Identitas Informan Penelitian 2 Total 4 5 5 Total 2 Total Analisis Hubungan Variabel

68 BAB V DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA MEDAN: PENERBITAN KTP DENGAN PRINSIP “JEMPUT BOLA” Setelah melakukan penelitian selama kurang lebih 3 bulan, maka peneliti memperoleh semua data yang dibutuhkan untuk menjawab persoalan yang diangkat dalam penelitian ini. Data-data yang diperoleh tentunya sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Pada bagian ini, semua data yang telah diperoleh itu akan disajikan dan kemudian dianalisis untuk menarik kesimpulan yang paling mendekati fakta. Data-data yang dikumpulkan tersebut disajikan dalam kategorisasi sesuai dengan variable yang telah ditentukan untuk focus pada jawaban atas persoalan yang diteliti. Pada penyajian data akan dimulai dengan identitas informan hingga pada data-data yang berhubungan langsung dengan jawaban atas persoalan. Setelah itu, pada bab ini juga akan dikemukakan analisis peneliti setelah semua data disajikan hingga kemudian menarik kesimpulan.

5.1 Identitas Informan Penelitian

Dalam penelitian, identitas informan perlu dikemukakan untuk mendukung validasi dan keabsahan data. Informan dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua kategori, yaitu pegawai dinas pendudukan dan catatan sipil kota Medan dan masyarakat penganut aliran kepercayaan, Parmalim. Berikut ini akan dikemukan identitas informan berdasarkan jenis kelamin dan pendidikan, kategori pegawai. Universitas Sumatera utara 69 Tabel 5.1 Karakter Informan Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentasi 1 Laki-laki 5

55.56 2

Perempuan 4

44.44 Total

9 100 Sumber: Wawancara 20142015 Dari table di atas dapat dilihat bahwa infoman yang diwawancarai berjumlah 9 sembilan orang pegawai, yang mana laki-laki sebanyak 5 orang 55.56 dan perempuan 4 orang 44.44. Tabel 5.2 Karakter Informan Berdasarkan Pendidikan No Jenis Kelamin Jumlah Persentasi 1 SD 2 SMP 3 SMA 3

33.33 4

Diploma 3

33.33 5

Sarjana 2

22.22 5

Magister 1

11.11 Total

9 100 Sumber: Wawancara 20142015 Dari table di atas dapat dilihat bahwa informan wawancara berlatar belakang pendidikan SMA sebanyak 3 orang 33.33, diploma 3 orang 33.33 sarjana 2 orang 22.22 dan 1 orang 11.11 berlatar belakang pendidikan magister. Berikut ini akan dikemukan identitas informan berdasarkan jenis kelamin dan pekerjaan, kategori penganut aliran kepercayaan, Parmalim. Universitas Sumatera utara 70 Tabel 5.3 Karakter Informan Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentasi 1 Laki-laki 5

71.42 2

Perempuan 2

28.57 Total

7 100 Dari table di atas, dapat dilihat bahwa informan laki-laki dengan kategori masyarakat penganut aliran kepercayaan, Parmalim berjumlah 5 orang 71.42 dan perempuan berjumlah 2 orang 28.57, sehingga total informan keseluruhan 7 orang.

5.2 Kebijakan Pengosongan Kolom Agama pada KTP Parmalim

Diskriminasi pelayanan public bagi golongan minoritas di negara yang majemuk seperti Indonesia bukanlah suatu perbuatan yang jarang terjadi. Sebagai contoh, pelayanan public dalam hal pemenuhan hak kepemilikian identitas, KTP bagi Parmalim di Indonesia telah lama menjadi masalah bagi mereka. Meski telah diakui sebagai aliran kepercayaan sejak tahun 1965, penganut Malim ini tidak boleh mencantumkan keopercayaannya pada kolom agama di KTP, mereka diwajibkan memilih salah satu agama yang diakui di Indonesia. Bagi mereka ini masalah besar, karena berdiri di atas identitas palsu. Sebagaimana salah satu kebutuhan manusia adalah keinginan untuk mengekspresikan diri, maka Parmalim selalu merasa tidak puas dengan identitas palsu mereka. Sehingga semakin lama, mereka semakin kuat dan semakin yakin untuk melakukan tuntutan sebagai warga negara Indonesia, untuk mendapat perlakuan yang sama, dan berdiri di atas identitas yang sebenarnya. Alhasil, pada Universitas Sumatera utara 71 tahun 2006, keluarlah undang-undang no 23 yang mengatur tentang Administrasi Kependudukan, yang mana dalam pasal 64 undang-undang tersebut memberikan kebebasan bagi penganut kepercayaan untuk mengosongkan kolom agama di KTP mereka. Meski belum diizinkan untuk menuliskan secara konkret sebagai Parmalim dalam kolom agamanya, tetapi ini sudah cukup memberi kelegaan bagi mereka. Karena jika kolom agama di KTP kosong, artinya itu sudah menjadi sebuah identitas yang menunjukkan mereka bukan penganut agama besar yang diakui di Indonesia. Tetapi meski demikian, sejak tahun 2006 hingga sekarang, tidak dapat dipungkiri pelayanan terhadap pengosongan kolom agama di KTP bagi Parmalim masih masalah yang belum dapat diselesaikan. Meski undang-undangnya telah jelas, tetapi masih saja di lapangan terjadi masalah. Berikut ini akan disajikan hasil penelitian di lapangan, dari hasil wawancara, dokumentasi, dan studi pusataka. Di dalam implementasi kebijakan, pemahaman terhadap kebijakan adalah hal yang mutlak dimiliki oleh implementator. Sebelum kebijakan diimplementasikan, pelaksana kebijakan harus benar-benar memahami apa yang akan dilaksanakan. Bapak Arpiah Saragih, selaku kepala Bidang Pengelolaan Informasi dan Pengendalian Kependudukan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, memahami undang-undang no 23 tahun 2006 yang telah dibuah dengan undang-undang no 24 tahun 2013 tentang administrasi kependudukan sebagai upaya perbaikan pelayanan dalam bidang data kependudukan. Ia sepakat bahwa substansi udang-undang tersebut harus dipahami oleh semua pegawai, khususnya mereka yang fokus pada bidang sosialisasi. Universitas Sumatera utara 72 Tanpa memahami isi pasal demi pasal mustahil mampu menjawab ragam pertanyaan warga, yang akhirnya menimbulkan ketidakpuasan masyarakat dalam akses layanan public. Meski Bapak Arpian memahami undang-undang tersebut sebagai sesuatu yang harus dipahami oleh semua pegawai, namun kenyataannya tidak semua pelaksana kebijakan itu benar-benar paham akan isi undang-undang. Hal ini disebaban oleh adanya system yang telah mengatur semua tindakan pegawai, sehingga dianggap tidak perlu untuk memahami secara substansial undang- undang tentang administrasi kependudukan tersebut. Seperti dikemukakan oleh Ibu Betty Hutape, selau operator penerbitan KTP, mengaku bahwa memang apa yang hendak dikerjkana telah diatur oleh system. Bahwa kemampuan yang dituntut adalah skill untuk mengelola computer, karena tugas pegawai hanya memasukkan data sesuai dengan borang yang telah disediakan dalam system pembuatan KTP. Hal ini juga didukung oleh pengakuan Hendra Kurniawan, staf Bapak Arpian, yang menyatakan bahwa tidaklah harus memahami isi undang-undang itu baru bisa menjalankan tugas. Karena semua pegawai telah bekerja dengan system, sehingga pemahaman teknis lebih penting dari pemahaman substansi. Untuk mendapat gambaran yang lebih mendalam tentang implementasi kebijakan administrasi kependudukan, khususnya bagi Parmalim di Kota Medan, khususnya di Medan Denai, peneliti mengumpulkan data-data penelitian sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditentukan sebelumnya dan dipaparkan sebagai berikut: Universitas Sumatera utara 73

