluhan Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil WNIWNA;
h ,Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya. Bidang Data Kependudukan terdiri dari:
Universitas Sumatera utara
82
a Seksi Data Kependudukan;
b Seksi Penyimpnanan Dokumen Kependudukan;
c Seksi Penyuluhan.
Setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnta berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Data
Kependudukan. a
Seksi Data Kependudukan mempunyai tugas, menyimpan dan memelihara akurasi data kependudukan dan catatan sipil dalam data base
kependudukan, menjaga kerahasiaan data individu masyarakat, menyediakan Data Agregat Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai dasar
pengelolaan data Statistik dan laporan data Kependudukan, menyiapkan bahan dan data untuk pelaksanaan penyuluhan Administrasi
Kependudukan dan catatan sipil; b
Seksi Penyimpanan Dokumen Kependudukan mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan, pengesahan dokumen berkas yang telah
dikeluarkan sebelum diarsipkan serta mengelola dan meyimpan dokumen Kependudukan dan Catatan Sipil;
c Seksi Penyuluhan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan data untuk
kegiatan pelaksanaan penyuluhan Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil WNIWNA.
Universitas Sumatera utara
83
5. Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi dan Pengendalian Kependudukan
Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi dan Pengendalian Kependudukan dipimpin oleh seorang Kepal Bidang yang dalam melaksanakan
tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi dan Pengendalian Kependudukan mempunyai
tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang pengendalian dan pengawasan, serta penyuluhan pendaftaran penduduk WNI dan WNA. Untuk
melaksanakan tugas Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi dan Pengendalian Kependudukan mempunyai fungsi:
a Menyusun rencana kerja;
b Pengelolaan data dan menyusun grafik data statistik;
c Memberikan layanan informasi Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil
melalui papan infomasi maupun secara lisan; d
Pemeriksaan data dan dokumen yang telah dikeluarkan sebelum diarsipkan;
e Pengendalian, pemantauan, pengawasan dan penyelidikan terhadap
penyelenggaraan administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil; f
Pengendalian, pemantauan dan pengawasan mobilitas penduduk dan arus computer penduduk;
g Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya.
Universitas Sumatera utara
84
Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi dan Pengendalian Kependudukan terdiri dari:
a Seksi Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan;
b Seksi Pengendalian Kependudukan.
Setiap seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Pengelolaan Informasi Administrasi dan Pengendalian Kependudukan. a
Seksi Pengelolaan Informasi Administrasi kependudukan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan data dan menyusun grafik data statistic
serta memberikan layanan informasi Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil melalui papan informasi maupun secara lisan;
b Seksi Pengendalian Penduduk mempunyai tugas melaksanakan
pemeriksaan data dan berkas yang telah dikeluarkan sebelum diarsipkan dan melaksanakan pengendalian, pemantauan, penyeldikan terhadap
penyelenggaraan administrasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan mobilitas penduduk serta arus komuter penduduk.
Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sesuai dengan keahlian dan
kebutuhan.
Universitas Sumatera utara
85
1 Kelompok jabatan fungsional dimaksud pada pasal tersebut di atas terdiri
dari sejumlah tenaga, dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan keahliannya.
2 Setiap kelompok tersebut pada ayat 1 pasal ini dipimpin oleh seorang
tenaga fungsional senior. 3
Jumlah jabatan fungsional tersebut pada ayat 1 pasal ini, ditentukan berdasarkan kebutuhan daerah.
Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut pada ayat 1 pasal ini, diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Di samping adanya rincian tugas, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan juga menetapkan prosedur pelayanan sebagai pedoman aktivitas
pegawai. Berikut adalah prosedur dalam pelayanan administrasi kependudukan, khususnya penerbitan KTP, di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Medan, dengan lokus penelitian Kantor Camat Medan Denai.
A. Penerbitan KTP baru bagi pemohon wajib dilaporkan, yaitu telah berusia 17 tujuh belas tahun atau sudah pernah kawin.
A.1 Syarat-syarat penerbitan KTP
1 Surat pengantar kepala lingkunganLurah
2 Foto Copy Kartu Keluarga
3 Foto Copy Surat NikahAkta Kawin bagi penduduk yang belum berusia 17
ujuh belas tahun 4
Foto copy akta kelahiran
Universitas Sumatera utara
86
5 Pasphoto ukuran 3x4 cm dengan latar belakang warna merah bagi yang
lahir pada tahun ganjil 6
Pasphoto ukuran 3x4 cm dengan latar belakang warna biru bagi yang lahir pada tahun genap.
B. Prosedur Pelayanan Penerbitan KTP B.1 Jika pengurusan KTP diserahkan kepada kepala lingkungan
1 Pemohon menemui kepala lingkungan dengan membawa persyaratan yang
sudah ditentukan 2
Kepala lingkungan menyerahkan berkas kepada lurah 3
Lurah mengantarkan berkas ke kantor camat, bagian KTP, langsung ke admin.
4 Admin mengecek kelengkapan berkas, jika lengkap langsung diserahkan
kepada operator untuk diproses. 5
Operator memproses penerbitan KTP Waktu penerbitan bisa ditunggu, tergantung banyaknya permintaan. Jika sedikit bisa langsung diambil hari
itu juga, jika banyak, bisa memakan 2-3 hari 6
KTP yang sudah terbit disimpan oleh operator menunggu diambil oleh lurah
7 KTP yang diambil lurah diberikan kepada kepala lingkungan untuk
diserahkan kepada warga. Jika digambarkan dalam bagan, dapat dilihat sebagai berikut:
Universitas Sumatera utara
87
Bagan 5.1 Alur pengurusan KTP melalui Kepala Lingkungan
Sumber: Olahan sendiri berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Julina, 9 Februari 2015.
B.2 Jika penerbitan KTP langsung oleh masyarakat
1 Pemohon menemui kepala lingkungan dengan membawa semua
persyaratan, dan kepala lingkungan memberikan surat pengantar berisi data bahwa yang bersangkutan benar warga lingkungan yang dikepalai
kepala lingkungan. 2
Pemohon menemui lurah dengan membawa berkas persyaratan dan surat pengantar dari kepala lingkungan, lalu Lurah memberikan blanko formulir
permohonan kartu tanda penduduk WNI, disebut dengan F.1-21 blanko terlampir, lalu diisi oleh pemohon dan ditempelkan foto pemohon pada
pada blanko tersebut 3
Blanko yang sudah diisi dan ditempel foto oleh pemohon kemudian distempel oleh lurah.
Universitas Sumatera utara
88
4 Blanko yang sudah distempel lurah beserta semua persyaratan diantar
langsung oleh pemohon ke kantor camat bidang KTP, yaitu admin. 5
Admin melakukan pengecekan, jika sudah benar diserahkan ke operator untuk diproses.
6 Operator memproses penerbitan KTP, dapat ditunggu oleh pemohon dan
langsung selesai di tempat. Jika digambarkan dalam bagan, dapat dilihat sebagai berikut:
Bagan 5.2. Alur pengurusan KTP oleh Pemohon
Sumber: Olahan sendiri berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Julina pada 9 Februari 2015
Dengan melihat alur pengurusan KTP, dimana semua proses dimulai dari kepala lingkungan, maka peneliti juga menggali informasi dari kepala
lingkungan dan kelurahan. Untuk mendapat informasi yang lebih akurat, dari sekian banyak kelurahan, peneliti kemudian memilih kelurahan Binjai, Kecamatan
Universitas Sumatera utara
89
Medan Denai dengan alasan bahwa Bale Parsantian Parmalim terletak di Kelurahan Binjai, lingkungan IV.
Terkait dengan pengurusan KTP di kelurahan Binjai, Ibu Sepriati selaku kepala seksi pemerintahan yang bertugas mengumpulkan berkas pengurusan KTP
dari masyakarat atau kepala lingkungan mengatakan bahwa semua masyarakat harus memilih lima agama yang diakui, terkait dengan pengisian kolom agama.
Menurut Ibu Supriati bahwa pengosongan kolom agama di KTP masih dalam tahap pembahasan dan belum pernah dilakukan.
Pernyataan senada juga disampaikan oleh kepala lingkungan V, Bapak E. Siregar, bahwa pengurusan KTP masih seperti yang lama, belum ada aturan
yang pasti tentang pengosongan kolom agama di KTP bagi aliran Kepercayaan. Menurut bapak E. Siregar, isu tentang pengosongan kolom agama di KTP yang
ramai dalam perbincangan public akhir-akhir ini masih hanya isu belaka dan belum ada masyarakat yang mengosongkan kolom agama di KTPnya. Bapak E.
Siregar menambahkan bahwa jika ada masyarakat yang meminta pengosongan kolom agama di KTP, berkasnya akan dikembalikan, tidak diterima.
Pernyataan yang berbeda disampaikan oleh kepala lingkungan IV, Bapak M. Siahaan. Bapak Siahaan menyatakan bahwa saat ini aliran kepercayaan
telah dipebolehkan mengosongkan kolom agama di KTP sesuai dengan undang- undang. Menurut pengakuan Bapak Siahaan, bahwa ia telah pernah menerbitkan
KTP warga Parmalim dimana kolom agama pada KTPnya dikosongkan sesuai dengan permintaan di pemohon. Namun demikian, menurut Bapak Siahaan, warga
Parmalim juga termasuk tertutup, meski telah boleh mengosongkan kolom agama
Universitas Sumatera utara
90
di KTP, tidak semua juga masyarakat Parmalim mau mengikutinya, karena adanya kemungkinan kesulitan dalam akses layanan public.
5.2.2 Komunikasi
Sebelum suatu kebijakan diimplementasikan, pelaksana kebijakan harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan perintah untuk
melaksanakannya telah dibuat. Salah satunya dapat dilihat dari komunikasi yang terjalin diantara pelaksana kebijakan dalam hal penyampaian keputusan serta
sosialisasi keputusan bagi subyek keputusan yang telah dibuat. Komunikasi yang terjali di antara pegawai di kantor Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan menurut Bapak Arpian terjalin dengan baik. Ia mencontohkan subyek wawancara dalam penelitian yang
dilakukan penulis, dimana seharusnya yang diwawancarai adalah kepala dinas, namun karena rasa percaya antara kepala dinas dan kepala bidang, maka
wawancara antara penulis dapat dilakukan dengan kepala bidang, sebagai pengganti kepala dinas untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian
yang dilakukan penulis. Pengakuan yang senada juga disampaikan oleh Hendra Kurniawan, bahwa komunikasi antar pegawai memang berjalan baik, bahwa untuk
menjalankan tugas, semua pegawai harus tahu apa yang harus dikerjakan. Untuk itu, diperlukan komunikasi yang baik dan kekompakan antar pegawai. Menurut
Hendra, kekompakan itu penting, agar tidak ada rasa canggung dalam bertanya jika ada informasi yang tidak jelas, yang akhirnya mempengaruhi pelaksanaan
kebijakan.
Universitas Sumatera utara
91
Ibu Sri, selaku operator yang bertugas menerbitkan KTP di kecamatan Medan Denai juga mengakui bahwa komunikasi adalah hal yang mutlak dan
penting, sehingga perlu ada kejelasan. Menurutnya, komunikasi antar admin dan operator berjalan dengan baik. Admin yang bertugas ke dinas selalu memberikan
berita terbaru kepada operator yang memang bekerja sebagai pencetak KTP. Dan dalam hubungan antara admin dengan operator tidak ada sekat, sehingga
komunikasi terjalin hangat dan informasi pun dapat disampaikan dengan baik tanpa mengurangi makna.
Pernyataan ibu Sri ditimpali juga dengan Ibu Julina selaku admin yang selalu bertugas ke kantor dinas setiap Senin dan setiap ada keperluan. Ibu Julina
mengaku bahwa komunikasi terjalin dengan baik, baik antar pegawai di kecamatan maupun antar pegawai di kantor camat dengan kantor dinas. Jika ibu
Julina rapat di kantor dinas, ia selalu menyampaikan hasil rapat kepada kedua operatornya.
Komunikasi dalam organisasi memiliki dua bentuk, lisan dan tulisan. Dalam organisasi formal, komunikasi lisan dan tulisan tentu dipakai, apalagi
dengan berbagai kegiatan yang padat dan pertemuan yang intens. Komunikasi tulisan mungkin hal yang sudah biasa, lalu bagaimana dengan komunikasi lisan.