5.2.1 Struktur Birokrasi Pelaksana Kebijakan

Strukur birokrasi pelaksana kebijakan diukur dengan melihat rincian tugas dan prosedur yang ditetapkan untuk pelaksanaan tugas setiap pegawai di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan. Rincian tugas dan prosedur yang telah ditetapkan tentunya menjadi patokan semua pegawai untuk bertindak. Meski kadang-kadang, bisa saja terjadi sesuatu hal yang tidak diatur dalam rincian tugas dan prosesdur yang ada. Menurut Bapak Arpian Saragih terkait dengan rincian tugas dan prosedur pelayanan yang ada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, ia menyatakan bahwa semua pegawai memang bekerja sesuai dengan SOP yang telah ditentukan dan dipastikan ada saksi bagi mereka yang lalai dalam menjalankan tugasnya, apalagi sampai merugikan masyarakat. Menurutnya, pelanggaran terhadap SOP bukanlah sesuatu yang luar biasa, asalkan masih pada tahap wajar atau tidak merugikan masyarakat. Ditambah lagi dengan kejadian- kejadian yang tidak diatur di dalam SOP, maka pegawai harus mampu mengambil kebijakan sendiri. Jika melihat rincian tugas dan prosedur pelayanan KTP, organisasi terkesan kaku dan tidak siap menghadapi jika ada masalah-masalah yang tidak terduga. Masalah-masalah tersebut, contohnya jatuhnya blanko F1-21 di jalan ketika menuju kantor camat. Nah, dalam hal seperti ini, apa yang dapat dilakukan oleh pegawai yang mengurusi langsung pelayanan KTP. Apakah pegawai mampu melakuka improvisasi atau keluwesan oraganisasi untuk tetap memberikan pelayanan bagi warga. Hal-hal seperti ini bisa saja terjadi dalam melayani warga. Universitas Sumatera utara 74 Ibu Julina selaku admin penerbitan KTP di Kantor Camat Medan Denai mengatakan bahwa hal-hal demikian memang kerap terjadi. Ia mengatakan sebagai contoh, jika fotokopi kartu keluarga ketinggalan sementara proses pembuatan KTP mengacu pada fotokopi kartu keluarga tersebut, maka proses pembuatan KTP bisa batal jika yang bersangkutan tidak dikenal pegawai, namun bisa juga proses penerbitan KTP tetap berlangsung jika yang bersangkutan dikenal pegawai, asalkan sudah ada surat dari kepala lingkungan dan kantor lurah. Selain itu, hal-hal mendesak seperti kebutuhan rumah sakit, pegawai bisa bertindak kompromi. Dengan mengacu pada rincian tugas dan prosedur yang ada dalam penerbitan KTP, tampaknya tidak ada perbedaan pelayanan antara golongan- golongan tertentu, misalnya dalam hal ini, Parmalim. Hal ini dikarenakan penerbitan KTP yang menggunakan system secara online, dimana operator hanya mengentri data sesuai dengan borang-borang dalam system penerbitan KTP. Seperti yang dikemukakan oleh Arnanda, administrator database Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan bahwa dalam penerbitan KTP mustahil ada perbedaan pelayanan karena perbedaan agama, karena pertanyaan dalam borang semua diisi secara online dan pengisiannya pun disesuasikan dengan fotokopi kartu keluarga. Ia juga menambahkan bahwa implikasi dari adanya undang-undang no 23 tahun 2006 telah memunculkan satu pilihan pada borang “agama” dalam system penerbitan KTP, yaitu “KEPERCAYAAN” yang mana selama ini hanya enam agama resmi yang diakui. Sehingga bagi mereka penganut aliran kepercayaan bisa memilih “kepercayaan” sebagai isian borang Universitas Sumatera utara 75 “agama” pada system online penerbitan KTP, meski dalam pencetakannya pada kolom agama di KTP tetap kosong, sesuai dengan amanat undang-undang. Gambar 5.1 Sistem online pengisian data kependudukan penerbitan KTP . Sumber: Dokumen Pribadi, 2015 Untuk memungkinkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sesuai Keputusan Walikota Medan No 03 Tahun 2009, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan memiliki susunan organisasi sebagai berikut:

1. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Dinas di bidang ketatausahaan yang meliputi pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kerumah tanggaan, dan urusan lainnya. Universitas Sumatera utara 76 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Sekretariat mempunyai fungsi: a Menyusun rencana kegiatan kerja; b Mengelola urusan perlengkapan, kerumahtanggaan, dan pengadaan barang dinas; c Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum lainnya; d Mengelola urusan administrasi kepegawaian; e Mengelola urusan administrasi keuangan serta rencana penyusunan laporan keuangan Dinas; f Mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan rencana program kerja dinas; g Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidangnya. Sekretariat terdiri dari: a. Sub bagian umum; b. Sub bagian keuangan; c. Sub bagian penyusunan program Setiap sub bagian dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. a Sub Bagian Umum mempunyai tugas mengelola surat menyurat, surat keterangan Bidang Kependudukan dan catatan sipil, pengadaan barang Universitas Sumatera utara 77 dang perlengkapan kerumahtanggaan, mengelola administrasi di bidang kepegawaian serta urusan umum lainnya. b Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas mengelola administrasi keuangan serta rencana penyusunan laporan keuangan. c Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas mengumpulkan dan menyiapkan bahan perumusan rencana dan program kerja dinas, menganalisa dan menyajikan data serta mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan rencana program kerja dinas.