Dengan adanya telepon seluler sekarang ini, tampaknya komunikasi lisan menjadi sangat mudah. Bapak Arpian mengakui bahwa komunikasi lisan
telah menjadi cara paling efisien dalam penyampaian informasi, selain meningkatkan kekompakan antar pegawai. Komunikasi lisan ini bukan hanya
dilakukan dengan tatap muka secara langsung, tapi juga dilakukan melalui telepon genggam. Artinya, informasi tidak lagi harus disampaikan dengan menemui
Universitas Sumatera utara
92
langsung, tentu ini akan memakan waktu yang cukup lama, jika dibandingkan dengan hanya melalui telepon saja. Sedangkan komunikasi tulisan saat ini hanya
digunakan untuk pihak eksternal saja, atau urusan surat-menyurat. Adanya telepon seluler ini tampaknya benar-benar sangat membantu
proses komunikasi di dalam pendelegasian tugas di dalam organisasi. Bapak Hendra Kurniawan mengatakan bahwa adanya teknologi komunikasi yang
canggih saat ini telah meninggalkan cara lama dalam berkomunikasi di dalam organisasi, baik melalui memo tulisan maupun urusa surat-menyurat di internal.
Saat ini, pemberitahuan tugas sudah sering dilakukan melalui telepon genggam, si bos bisa langsung menelepon bawahan untuk tugas tertentu. Menurut Hendra, cara
seperti itu sangat efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi. Organisasi tidak bisa hidup tanpa berhubungan dengan organisasi luar.
Hubungan dengan organisasi luar tentu dilakukan dengan komunikasi juga, yaitu bentuk koordinasi. Menurut Bapak Arpian, koordinasi dengan pihak eksternal
terjalin dengan baik. Misalnya dalam hal pelayanan KTP yang menggunakan prinsip “jemput bola”, dimana saat ini pengurusan KTP telah selesai di kantor
camat, dimana sebelumnya pengurusan KTP wajib ke kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan. Hal ini dilakukan dengan
menempatkan pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan sebanyak 2 hingga 3 orang di setiap kantor camat yang ada di Kota Medan. Semua
pegawai tersebut merupakan pegawai yang memang secara khusus menangani pengurusan KTP. Untuk merealisasikan kebijakan “jemput bola” ini tentu
diperlukan koordinasi antara dinas dengan semua kecamatan yang ada di kota
Universitas Sumatera utara
93
Medan. Hal ini menunjukkan koordinasi antara Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan berlangsung dengan baik.
Dalam hal pelayanan KTP, khususnya bagi Parmalim, sesuai dengan undang-undang no 23 Tahun 2006 yang telah diperbaharui dengan undang-undang
no 24 tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan, apakah masyarakat mengetahu hak mereka akan diperbolehkannya mengosongkan kolom agama di
KTP. Hal ini berkaitan erat dengan komunikasi pelaksana kebijakan dengan masyarakat, khususnya Parmalim.
Selain koordinasi dengan pihak eksternal, bentuk lain dari komunikasi adalah sosialisasi, yaitu upaya pemberitahuan secara missal tentang suatu
kebijakan. Sosialisasi sangatlah penting, agar isi kebijakan tidak hanya diketahui oleh pelaksana tetapi juga diketahui oleh kepada siapa kebijakan akan
diimplementasikan. Dalam hal pelayanan KTP, adalah mutlak dilakukan sosialisasi oleh
pemerintah kepada masyarakat penganut aliran kepercayaan, khususnya substansi undang-undang tentang pengosongan kolom agama di KTP. Jangan sampai
masyarakat tidak mengetahui tentang hak mereka sebagai warga negara. Menurut Bapak Arpian, sosialisasi telah dilakukan dengan berbagai media, baik radio,
cetak, televise, juga tatap muka langsung. Ia mengatakan bahwa sosialisasi melalui radio merupakan cara yang paling sering dilakukan. Sedangkan cara lain,
seperti tatap muka langsung hanya dilakukan jika ada acara tertentu dan ada panggilan dari luar. Artinya, tidak ada program secara khusus dari dinas terkait
dengan sosialisasi tatap muka. Sosialisasi bagi masyarakat Parmalim juga pernah
Universitas Sumatera utara
94
dilakukan oleh dinas pada acara yang memang sengaja diselenggarakan oleh lembaga tertentu bagi Parmalim.
Terkait dengan sosialisasi UU No 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, Ibu Julina Silalahi sebagai admin penerbitan KTP di Kantor
Camat Medan Denai justru menyatakan tentang ketidaktahuannya tentang sosialisasi yang pernah dilakukan dinas. Menurutnya, sosialisasi mungkin pernah
dilakukan dinas karena masyarakat Parmalim telah mengetahui haknya, seperti
diperbolehkannya pengosongan kolom agama di KTP.
Jika pelaksana kebijakan memberikan pengakuan telah pernah melakukan sosialisasi kepada warga terkait dengan undang-undang no 23 Tahun
2006 tentang Administrasi Kependudukan, khususnya tentang pengosongan kolom agama di KTP, Posan Sinaga, seorang karyawan swasta warga Parmalim
Kecamatan Medan Denai menyatakan pemahamannya tentang pengosongan kolom agama di KTP bahwa ia mengetahui kebijakan tersebut dari organisasi
kepemudaan Parmalim Kota Medan. Sedangkan usaha sosialisasi yang pernah dilakukan oleh pemerintah setempat, ia mengaku tidak pernah mengikuti atau
bahkan ia tidak tahu. Sedikit berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Renali Rumapea,
ketua organisasi pemuda Parmalim Kota Medan, yang menyatakan bahwa memang pernah dilakukan sosialisasi oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kota Medan. Namun, itu merupakan program dari organisasi pemuda Parmalim, bukan dari dinas. Menurut Renaldi, jika pun tidak dilakukan sosialisasi oleh
pemerintah setempat, mereka pasti mengetahui kebijakan pengosongan kolom agama tersebut. Karena ia menegaskan bahwa hal tersebut merupakan hasil dari
Universitas Sumatera utara
95
usaha tuntutan mereka kepada pemerintah. Meski belum dapat dikaui, minimal pengosongan kolom agama di KTP tersebut telah menjadi tanda bahwa mereka
bukan bagian dari enam agama yang diakui. Adapun sosialisasi yang mereka lakukan hanya untuk mencapai persamaan pemahaman saja, antara pegawai dinas
dengan masyarakat Parmalim, agar tidak berat sebelah.
5.2.3 Sumber Daya
Untuk melaksanakan tugasnya, organisasi tidak cukup dengan system yang modern, tetapi harus ada yang mengoperasikannya, yaitu sumber daya.
Sumber daya dalam organisasi adalah factor yang sangat penting dalam implementasi kebijakan agar dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Sumber
daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensinya, sumber daya financial, dan sarana dan prasarana penunjang kegiatan. Tanpa
adanya sumber daya, suatu kebijakan hanya pajangan dokumen saja. Untuk melaksanakan tugasnya, pelaksana kebijakan harus memiliki
kompetensi yang baik dan sesuai dengan bidangnya. Maksudnya adalah penempatan pegawai pada posisi tertentu harus disesuaikan dengan latar belakang
pendidikan dan pengalamannya. Dalam penerbitan KTP, dimana rincian tugas kebanyakan berhubungan dengan computer, maka seharusnya pegawainya adalah
orang yang mengerti mengoperasikan computer. Maka, orang tersebut minimal memiliki pengalaman di bidang operasi computer atau berlatar belakang
pendidikan computer. Menurut Bapak Arpian, pegawai bidang penerbitan KTP memang
mereka yang dianggap mampu mengoperasikan computer, yaitu mereka yang
Universitas Sumatera utara
96
berlatar belakang minimal diploma tiga computer. Menurut beliau, antara pendidikan dengan bidang pekerjaan memang harus sejalan, karena dalam
penerbitan KTP memang sepenuhnya bekerja dengan system di dalam computer, sehingga pegawai wajib memahami operasi computer. Karena memang tidak ada
pelatihan secara khusus bagi pegawai, kecuali jika ada perubahan teknis. Selain kompetensi pegawai, kecukupan pegawai juga penting
diperhatikan. Harus di sesuaikan jumlah pegawai dengan pekerjaan yang ada agar kebijakan dapat terlaksana dengan baik. Bagaimana mungkin kebijakan dapat
terlaksana dengan baik jika jumlah pelaksana tidak mencukupi atau bahkan berlebihan.
Menurut Bapak Arpian, kuantitas pegawai yang ada saat ini telah memadai, yaitu mencapai 120-an pegawai, dan pegawai yang secara khusus
menangani penerbitan KTP dianggap sudah sangat memadai. Hal itu dilihat dari segi kuantitas. Jika dilihat dari segi kualitas dengan indikator pendidikan, maka
semua pegawai dianggap sudah memiliki kemampuan tenknis, karena rata-rata pegawai merupakan lulusan diploma dan sarjana, bahkan ada yang magister.
Namun, menurut beliau, sejujurnya jika teknologi yang ada dimanfaatkan dengan maksimal maka, jumlah pegawai bisa diberhentikan sebanyak 50 dari yang ada
saat ini. Kondisi saat ini memang menunjukkan bahwa kita belum siap untuk memanfaatkan teknologi secara maksimal.
Ibu Julina Silalahi, selaku admin pelayanan data kependudukan di Kantor Camat Medan Denai juga menyatakan hal yang sama, bahwa jumlah
pegawai dinas yang ada di kantor camat Medan Denai, telah memadai, baik dari sisi kuantias maupun kualitas.
Universitas Sumatera utara
97
Selain berbicara tentang jumlah dan kemampuan, pelaksana kebijakan juga haruslah menyesuaikan diri dengan perubahan system dan kebijakan yang
ada, sehingga perlu peningkatan kompetensi, melalui berbagai pelatihan. Menurut Bapak Arpian, pelatihan hanya diberikan bagi mereka pegawai baru dan jika ada
perubahan system yang diikui perubahan teknis. Namun, dalam hal penyesuaian dengan tekonologi yang semakin berkembang, tidak pernah dilakukan pelatihan
sehingga itu menjadi kelemahan pegawai dinas hingga saat ini.
Tabel 5.4 Komposisi Pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan Menurut Golongan
No PangkatGolongan
Jumlah Orang
1 Jumlah Pegawai
129 Orang 2
Pangkat.Golongan: 2.1 Gol I
- 2.2 Gol II
57 2.3 Gol III
67 2.4 Gol IV
5 3
Jumlah Pejabat Struktural 21
4 Jumlah Pejabat Fungsional
2 Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan Tahun 2014
Menurut tingkat pendidikan, pegawai pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan dominan adalah Sarjana S1 sejumlah 66 orang
51,16, Diploma III D-III sejumlah 9 orang 6,98 dan SLTA sejumlah 50 orang 38,76. Sementara Pasca Sarjana S2 sejumlah 4 orang 3,10,
sedangkan SLTP dan SD tidak ada.
Universitas Sumatera utara
98
Tabel 5.5 Komposisi Pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan Menurut Tingkat Pendidikan
No Jenjang Pendidikan
Jumlah Orang
1 SD
- 2
SLTP -
3 SLTA
50 4
D III 9
5 S1
66 6
S2 4
Jumlah 129
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan Tahun 2014 Penyelenggaraan urusan kependudukan, sangat membutuhkan
pengetahuan teknis kependudukan dan catatan sipil. Namun, berdasarkan data yang ada dari 129 pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan
hanya 10 orang atau 7,75 yang pernah mengikuti kursus teknis fungsional Kependudukan dan belum tersedianya Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS.
Hal ini menunjukkan masih relative rendahnya kompetensi pegawai untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kota di bidang kependudukan pada
masa datang. Selain sumber daya manusia, sumber daya financial juga merupakan hal
pokok yang harus dimiliki organisasi untuk menjalankan berbagai kebijakan yang ada. Dalam hal ini, anggaran dana yang dibutuhkan oleh Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Kota Medan dalam menjalankan kebijakan administrasi kependudukan pada tahun anggaran 2014 adalah sebesar Rp 22.814.100.000,-
yang bersumber dari APBD Kota Medan. Rincian anggaran tersebut sebagaimana Terlampir dalam skripsi ini dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
Universitas Sumatera utara
99
Menurut Bapak Arpian, anggaran yang ada telah memadai, namun masih dirasa kurang, terutama untuk anggaran pendidikan dan pelatihan serta
sosialisasi tatap muka secara langsung dengan warga. Karena saat ini anggaran sosialisasi hanya cukup digunakan pada sosialisasi melalui radio.