2. Bidang Kependudukan

Bidang Kependudukan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas. Bidang kependudukan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang pelayanan dan pendaftaran penduduk Warga Negara Indonesia WNI dan orang asing. Untuk melaksanakan tugasnya di bidang kependudukan mempunyai fungsi: a Menyusun rencana kegiatan kerja; b Registrasi penduduk warga negara Indonesia dan orang asing dan pemberian Nomor Induk Kependudukan NIK; c Melaksanakan kegiatan pendaftaran dan pencatatan administrasi penduduk Warga Negara Indonesia WNI dan Orang Asing; d Mengumpulkan dan mengelolal bahan pelayanan pendaftaran penduduk Warga Negara Indonesia WNI dan Orang Asing; Universitas Sumatera utara 78 e Melaksanakan kegiatan penerbitan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk; f Mengelola pendaftaran dan pencatatan mutasi penduduk Warga Negara Indonesia WNI dan Orang Asing; g Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya. Bidang kependudukan terdiri dari: a Seksi Registrasi Penduduk dan Nomor Induk Kependudukan; b Seksi Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk; c Seksi Mutasi. Setiap seksi dipimpin oleh kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang: a Seksi Registrasi Penduduk dan Nomor Induk Kependudukan mempunyai tugas memverifikasi dan memvalidasi formulir biodata penduduk dan merekam data ke dalam database kependudukan untuk mendapatkan NIK; b Seksi Mutasi Penduduk mempunyai tugas memeriksa dan meneliti berkas permohonan dan surat pengantar pindah pindah dating, merekam data ke dalam data base kependuduka, menerbitkan surat keterangan pindah pindah dating antar kabupaten kota dalam satu provinsi dan pindah dating antar provinsi; c Seksi Kartu keluarga dan Kartu Tanda Penduduk mempunyai tugas memverifikasi dan mevalidasi data penduduk dan berkas formulir permohonan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk beserta lampiran Universitas Sumatera utara 79 kelengkapan berkas persyaratan, merekam data ke dalam data base, menerbitkan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk.

3. Bidang Catatan Sipil

Bidang Catatan Sipil dipimpin oleh seorang KepalaBidang yang dalam melaksanaan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Catatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas di bidang pelayanan pencatatan sipil penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing. Untuk melaksanakan tugas bidang Catatan Sipil mempunya fungsi: a Menyusun rencana kegiatan kerja; b Melaksanakan pendaftaran dan pencatatan, memerikas dan meneliti berkas pencatatan, mengelola data serta penerbitan Akta Kelahiran, Akta Kematian, AktaPerkawinan, Akta Perceraian, Akta Pengakuan Anak; c Melaksanakan pendaftaran dan pencatatan, memeriksa dan meneliti berkas pencatatan, serta mencatat pengesahan dan pengangkatan anak, perubahan nama Warga Negara Indonesia dan Orang Asing; d Melaksanakan pendaftaran dan pencatatan, memerikas dan meneliti berkas pencatatan, serta mengelola perubahan status kewarganegeraan; e Melaksanakan pendaftaran dan pencatatan, memeriksa dan meneliti berkas pencatatan, serta mencatat pembatalan perkawinan dan perceraian; f Melaksanakan pencatatan peristiwa penting lainnya; g Melaksanakan tuags-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya. Bidang Catatan Sipil terdiri dari: Universitas Sumatera utara 80 a Seksi Kelahiran dan Kematian; b Seksi Perkawinan dan Perceraian; c Seksi Perubahan Data. Setiap seksi dipimpin oleh seorang seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakn tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Catatan Sipil. a Seksi Kelahiran dan Kematian mempunyai tugas menyiapkan bahan penvatatan, pendaftaran, dan memeriksa meneliti berkas pencatatan serta mengelola data dan meneribitkan akta kelahiran dan akta kematian bagi Warga Negara Indonesia WNI dan Orang Asing; b Seksi Perkawinan dan Pereceraian mempunyai tugas menyiapkan bahan pencatatan, pendaftaran dan memeriksa dan meneliti berkas pencatatan serta mengelola data dan menerbitkan akta perkawinan dan akta perceraian bagi Warga Negara Indonesia WNI dan Orang Asing; c Seksi Perubahan Data mempunyai tugas mengumpulkan bahan dan data, memeriksa dan meneliti berkas serta mengelola data dan menerbitkan Akta Pengakuan Anak, pendaftaran dan pencatatan pengesahan dan pengangkatan perubahan nama, perubahan status kewarganegaraan, menerbitkan salinan dan Akta Kutipan II dan seterusnya serta mencatat peristiwa penting lainnya bagi Warga Negara Indonesia WNI dan Orang Asing. Universitas Sumatera utara 81

4. Bidang Data Kependudukan

Bidang Data Kependudukan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Data Kependudukan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang Pengelolaan Data dan Laporan Penduduk Warga Negara Indonesia WNI dan Warga Negara Asing WNA. Untuk melaksanakan tugasnya, Bidang Data Kependudukan mempunyai fungsi: a Menyusun rencana kegiatan kerja; b Menyimpan dan memelihara akurasi data kependudukan dan catatan sipil dalam data base kependudukan; c Menjaga kerahasiaan data individu masyarakat; d Menyediakan Data Agregat Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai dasar pengelolaan data Statistik dan laporan data kependudukan; e Menyiapkan bahan dan data untuk pelaksanaan penyuluhan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil; f Memeriksa, mengesahkan dokumen yang telah dikeluarkan sebelum diarsipkan serta mengelola dan menyimpan dokumen kependudukan dan catatan sipil; g Menyiapkan bahan dan data untuk kegiatan pelaksanaan penyuluhan Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil WNIWNA; h ,Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya. Bidang Data Kependudukan terdiri dari: Universitas Sumatera utara 82 a Seksi Data Kependudukan; b Seksi Penyimpnanan Dokumen Kependudukan; c Seksi Penyuluhan. Setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnta berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Data Kependudukan. a Seksi Data Kependudukan mempunyai tugas, menyimpan dan memelihara akurasi data kependudukan dan catatan sipil dalam data base kependudukan, menjaga kerahasiaan data individu masyarakat, menyediakan Data Agregat Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai dasar pengelolaan data Statistik dan laporan data Kependudukan, menyiapkan bahan dan data untuk pelaksanaan penyuluhan Administrasi Kependudukan dan catatan sipil; b Seksi Penyimpanan Dokumen Kependudukan mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan, pengesahan dokumen berkas yang telah dikeluarkan sebelum diarsipkan serta mengelola dan meyimpan dokumen Kependudukan dan Catatan Sipil; c Seksi Penyuluhan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan data untuk kegiatan pelaksanaan penyuluhan Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil WNIWNA. Universitas Sumatera utara 83

5. Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi dan Pengendalian Kependudukan

Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi dan Pengendalian Kependudukan dipimpin oleh seorang Kepal Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi dan Pengendalian Kependudukan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang pengendalian dan pengawasan, serta penyuluhan pendaftaran penduduk WNI dan WNA. Untuk melaksanakan tugas Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi dan Pengendalian Kependudukan mempunyai fungsi: a Menyusun rencana kerja; b Pengelolaan data dan menyusun grafik data statistik; c Memberikan layanan informasi Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil melalui papan infomasi maupun secara lisan; d Pemeriksaan data dan dokumen yang telah dikeluarkan sebelum diarsipkan; e Pengendalian, pemantauan, pengawasan dan penyelidikan terhadap penyelenggaraan administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil; f Pengendalian, pemantauan dan pengawasan mobilitas penduduk dan arus computer penduduk; g Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya. Universitas Sumatera utara 84 Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi dan Pengendalian Kependudukan terdiri dari: a Seksi Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan; b Seksi Pengendalian Kependudukan. Setiap seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi dan Pengendalian Kependudukan. a Seksi Pengelolaan Informasi Administrasi kependudukan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan data dan menyusun grafik data statistic serta memberikan layanan informasi Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil melalui papan informasi maupun secara lisan; b Seksi Pengendalian Penduduk mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan data dan berkas yang telah dikeluarkan sebelum diarsipkan dan melaksanakan pengendalian, pemantauan, penyeldikan terhadap penyelenggaraan administrasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan mobilitas penduduk serta arus komuter penduduk. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. Universitas Sumatera utara 85 1 Kelompok jabatan fungsional dimaksud pada pasal tersebut di atas terdiri dari sejumlah tenaga, dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan keahliannya. 2 Setiap kelompok tersebut pada ayat 1 pasal ini dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior. 3 Jumlah jabatan fungsional tersebut pada ayat 1 pasal ini, ditentukan berdasarkan kebutuhan daerah. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut pada ayat 1 pasal ini, diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di samping adanya rincian tugas, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan juga menetapkan prosedur pelayanan sebagai pedoman aktivitas pegawai. Berikut adalah prosedur dalam pelayanan administrasi kependudukan, khususnya penerbitan KTP, di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, dengan lokus penelitian Kantor Camat Medan Denai. A. Penerbitan KTP baru bagi pemohon wajib dilaporkan, yaitu telah berusia 17 tujuh belas tahun atau sudah pernah kawin. A.1 Syarat-syarat penerbitan KTP 1 Surat pengantar kepala lingkunganLurah 2 Foto Copy Kartu Keluarga 3 Foto Copy Surat NikahAkta Kawin bagi penduduk yang belum berusia 17 ujuh belas tahun 4 Foto copy akta kelahiran Universitas Sumatera utara 86 5 Pasphoto ukuran 3x4 cm dengan latar belakang warna merah bagi yang lahir pada tahun ganjil 6 Pasphoto ukuran 3x4 cm dengan latar belakang warna biru bagi yang lahir pada tahun genap. B. Prosedur Pelayanan Penerbitan KTP B.1 Jika pengurusan KTP diserahkan kepada kepala lingkungan 1 Pemohon menemui kepala lingkungan dengan membawa persyaratan yang sudah ditentukan 2 Kepala lingkungan menyerahkan berkas kepada lurah 3 Lurah mengantarkan berkas ke kantor camat, bagian KTP, langsung ke admin. 4 Admin mengecek kelengkapan berkas, jika lengkap langsung diserahkan kepada operator untuk diproses. 5 Operator memproses penerbitan KTP Waktu penerbitan bisa ditunggu, tergantung banyaknya permintaan. Jika sedikit bisa langsung diambil hari itu juga, jika banyak, bisa memakan 2-3 hari 6 KTP yang sudah terbit disimpan oleh operator menunggu diambil oleh lurah 7 KTP yang diambil lurah diberikan kepada kepala lingkungan untuk diserahkan kepada warga. Jika digambarkan dalam bagan, dapat dilihat sebagai berikut: Universitas Sumatera utara 87 Bagan 5.1 Alur pengurusan KTP melalui Kepala Lingkungan Sumber: Olahan sendiri berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Julina, 9 Februari 2015. B.2 Jika penerbitan KTP langsung oleh masyarakat 1 Pemohon menemui kepala lingkungan dengan membawa semua persyaratan, dan kepala lingkungan memberikan surat pengantar berisi data bahwa yang bersangkutan benar warga lingkungan yang dikepalai kepala lingkungan. 2 Pemohon menemui lurah dengan membawa berkas persyaratan dan surat pengantar dari kepala lingkungan, lalu Lurah memberikan blanko formulir permohonan kartu tanda penduduk WNI, disebut dengan F.1-21 blanko terlampir, lalu diisi oleh pemohon dan ditempelkan foto pemohon pada pada blanko tersebut 3 Blanko yang sudah diisi dan ditempel foto oleh pemohon kemudian distempel oleh lurah. Universitas Sumatera utara 88 4 Blanko yang sudah distempel lurah beserta semua persyaratan diantar langsung oleh pemohon ke kantor camat bidang KTP, yaitu admin. 5 Admin melakukan pengecekan, jika sudah benar diserahkan ke operator untuk diproses. 6 Operator memproses penerbitan KTP, dapat ditunggu oleh pemohon dan langsung selesai di tempat. Jika digambarkan dalam bagan, dapat dilihat sebagai berikut: Bagan 5.2. Alur pengurusan KTP oleh Pemohon Sumber: Olahan sendiri berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Julina pada 9 Februari 2015 Dengan melihat alur pengurusan KTP, dimana semua proses dimulai dari kepala lingkungan, maka peneliti juga menggali informasi dari kepala lingkungan dan kelurahan. Untuk mendapat informasi yang lebih akurat, dari sekian banyak kelurahan, peneliti kemudian memilih kelurahan Binjai, Kecamatan Universitas Sumatera utara 89 Medan Denai dengan alasan bahwa Bale Parsantian Parmalim terletak di Kelurahan Binjai, lingkungan IV. Terkait dengan pengurusan KTP di kelurahan Binjai, Ibu Sepriati selaku kepala seksi pemerintahan yang bertugas mengumpulkan berkas pengurusan KTP dari masyakarat atau kepala lingkungan mengatakan bahwa semua masyarakat harus memilih lima agama yang diakui, terkait dengan pengisian kolom agama. Menurut Ibu Supriati bahwa pengosongan kolom agama di KTP masih dalam tahap pembahasan dan belum pernah dilakukan. Pernyataan senada juga disampaikan oleh kepala lingkungan V, Bapak E. Siregar, bahwa pengurusan KTP masih seperti yang lama, belum ada aturan yang pasti tentang pengosongan kolom agama di KTP bagi aliran Kepercayaan. Menurut bapak E. Siregar, isu tentang pengosongan kolom agama di KTP yang ramai dalam perbincangan public akhir-akhir ini masih hanya isu belaka dan belum ada masyarakat yang mengosongkan kolom agama di KTPnya. Bapak E. Siregar menambahkan bahwa jika ada masyarakat yang meminta pengosongan kolom agama di KTP, berkasnya akan dikembalikan, tidak diterima. Pernyataan yang berbeda disampaikan oleh kepala lingkungan IV, Bapak M. Siahaan. Bapak Siahaan menyatakan bahwa saat ini aliran kepercayaan telah dipebolehkan mengosongkan kolom agama di KTP sesuai dengan undang- undang. Menurut pengakuan Bapak Siahaan, bahwa ia telah pernah menerbitkan KTP warga Parmalim dimana kolom agama pada KTPnya dikosongkan sesuai dengan permintaan di pemohon. Namun demikian, menurut Bapak Siahaan, warga Parmalim juga termasuk tertutup, meski telah boleh mengosongkan kolom agama Universitas Sumatera utara 90 di KTP, tidak semua juga masyarakat Parmalim mau mengikutinya, karena adanya kemungkinan kesulitan dalam akses layanan public.