Selain sumber daya financial, sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan kebijakan juga sangat penting. Seperti peralatan kantor, dan lain-lain
yang memang berhubungan langsung dengan pelaksanaan kebijakan. Bapak Arpian menyatakan bahwa sarana yang prasarana yang ada di kantor dinas dan
kecamatan sudah memadai. Adanya ruangan ber-AC, computer bagi setiap pegawai, adanya ruang tunggu, dan lain-lain. Sehingga menurutnya semua
fasilitas yang ada telah cukup membantu pelakasanaan pelayanan data kependudukan.
Hal senada juga disampiakan oleh Ibu Betty Hutapea, salah satu operator penerbitan KTP di Kantor Camat Medan Denai, bahwa perlengkapan dan
peralatan yang ada telah disediakan dinas, dan itu suda cukup bagi mereka dalam melaksanakan pekerjaannya.
Universitas Sumatera utara
100
Tabel 5.6 Daftar Inverntaris Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan
No Nama Barang
Jumlah Unit
Kendaraan Ket.
Baik Rusak
1 Kursi tunggu
15 Baik
- -
2 Stabilizer
23 Baik
- -
3 UPS
62 Baik
- -
4 Server
1 Baik
- -
5 Mesin Pompa Air
Ukuran Besar 1
Baik -
- 6
Kipas angin stainleesstel Ukuran
Besar 6
Baik -
- 7
TV LCD 32 inch + Breaked
4 Baik
- -
8 Wireless Microphone
1 Baik
- -
9 Dispenser 2 Kran
Panas dan Dingin
5 Baik
- -
10 Jam dinding ukuran
besar 10
Baik -
- 11
Pengadaan Mesin Fotokopi
2 Baik
- -
12 Mesin Generator
Genset 21
Baik -
- 13
Meja Kerja Operator 16
Baik -
- 14
Kursi Kerja Eselon 6
Baik -
- 15
Kursi Kerja Staf 17
Baik -
- 16
Lemari buku 1
Baik -
- 17
Komputer 22
Baik -
- 18
Tablet 10
Baik -
- 19
Mesin Nomor Antrian 1
Baik -
- Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan Tahun 2014
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa sarana prasarana Dinas Kependududkan dan Catatan Sipil Kota Medan bila dibandingkan dengan beban
kerja yang diemban sudah cukup memadai walaupun gedung kantor masih menempati gedung kantor Perpustakaan, tetapi kendaraan roda empat untuk
Operasional Kepala Dinas sudah ada demikian juga dengan kendaraan roda dua cukup memadai untuk kegiatan operasional pegawai khususnya pegawai
pencatatan sipil sebanyak 7 tujuh unit.
Universitas Sumatera utara
101
5.2.4 Disposisi
Dalam implementasi kebijakan, Model Edrward III, disposisi merupakan salah satu variable penting dalam mengukur baik atau buruknya
pelaksanaan suatu kebijakan. Disposisi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah sikap watak dan karakteristik yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan, seperti
komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila pelaksana kebijakan memiliki disposisi yang baik, maka pelaksanaan kebijakan akan sesuai dengan harapan
pembuat kebijakan untuk memuaskan penerima kebijakan. Ada dua hal pokok yang perlu diperhatikan dalam melihat disposisi
pelaksana kebijakan, yaitu pengangkatan pegawai dan pemberian insentif. Pemberian insentif dapat menjadi penguat komitmen dan semangat kerja.
Pengangkatan pegawai di dinas kependudukan dan catatan sipil Kota Medan dilakukan adalah wewenang BKD atau Badan Kepegawaian Daerah Kota
Medan. Dimana sebelumnya, dinas telah terlebih dahulu melakukan analisis beban kerja dan analisis jabatan. Setelah itu dilakukan, maka diketahui bidang
perkerjaan apa yang kosong dan butuh pegawai, maka selanjutnya diusulkan kepada BKD. BKD kemudian melakukan open rekruitmen sesusai dengan syarata
yang telah ditentukan dinas berdasarkan hasil analisis beban kerja dan analisis jabatan.
Selain berbicara tentang pengangkatan pegawai, semangat kerja juga perlu diperhatikan. Menurut para pegawai, seperti Bapak Arpian dan Ibu Betty,
mengatakan bahwa pekerjaan sebagai PNS merupakan jalan hidup, sebagai bentuk pengabdian kepada negara. Sehingga, berapapun penghasilan harus tetap
semangat dalam bekerja. Menurut Bapak Arpian, untuk menjaga semangat kerja
Universitas Sumatera utara
102
pegawai memang diperlukan adanya insentif, seperti yang terjadi tahun-tahun sebelumnya. Namun, tahun ini insentif bagi pegawai telah ditiadakan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan dengan alasan bahwa pegawai bekerja untuk digaji, dan itu sudah cukup. Namun demikian, bagaimanapun pegawai harus tetap semangat
dalam bekerja, karena memang bekerja sebagai PNS adalah sebuah pengabdian. Jika pegawai merasa bekerja sebagai abdi negara, sehingga semangat
kerja harus dipertahankan, maka bagaimana tanggapan warga yang dilayani. Menurut Bapak Elman Sinaga, urusan mengurus KTP bukanlah hal yang sulit.
Hubungan antara warga dengan pelaksana bebijakan ternyata juga mempengaruhi kualitas pelayanan. Seperti yang diakui oleh bapak Elman, bahwa hubungan dekat
dengan kepala lingkungan, sebagai pelaksana kibijakan terendah dalam pengurusan KTP membuat urusan keluarga dalam pelayanan kependudukan tidak
menemui kesulitan, terutama dalam hal mengurus KTP, dengan mengosongkan kolom agama di KTP. Namun, Bapak Elman mengakui bahwa kolom agama di
KTP anggota keluarganya tidaklah kosong seperti yang diamantkan undang- undang, tetapi bertuliskan “Kepercayaan”. Hal ini sesuai dengan permintaan
bapak Elman etika mengurus KTP elektronik.
Gambar 5.2. KTP putri dari Elman Sinaga, Kolom agama berisi “KEPERCAYAAN”
Sumber: Dokumen Pribadi, 2015.
Universitas Sumatera utara
103
Berbeda dengan pengakuan Tarapul Sijabat, dimana pada kolom agama di KTPnya masih bertuliskan Katholik. Menurutnya, hal ini dikarenakan kepala
lingkungannya waktu pengurusan KTP terkesan memperlama urusan KTP jika kolom agama dikosongkan. Karena Tarapul butuh KTPnya dalam waktu dekat
sehingga ia menyerahkan sepenuhnya urusan KTP kepada kepala lingkungan, asal semua cepat selesai, dan jadilan kolom agama di KTP nya bertuliskan Katholik.
Meski sesungguhnya ia menginginkan kolom agama di KTP nya itu kosong, seperti teman-temannya yang lain dan sesuai dengan amanat undang-undang.
Gambar 5.3. KTP Tarapul Sijabat Kolom Agama: Katholik.
Sumber. Dokumen pribadi, 2015. Bukan hanya itu, ada juga kejadian, peneliti menemukan kolom agama
di KTP Parmalim benar-benar dikosongkan. Seperti KTP Siska, salah satu penganut Parmalim, yang memang kolom agama di KTP nya kosong. Ia
menyatakan bahwa ketika mengurus KTP, sebenarnya pegawai mengisi kolom
Universitas Sumatera utara
104
agama di KTP, sewaktu pengisian data online, kepercayaan, namun ketika dicetak, kolom agamanya tetap kosong.
Gambar 5.4. KTP Siska dengan kolom agama kosong.
Sumber: Dokumen Pribadi, 2015. Terkait dengan adanya perbedaan kolom agama di KTP yang berisi
KEPERCAYAAN dengan ada YANG KOSONG, ibu Sri menyatakan bahwa hal tersebut dikarenakan perbedaan system antara mesin pencetak KTP elektronik
dengan manual. Dimana pada pengurusan KTP elektronik dulu, itu dilakukan di pusat, kolom agama yang berisi kepercayaan bisa dicetak, sedangkan saat ini
penerbitan KTP dengan cara manual, meski di computer kolom agama diisi dengan kepercayaan, namun ketika dicetak, ia tetap kosong.
Universitas Sumatera utara
105
BAB VI ANALISIS IMPLEMENTASI PENGOSONGAN KOLOM AGAMA PADA
KTP PARMALIM
Pada bab ini akan dipaparkan keseluruhan analisis peneliti terhadap semua data yang telah disajikan sebelumnya. Data-data yang telah dikumpulkan
dan disajikan sebelumnya dianalisis dengan menggunakan model implementasi kebijakan oleh Edward III, sebagai berikut:
6.1 Analisis Variabel 6.1.1 Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi sebagai elemen penting dalam implementasi kebijakan memiliki aspek penting untuk memudahkan kebijakan terlaksana dengan baik,
yaitu rincian tugas dan prosedur pelaksanaan yang jelas. Karena rincian tugas dan prosedur yang telah disusun akan menjadi pedoman pelaksana kebijakan dalam
menjalankan kebijakan, meski tidak dapat dipungkiri juga, terkadang pelaksana harus berimprovisasi ketika terjadi hal-hal yang di luar aturan.
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan telah memiliki Standart Operating Procedure yang berisikan semua rincian tugas pelaksana
kebijakan pelayanan penerbitan KTP. Rincian tugas disusun secara structural, mulai dari yang paling bawah hingga yang paling atas. Prosedur pelayanan
penerbitan KTP bukan hanya menampakkan pelaksananya, tetapi juga jangka waktu pelaksanaan. Hal ini membuat semua pelaksana dan masyarakat yang
Universitas Sumatera utara
106
dilayani menjadi sama-sama tahu, artinya transparansi yang ada akan memudahkan pertanggungjawaban.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti, tampak bahwa pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, khususnya operator
penerbitan KTP di Kantor Camat Medan Denai, telah menjalankan tugasnya sesuai dengan rincian tugas dan prosedur yang ada. Pelayanan penerbitan KTP
bagi siapa saja diperlakukan sama, tidak terkecuali Parmalim. Namun demikian, tetap masih ada kekurangan, yaitu pelanggaran
terhadap SOP, seperti lamanya penerbitan KTP yang disebabkan oleh kuantitas pemohon yang diharapkan lebih dari lima sekali mencetak. Maksudnya, pegawai
terkadang tidak mau mencetak KTP jika hanya satu saja, jadi harus menunggu pemohon berikutnya. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan SOP, yang mengatakan
KTP bisa selesai hanya dengan 5 menit saja. Memang, jika melihat pandangan Edward III tentang kekakuan struktur
birokrasi dengan adanya rincian tugas dan prosedur pelayanan, dapat dikatakan tindakan pegawai yang menunggu adanya permohonan penerbitan KTP
berikutnya termasuk dalam improvisasi pegawai. Artinya operator penerbitan KTP di Kantor Camat Medan Denai memiliki tingkat improvisasi yang cukup
baik. Hanya saja, perlu diperhatikan, improvisasi sebaiknya dilakukan jika itu tidak merugikan masyarakat.
Hal lain tentang keluwesan operator penerbitan KTP di Kantor Camat Medan Denai dari rincian tugas dan prosedur pelayanan yang sudah ada dapat
dilihat dengan kemauan operator melanjutkan pengurusn KTP jika dalam keadaan terdesak dilakukan langsung oleh masyarakat, asalkan telah meminta
Universitas Sumatera utara
107
surat pengantar dari kepala lingkungan. Selain itu, jika misalnya fotocopy kartu keluarga tiba-tiba ketinggalan atau tidak dibawa ke kantor camat, jika operator
mengenal si pemohon, penerbitan KTP tetap bisa dilaksanakan dengan metode wawancara. Hal ini menunjukkan keluwesan pegawai dalam menjalankan
tugasnya berjalan dengan baik.