5.2.2 Komunikasi

Sebelum suatu kebijakan diimplementasikan, pelaksana kebijakan harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan perintah untuk melaksanakannya telah dibuat. Salah satunya dapat dilihat dari komunikasi yang terjalin diantara pelaksana kebijakan dalam hal penyampaian keputusan serta sosialisasi keputusan bagi subyek keputusan yang telah dibuat. Komunikasi yang terjali di antara pegawai di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan menurut Bapak Arpian terjalin dengan baik. Ia mencontohkan subyek wawancara dalam penelitian yang dilakukan penulis, dimana seharusnya yang diwawancarai adalah kepala dinas, namun karena rasa percaya antara kepala dinas dan kepala bidang, maka wawancara antara penulis dapat dilakukan dengan kepala bidang, sebagai pengganti kepala dinas untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian yang dilakukan penulis. Pengakuan yang senada juga disampaikan oleh Hendra Kurniawan, bahwa komunikasi antar pegawai memang berjalan baik, bahwa untuk menjalankan tugas, semua pegawai harus tahu apa yang harus dikerjakan. Untuk itu, diperlukan komunikasi yang baik dan kekompakan antar pegawai. Menurut Hendra, kekompakan itu penting, agar tidak ada rasa canggung dalam bertanya jika ada informasi yang tidak jelas, yang akhirnya mempengaruhi pelaksanaan kebijakan. Universitas Sumatera utara 91 Ibu Sri, selaku operator yang bertugas menerbitkan KTP di kecamatan Medan Denai juga mengakui bahwa komunikasi adalah hal yang mutlak dan penting, sehingga perlu ada kejelasan. Menurutnya, komunikasi antar admin dan operator berjalan dengan baik. Admin yang bertugas ke dinas selalu memberikan berita terbaru kepada operator yang memang bekerja sebagai pencetak KTP. Dan dalam hubungan antara admin dengan operator tidak ada sekat, sehingga komunikasi terjalin hangat dan informasi pun dapat disampaikan dengan baik tanpa mengurangi makna. Pernyataan ibu Sri ditimpali juga dengan Ibu Julina selaku admin yang selalu bertugas ke kantor dinas setiap Senin dan setiap ada keperluan. Ibu Julina mengaku bahwa komunikasi terjalin dengan baik, baik antar pegawai di kecamatan maupun antar pegawai di kantor camat dengan kantor dinas. Jika ibu Julina rapat di kantor dinas, ia selalu menyampaikan hasil rapat kepada kedua operatornya. Komunikasi dalam organisasi memiliki dua bentuk, lisan dan tulisan. Dalam organisasi formal, komunikasi lisan dan tulisan tentu dipakai, apalagi dengan berbagai kegiatan yang padat dan pertemuan yang intens. Komunikasi tulisan mungkin hal yang sudah biasa, lalu bagaimana dengan komunikasi lisan. Dengan adanya telepon seluler sekarang ini, tampaknya komunikasi lisan menjadi sangat mudah. Bapak Arpian mengakui bahwa komunikasi lisan telah menjadi cara paling efisien dalam penyampaian informasi, selain meningkatkan kekompakan antar pegawai. Komunikasi lisan ini bukan hanya dilakukan dengan tatap muka secara langsung, tapi juga dilakukan melalui telepon genggam. Artinya, informasi tidak lagi harus disampaikan dengan menemui Universitas Sumatera utara 92 langsung, tentu ini akan memakan waktu yang cukup lama, jika dibandingkan dengan hanya melalui telepon saja. Sedangkan komunikasi tulisan saat ini hanya digunakan untuk pihak eksternal saja, atau urusan surat-menyurat. Adanya telepon seluler ini tampaknya benar-benar sangat membantu proses komunikasi di dalam pendelegasian tugas di dalam organisasi. Bapak Hendra Kurniawan mengatakan bahwa adanya teknologi komunikasi yang canggih saat ini telah meninggalkan cara lama dalam berkomunikasi di dalam organisasi, baik melalui memo tulisan maupun urusa surat-menyurat di internal. Saat ini, pemberitahuan tugas sudah sering dilakukan melalui telepon genggam, si bos bisa langsung menelepon bawahan untuk tugas tertentu. Menurut Hendra, cara seperti itu sangat efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi. Organisasi tidak bisa hidup tanpa berhubungan dengan organisasi luar. Hubungan dengan organisasi luar tentu dilakukan dengan komunikasi juga, yaitu bentuk koordinasi. Menurut Bapak Arpian, koordinasi dengan pihak eksternal terjalin dengan baik. Misalnya dalam hal pelayanan KTP yang menggunakan prinsip “jemput bola”, dimana saat ini pengurusan