6.1.2 Komunikasi
Sebuah kebijakan hanya akan menjadi keputusan dan dokumen yang tidak penting jika tidak dikomunikasikan kepada pelaksana kebijakan dan
penerima kebijakan. Sebelum sebuah kebijakaan diimplementasikan, implementor kebijakan harus mengetahui bahwa suatu keputusan dan perintah yang telah
dibuat untuk melaksanakannya telah dikeluarkan, dan mereka telah mengetahui tugas dan wewenang masing-masing. Nah, dalam hal ini, komunikasi sangat
berperan penting, yaitu mengkomunikasikan isi keputusan, dan juga apa yang harus dikerjakan oleh masing-masing implementor. Komunikasi merupakan
proses penyampaian informasi yang jelas, akurat, konsisten dan menyeluruh serta adanya koordinasi antara intitusi-institusi terkait dalam proses implementasi, baik
itu secara horizontal, vertical, ataupun diagonal. Agar kebijakan dapat diimplementasikan dengan efektif, semua
implementor sudah harus memahami secara keseluruhan isi kebijakan atau keputusan. Dalam pelayanan penerbitan KTP, komunikasi mencakup bagaimana
keputusan ditransmisikan, bagaimana kejelasan dan konsistensi informasi. Dari hasil penelitian yang dilakukan, komunikasi di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan dan Kantor Camat Medan Denai
Universitas Sumatera utara
108
terjadi secara lisan dan tulisan. Secara lisan terjadi baik horizontal maupun vertical. Secara lisan, antar pegawai seringklai berkomunikasi secara tatap muka
maupun via telepon genggam. Bahkan komunikasi vertical juga terjadi dengan lisan, tatap muka langsung atapun via telepon genggam.
Kejelasan dan konsistensi informasi tentu hal yang sangat mutlak dalam komunikasi kebijakan. Karena bisa berakibat fatal jika terjadi perubahan
informasi karena komunikasi yang tidak tepat. Dalam hal ini, pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan cukup kompak sehingga jika ada
informasi yang kurang jelas tidak segan-segan untuk langsung bertanya kepada si pemberi informasi.
Dalam hal komunikasi tulisan, itu sering terjadi dengan intansi-instansi lain, di luar Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan. Misalnya ketika
ditetapkan kebijakan pengurusan KTP bisa diselesaikan di kantor camat, yaitu dengan menempatkan pegawai dinas di setiap kantor camat, Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Kota Medan memberikan surat kepada setiap camat yang ada di Kota Medan untuk hadir rapat membahas kebijakan tersebut. Hal ini menunjukkan
koordinasi yang dibangun Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan dengan instansi lain berjalan dengan baik. Demikian halnya dengan komunikasi
lisan dan tulisan dapat dikatakan berjalan dengan baik. Metode komunikasi di dalam internal dan eksternal dengan lisan dan
tulisan mungkin berjalan dengan baik. Namun, metode komunikasi dengan sosialisasi kurang berjalan dengan baik. Bagaimanapun, sosialisasi perlu
dilakukan untuk mentransmisikan kebijakan kepada seluruh penerima kebijakan. Memang sosialisasi telah dilakuan dari berbagai media, seperti radio, cetak,
Universitas Sumatera utara
109
televise, maupun tatap muka langsung. Namun, program sosialisasi secara khusus bagi penganut kepercayaan tidak pernah dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kota Medan. Adapun pernah dilakukan sosialisasi bagi penganut kepercayaan di Kota Medan itu karena diinisiasi oleh lembaga tertentu, yaitu
Aliansi Sumut Bersatu. Jika tidak, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sama sekali tidak punya anggaran dan pogram untuk itu. Padahal, sebenarnya itu sangat
penting, apalagi sosialisasi bagi pelaksana tingkat paling bawah, yaitu kepala lingkungan.
Selain itu, dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa warga, bahwa kenyataannya ada warga Parmalim yang kesulitan mengurus KTP jika
mengosongkan kolom agama di KTP-nya, dan ada yang mudah saja. Masalah ini terjadi pada tingkat yang paling bawah dalam pengurusan KTP, yaitu kepala
lingkungan. Dari wawancara yang medalam, peneliti menemukan bahwa ada kaitan antara hubungan kedekatan antara kepala lingungan dengan pemohon KTP
dengan proses pengurusan KTP. Jika pemohon KTP memiliki kedekatan dengan kepala lingkungan, pengurusan KTP akan berjalan seperti biasa dengan hak
pengosongan kolom agama di KTP bisa dipenuhi, atau tidak ada masalah sama sekali. Namun, jika pemohon KTP tidak memiliki hubungan dekat dengan kepala
lingkungan, maka pengurusan KTP terkesan dibuat lama jika pemohon menuntut haknya untuk mengosongkan kolom agama di KTP nya, sehingga sering terjadi
mereka terpaksa memilih salah satu agama resmi yang diakui agar proses berjalan dengan lancar dan cepat.
Nah, dalam hal ini, menurut peneliti, sosialisasi menjadi sangat penting dilakukan kepada semua subyek terkait dalam pengurusan KTP, agar semua
Universitas Sumatera utara
110
pelaksana kebijakan bekerja sesuai dengan rincian tugas dan prosedur yang ada tanpa dipengaruhi oleh unsur sikap pribadi.
6.1.3 Sumber Daya
Selain struktur birokrasi dan komunikasi, sumber daya menjadi aspek yang sangat penting dan tidak terpisahkan dalam pelaksanaan kebijakan. Sumer
Daya akan mengatur bagaimana semua aktivitas berlangsung, baik sumber daya manusia, keuangan, hingga
tersedianya sarana dan prasarana untuk menunjang seluruh aktivitas
implementasi kebijakan. Sumber daya manusia harus
memiliki kecakapan, skill dan kesehatan yang memadai untuk
menjalankan tanggungjawabnya. Bukan hanya itu, kuantitas pegawai
juga harus mencukupi. Karena jika tidak, jalannya implementasi
kebijakan tidak akan sesuai dengan harapan. Demikian halnya dengan keuangan dan sarana dan prasarana. Keuangan harus cukup serta sarana dan prasarana
penunjang harus cukup dengan kualitas yang baik. Dari penelitian yang telah dilakukan, sumber daya manusia sudah cukup
memadai, baik dari kuantitas maupun latar belakang pendidikan. Dalam hal pengurusan KTP di Kantor Camat Medan Denai, terdapat tiga orang pegawai
Gambar 6.1 Mesin Pengambilan Antrian
Universitas Sumatera utara
111
yang secara khusus melayani warga yang mengurus KTP dan kartu keluarga, yaitu satu orang sebagai admin yang bertugas mengumpulkan berkas, dan dua orang
operator yang bertugas entri data dan mencetak KTP. Ketiga pegawai tersebut berlatar belakang pendidikan computer.. Ibu Julina Silalahi sebagai admin, lulusan
diploma tiga computer, Ibu Betty Hutapea sebagai operator lulan sarjana computer, dan Ibu Sri operator kedua lulusan diploma satu computer dan sedang
kuliah jurusan computer, semester lima di salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Medan.