KTP telah selesai di kantor camat, dimana sebelumnya pengurusan KTP wajib ke kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan. Hal ini dilakukan dengan menempatkan pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan sebanyak 2 hingga 3 orang di setiap kantor camat yang ada di Kota Medan. Semua pegawai tersebut merupakan pegawai yang memang secara khusus menangani pengurusan KTP. Untuk merealisasikan kebijakan “jemput bola” ini tentu diperlukan koordinasi antara dinas dengan semua kecamatan yang ada di kota Universitas Sumatera utara 93 Medan. Hal ini menunjukkan koordinasi antara Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan berlangsung dengan baik. Dalam hal pelayanan KTP, khususnya bagi Parmalim, sesuai dengan undang-undang no 23 Tahun 2006 yang telah diperbaharui dengan undang-undang no 24 tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan, apakah masyarakat mengetahu hak mereka akan diperbolehkannya mengosongkan kolom agama di KTP. Hal ini berkaitan erat dengan komunikasi pelaksana kebijakan dengan masyarakat, khususnya Parmalim. Selain koordinasi dengan pihak eksternal, bentuk lain dari komunikasi adalah sosialisasi, yaitu upaya pemberitahuan secara missal tentang suatu kebijakan. Sosialisasi sangatlah penting, agar isi kebijakan tidak hanya diketahui oleh pelaksana tetapi juga diketahui oleh kepada siapa kebijakan akan diimplementasikan. Dalam hal pelayanan KTP, adalah mutlak dilakukan sosialisasi oleh pemerintah kepada masyarakat penganut aliran kepercayaan, khususnya substansi undang-undang tentang pengosongan kolom agama di KTP. Jangan sampai masyarakat tidak mengetahui tentang hak mereka sebagai warga negara. Menurut Bapak Arpian, sosialisasi telah dilakukan dengan berbagai media, baik radio, cetak, televise, juga tatap muka langsung. Ia mengatakan bahwa sosialisasi melalui radio merupakan cara yang paling sering dilakukan. Sedangkan cara lain, seperti tatap muka langsung hanya dilakukan jika ada acara tertentu dan ada panggilan dari luar. Artinya, tidak ada program secara khusus dari dinas terkait dengan sosialisasi tatap muka. Sosialisasi bagi masyarakat Parmalim juga pernah Universitas Sumatera utara 94 dilakukan oleh dinas pada acara yang memang sengaja diselenggarakan oleh lembaga tertentu bagi Parmalim. Terkait dengan sosialisasi UU No 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, Ibu Julina Silalahi sebagai admin penerbitan KTP di Kantor Camat Medan Denai justru menyatakan tentang ketidaktahuannya tentang sosialisasi yang pernah dilakukan dinas. Menurutnya, sosialisasi mungkin pernah dilakukan dinas karena masyarakat Parmalim telah mengetahui haknya, seperti diperbolehkannya pengosongan kolom agama di KTP. Jika pelaksana kebijakan memberikan pengakuan telah pernah melakukan sosialisasi kepada warga terkait dengan undang-undang no 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, khususnya tentang pengosongan kolom agama di KTP, Posan Sinaga, seorang karyawan swasta warga Parmalim Kecamatan Medan Denai menyatakan pemahamannya tentang pengosongan kolom agama di KTP bahwa ia mengetahui kebijakan tersebut dari organisasi kepemudaan Parmalim Kota Medan. Sedangkan usaha sosialisasi yang pernah dilakukan oleh pemerintah setempat, ia mengaku tidak pernah mengikuti atau bahkan ia tidak tahu. Sedikit berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Renali Rumapea, ketua organisasi pemuda Parmalim Kota Medan, yang menyatakan bahwa memang pernah dilakukan sosialisasi oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan. Namun, itu merupakan program dari organisasi pemuda Parmalim, bukan dari dinas. Menurut Renaldi, jika pun tidak dilakukan sosialisasi oleh pemerintah setempat, mereka pasti mengetahui kebijakan pengosongan kolom agama tersebut. Karena ia menegaskan bahwa hal tersebut merupakan hasil dari Universitas Sumatera utara 95 usaha tuntutan mereka kepada pemerintah. Meski belum dapat dikaui, minimal pengosongan kolom agama di KTP tersebut telah menjadi tanda bahwa mereka bukan bagian dari enam agama yang diakui. Adapun sosialisasi yang mereka lakukan hanya untuk mencapai persamaan pemahaman saja, antara pegawai dinas dengan masyarakat Parmalim, agar tidak berat sebelah.