Jika melihat anggaran yang tersedia, menurut peneliti sangat besar.
Di dalam rincian anggaran, sebesar Rp 400.000.000,00 disediakan anggaran
untuk sosialisasi kebijakan, Rp 200.000.000,00 untuk sosialisasi internal
dan Rp 200.000.000,00 untuk sosialisasi ke masyarakat melalui radio untuk tahun
anggaran 2014. Sementara menurut pengakuan kepala Bidang Informasi dan Pengendalian Kependudukan Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, Bapak Arpian Saragih, S.Sos, M,Si, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan tidak memiliki
program sosialisasi kecuali melalui radio, padahal dengan anggaran sebesar itu menurut peneliti dapat dilakukukan sosialisasi kepada masyarakat dengan baik,
khususnya bagi mereka penganut kepercayaan, dan juga kepada seluruh perangkat yang berhubungan langsung dengan warga dalam pengurusan data kependudukan.
Gambar 6.2 Kursi Tunggu
Universitas Sumatera utara
112
Jika melihat data sarana dan prasarana yang ada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, dapat dikatakan sudah memadai secara kuantitas,
tetapi secara kualitas tidak semua baik. Misalnya, kursi tunggu Gambar 7.2 sudah ada yang rusak tapi belum diganti, juga jumlahnya tidak mencukupi
sehingga masyarakat yang berurusan dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan tiak semua bisa duduk karena kurang kursi. Demikian juga
dengan mesin antrian Gambar 7.1 sudah tidak berfungsi, sehingga pembagian antrian dilakukan secara manual. Namun, sarana dan prasaran yang ada di Kantor
Camat Medan Denai cukup memadai, baik kuantitas maupun kualitas.
6.1.4 Disposisi
Disposisi dalam implementasi kebijakan merupakan sikap implementor dalam mengimplementasikan kebijakan. Implementor sebagai subyek, maka sikap
yang ia miliki sangat berpengaruh pada proses pelaksanaan kebijakan. Dalam model implementasi kebiajakn oleh Edward III, teradapat dua hal pokok dalam
disposisi implementor kebijakan, yakni bagaimana pengangkatan pegawai dan bagaimana meningkatkan dan mempertahankan semangat kerja pegawai.
Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan dalam hal pengangkatan pegawai dilakukan melalui tes CPNS, yang diserahkan kepada
Badan Kepegawaian Daerah setelah dilakukan analisis beban kerja oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan. Badan Kepegawaian Daerah
pertama sekali melakukan pengumuman peneriamaan pegawai dengan syarat yang ditentukan. Kemudian sebagaimana biasanya, para pelamar mengikuti tes CPNS,
dan bagi yang diterima akan mengikuti pelatihan baru kemudian ditempatkan ke
Universitas Sumatera utara
113
Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan mengalokasikan pegawai yang
diterima sesuai dengan bidang yang membutuhkan pegawai. Dalam menjaga semangat kerja, pegawai menganggap bahwa menjadi
pegawai negeri adalah pilihan hidup dan merupakan bentuk pengabdian kepada negara. Menurut pegawai, bahwa insentif memang salah satu penyemangat kerja,
namun tidak terlalu menentukan. Artinya, pegawai tetap semangat dalam bekerja, meski ada atau tidak ada insentif.
6.2 Analisis Hubungan Variabel
Setelah menganalisis setiap variabel implementai kebijakan yang digunakan, perlu juga dilakukan analisis hubungan setiap variabel. Hal ini perlu
untuk melihat hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain, karena kegagalan atau keberhasilan satu variabel bisa dipengaruhi oleh variabel yang
lain. Dengan melihat analisis setiap variabel yang telah disebutkan di atas, maka
penulis melihat ada hubungan antara beberapa variabel.
Dengan melihat fakta di lapangan, bahwa masalah implementasi kebijakan administrasi kependudukan, khususnya pengosongan kolom agama
pada KTP Parmalim disebabkan oleh kurangnya sosialisasi bagi para kepala lingkungan, sebagai implementor kebijakan paling bawah. Menurut pengakuan
Bapak Arpian, bahwa kurangnya sosialisasi disebabkan oleh kekurangan anggaran. Ini menunjukkan bahwa sosialisasi yang merupakan salah satu
indikator dalam variabel komunikasi dengan anggaran yang merupakan salah satu indikator dalam variabel sumber daya memiliki hubungan yang erat. Kurangnya
Universitas Sumatera utara
114
sumber daya anggaran menyebabkan kurangnya program sosialisasi yang akhirnya menyebabkan kegagalan implementasi kebijakan.
Selain itu, kegagalan implementasi kebijakan pengosongan kolom agama pada KTP Parmalim di Kota Medan juga disebabkan oleh tidak adanya
petunjuk teknis di dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan yang secara khusus
membahas tentang kebijakan pengosongan kolom agama tersebut, sehingga teknis pengurusan KTP antara masyarakat yang agamanya diakui secara resmi dengan
penganut Aliran Kepercayaan, Parmalim disamakan oleh implementor
Universitas Sumatera utara
115
BAB VII PENUTUP
Setelah menguraikan semua dan data dan analisis peneliti, pada bagian ini peneliti akan memberikan kesimpulan dari hasil analisis terhadap data yang telah
dikumpulkan selama penelitian. Selanjutnya peneliti akan memberikan saran demi perbaikan pelayanan data kependudukan ke depannya, khususnya bagi mereka
kaum minoritas, dalam hal ini Penganut Aliran Kepercayaan, Parmalim.
7.1 Kesimpulan