5.2.3 Sumber Daya

Untuk melaksanakan tugasnya, organisasi tidak cukup dengan system yang modern, tetapi harus ada yang mengoperasikannya, yaitu sumber daya. Sumber daya dalam organisasi adalah factor yang sangat penting dalam implementasi kebijakan agar dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensinya, sumber daya financial, dan sarana dan prasarana penunjang kegiatan. Tanpa adanya sumber daya, suatu kebijakan hanya pajangan dokumen saja. Untuk melaksanakan tugasnya, pelaksana kebijakan harus memiliki kompetensi yang baik dan sesuai dengan bidangnya. Maksudnya adalah penempatan pegawai pada posisi tertentu harus disesuaikan dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya. Dalam penerbitan KTP, dimana rincian tugas kebanyakan berhubungan dengan computer, maka seharusnya pegawainya adalah orang yang mengerti mengoperasikan computer. Maka, orang tersebut minimal memiliki pengalaman di bidang operasi computer atau berlatar belakang pendidikan computer. Menurut Bapak Arpian, pegawai bidang penerbitan KTP memang mereka yang dianggap mampu mengoperasikan computer, yaitu mereka yang Universitas Sumatera utara 96 berlatar belakang minimal diploma tiga computer. Menurut beliau, antara pendidikan dengan bidang pekerjaan memang harus sejalan, karena dalam penerbitan KTP memang sepenuhnya bekerja dengan system di dalam computer, sehingga pegawai wajib memahami operasi computer. Karena memang tidak ada pelatihan secara khusus bagi pegawai, kecuali jika ada perubahan teknis. Selain kompetensi pegawai, kecukupan pegawai juga penting diperhatikan. Harus di sesuaikan jumlah pegawai dengan pekerjaan yang ada agar kebijakan dapat terlaksana dengan baik. Bagaimana mungkin kebijakan dapat terlaksana dengan baik jika jumlah pelaksana tidak mencukupi atau bahkan berlebihan. Menurut Bapak Arpian, kuantitas pegawai yang ada saat ini telah memadai, yaitu mencapai 120-an pegawai, dan pegawai yang secara khusus menangani penerbitan KTP dianggap sudah sangat memadai. Hal itu dilihat dari segi kuantitas. Jika dilihat dari segi kualitas dengan indikator pendidikan, maka semua pegawai dianggap sudah memiliki kemampuan tenknis, karena rata-rata pegawai merupakan lulusan diploma dan sarjana, bahkan ada yang magister. Namun, menurut beliau, sejujurnya jika teknologi yang ada dimanfaatkan dengan maksimal maka, jumlah pegawai bisa diberhentikan sebanyak 50 dari yang ada saat ini. Kondisi saat ini memang menunjukkan bahwa kita belum siap untuk memanfaatkan teknologi secara maksimal. Ibu Julina Silalahi, selaku admin pelayanan data kependudukan di Kantor Camat Medan Denai juga menyatakan hal yang sama, bahwa jumlah pegawai dinas yang ada di kantor camat Medan Denai, telah memadai, baik dari sisi kuantias maupun kualitas. Universitas Sumatera utara 97 Selain berbicara tentang jumlah dan kemampuan, pelaksana kebijakan juga haruslah menyesuaikan diri dengan perubahan system dan kebijakan yang ada, sehingga perlu peningkatan kompetensi, melalui berbagai pelatihan. Menurut Bapak Arpian, pelatihan hanya diberikan bagi mereka pegawai baru dan jika ada perubahan system yang diikui perubahan teknis. Namun, dalam hal penyesuaian dengan tekonologi yang semakin berkembang, tidak pernah dilakukan pelatihan sehingga itu menjadi kelemahan pegawai dinas hingga saat ini. Tabel 5.4 Komposisi Pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan Menurut Golongan No PangkatGolongan Jumlah Orang 1 Jumlah Pegawai 129 Orang 2 Pangkat.Golongan: 2.1 Gol I - 2.2 Gol II 57 2.3 Gol III 67 2.4 Gol IV 5 3 Jumlah Pejabat Struktural 21 4 Jumlah Pejabat Fungsional 2 Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan Tahun 2014 Menurut tingkat pendidikan, pegawai pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan dominan adalah Sarjana S1 sejumlah 66 orang 51,16, Diploma III D-III sejumlah 9 orang 6,98 dan SLTA sejumlah 50 orang 38,76. Sementara Pasca Sarjana S2 sejumlah 4 orang 3,10, sedangkan SLTP dan SD tidak ada. Universitas Sumatera utara 98 Tabel 5.5 Komposisi Pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan Menurut Tingkat Pendidikan No Jenjang Pendidikan Jumlah Orang 1 SD - 2 SLTP - 3 SLTA 50 4 D III 9 5 S1 66 6 S2 4 Jumlah 129 Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan Tahun 2014 Penyelenggaraan urusan kependudukan, sangat membutuhkan pengetahuan teknis kependudukan dan catatan sipil. Namun, berdasarkan data yang ada dari 129 pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan hanya 10 orang atau 7,75 yang pernah mengikuti kursus teknis fungsional Kependudukan dan belum tersedianya Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS. Hal ini menunjukkan masih relative rendahnya kompetensi pegawai untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kota di bidang kependudukan pada masa datang. Selain sumber daya manusia, sumber daya financial juga merupakan hal pokok yang harus dimiliki organisasi untuk menjalankan berbagai kebijakan yang ada. Dalam hal ini, anggaran dana yang dibutuhkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan dalam menjalankan kebijakan administrasi kependudukan pada tahun anggaran 2014 adalah sebesar Rp 22.814.100.000,- yang bersumber dari APBD Kota Medan. Rincian anggaran tersebut sebagaimana Terlampir dalam skripsi ini dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Universitas Sumatera utara 99 Menurut Bapak Arpian, anggaran yang ada telah memadai, namun masih dirasa kurang, terutama untuk anggaran pendidikan dan pelatihan serta sosialisasi tatap muka secara langsung dengan warga. Karena saat ini anggaran sosialisasi hanya cukup digunakan pada sosialisasi melalui radio. Selain sumber daya financial, sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan kebijakan juga sangat penting. Seperti peralatan kantor, dan lain-lain yang memang berhubungan langsung dengan pelaksanaan kebijakan. Bapak Arpian menyatakan bahwa sarana yang prasarana yang ada di kantor dinas dan kecamatan sudah memadai. Adanya ruangan ber-AC, computer bagi setiap pegawai, adanya ruang tunggu, dan lain-lain. Sehingga menurutnya semua fasilitas yang ada telah cukup membantu pelakasanaan pelayanan data kependudukan. Hal senada juga disampiakan oleh Ibu Betty Hutapea, salah satu operator penerbitan KTP di Kantor Camat Medan Denai, bahwa perlengkapan dan peralatan yang ada telah disediakan dinas, dan itu suda cukup bagi mereka dalam melaksanakan pekerjaannya. Universitas Sumatera utara 100 Tabel 5.6 Daftar Inverntaris Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan No Nama Barang Jumlah Unit Kendaraan Ket. Baik Rusak 1 Kursi tunggu 15 Baik - - 2 Stabilizer 23 Baik - - 3 UPS 62 Baik - - 4 Server 1 Baik - - 5 Mesin Pompa Air Ukuran Besar 1 Baik - - 6 Kipas angin stainleesstel Ukuran Besar 6 Baik - - 7 TV LCD 32 inch + Breaked 4 Baik - - 8 Wireless Microphone 1 Baik - - 9 Dispenser 2 Kran Panas dan Dingin 5 Baik - - 10 Jam dinding ukuran besar 10 Baik - - 11 Pengadaan Mesin Fotokopi 2 Baik - - 12 Mesin Generator Genset 21 Baik - - 13 Meja Kerja Operator 16 Baik - - 14 Kursi Kerja Eselon 6 Baik - - 15 Kursi Kerja Staf 17 Baik - - 16 Lemari buku 1 Baik - - 17 Komputer 22 Baik - - 18 Tablet 10 Baik - - 19 Mesin Nomor Antrian 1 Baik - - Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan Tahun 2014 Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa sarana prasarana Dinas Kependududkan dan Catatan Sipil Kota Medan bila dibandingkan dengan beban kerja yang diemban sudah cukup memadai walaupun gedung kantor masih menempati gedung kantor Perpustakaan, tetapi kendaraan roda empat untuk Operasional Kepala Dinas sudah ada demikian juga dengan kendaraan roda dua cukup memadai untuk kegiatan operasional pegawai khususnya pegawai pencatatan sipil sebanyak 7 tujuh unit. Universitas Sumatera utara 101

5.2.4 Disposisi

Dalam implementasi kebijakan, Model Edrward III, disposisi merupakan salah satu variable penting dalam mengukur baik atau buruknya pelaksanaan suatu kebijakan. Disposisi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah sikap watak dan karakteristik yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila pelaksana kebijakan memiliki disposisi yang baik, maka pelaksanaan kebijakan akan sesuai dengan harapan pembuat kebijakan untuk memuaskan penerima kebijakan. Ada dua hal pokok yang perlu diperhatikan dalam melihat disposisi pelaksana kebijakan, yaitu pengangkatan pegawai dan pemberian insentif. Pemberian insentif dapat menjadi penguat komitmen dan semangat kerja. Pengangkatan pegawai di dinas kependudukan dan catatan sipil Kota Medan dilakukan adalah wewenang BKD atau Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan. Dimana sebelumnya, dinas telah terlebih dahulu melakukan analisis beban kerja dan analisis jabatan. Setelah itu dilakukan, maka diketahui bidang perkerjaan apa yang kosong dan butuh pegawai, maka selanjutnya diusulkan kepada BKD. BKD kemudian melakukan open rekruitmen sesusai dengan syarata yang telah ditentukan dinas berdasarkan hasil analisis beban kerja dan analisis jabatan. Selain berbicara tentang pengangkatan pegawai, semangat kerja juga perlu diperhatikan. Menurut para pegawai, seperti Bapak Arpian dan Ibu Betty, mengatakan bahwa pekerjaan sebagai PNS merupakan jalan hidup, sebagai bentuk pengabdian kepada negara. Sehingga, berapapun penghasilan harus tetap semangat dalam bekerja. Menurut Bapak Arpian, untuk menjaga semangat kerja Universitas Sumatera utara 102 pegawai memang diperlukan adanya insentif, seperti yang terjadi tahun-tahun sebelumnya. Namun, tahun ini insentif bagi pegawai telah ditiadakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dengan alasan bahwa pegawai bekerja untuk digaji, dan itu sudah cukup. Namun demikian, bagaimanapun pegawai harus tetap semangat dalam bekerja, karena memang bekerja sebagai PNS adalah sebuah pengabdian. Jika pegawai merasa bekerja sebagai abdi negara, sehingga semangat kerja harus dipertahankan, maka bagaimana tanggapan warga yang dilayani. Menurut Bapak Elman Sinaga, urusan mengurus KTP bukanlah hal yang sulit. Hubungan antara warga dengan pelaksana bebijakan ternyata juga mempengaruhi kualitas pelayanan. Seperti yang diakui oleh bapak Elman, bahwa hubungan dekat dengan kepala lingkungan, sebagai pelaksana kibijakan terendah dalam pengurusan KTP membuat urusan keluarga dalam pelayanan kependudukan tidak menemui kesulitan, terutama dalam hal mengurus KTP, dengan mengosongkan kolom agama di KTP. Namun, Bapak Elman mengakui bahwa kolom agama di KTP anggota keluarganya tidaklah kosong seperti yang diamantkan undang- undang, tetapi bertuliskan “Kepercayaan”. Hal ini sesuai dengan permintaan bapak Elman etika mengurus KTP elektronik. Gambar 5.2. KTP putri dari Elman Sinaga, Kolom agama berisi “KEPERCAYAAN” Sumber: Dokumen Pribadi, 2015. Universitas Sumatera utara 103 Berbeda dengan pengakuan Tarapul Sijabat, dimana pada kolom agama di KTPnya masih bertuliskan Katholik. Menurutnya, hal ini dikarenakan kepala lingkungannya waktu pengurusan KTP terkesan memperlama urusan KTP jika kolom agama dikosongkan. Karena Tarapul butuh KTPnya dalam waktu dekat sehingga ia menyerahkan sepenuhnya urusan KTP kepada kepala lingkungan, asal semua cepat selesai, dan jadilan kolom agama di KTP nya bertuliskan Katholik. Meski sesungguhnya ia menginginkan kolom agama di KTP nya itu kosong, seperti teman-temannya yang lain dan sesuai dengan amanat undang-undang. Gambar 5.3. KTP Tarapul Sijabat Kolom Agama: Katholik. Sumber. Dokumen pribadi, 2015. Bukan hanya itu, ada juga kejadian, peneliti menemukan kolom agama di KTP Parmalim benar-benar dikosongkan. Seperti KTP Siska, salah satu penganut Parmalim, yang memang kolom agama di KTP nya kosong. Ia menyatakan bahwa ketika mengurus KTP, sebenarnya pegawai mengisi kolom Universitas Sumatera utara 104 agama di KTP, sewaktu pengisian data online, kepercayaan, namun ketika dicetak, kolom agamanya tetap kosong. Gambar 5.4. KTP Siska dengan kolom agama kosong. Sumber: Dokumen Pribadi, 2015. Terkait dengan adanya perbedaan kolom agama di KTP yang berisi KEPERCAYAAN dengan ada YANG KOSONG, ibu Sri menyatakan bahwa hal tersebut dikarenakan perbedaan system antara mesin pencetak KTP elektronik dengan manual. Dimana pada pengurusan KTP elektronik dulu, itu dilakukan di pusat, kolom agama yang berisi kepercayaan bisa dicetak, sedangkan saat ini penerbitan KTP dengan cara manual, meski di computer kolom agama diisi dengan kepercayaan, namun ketika dicetak, ia tetap kosong. Universitas Sumatera utara 105 BAB VI ANALISIS IMPLEMENTASI PENGOSONGAN KOLOM AGAMA PADA KTP PARMALIM Pada bab ini akan dipaparkan keseluruhan analisis peneliti terhadap semua data yang telah disajikan sebelumnya. Data-data yang telah dikumpulkan dan disajikan sebelumnya dianalisis dengan menggunakan model implementasi kebijakan oleh Edward III, sebagai berikut: 6.1 Analisis Variabel 6.1.1 Struktur Birokrasi Struktur birokrasi sebagai elemen penting dalam implementasi kebijakan memiliki aspek penting untuk memudahkan kebijakan terlaksana dengan baik, yaitu rincian tugas dan prosedur pelaksanaan yang jelas. Karena rincian tugas dan prosedur yang telah disusun akan menjadi pedoman pelaksana kebijakan dalam menjalankan kebijakan, meski tidak dapat dipungkiri juga, terkadang pelaksana harus berimprovisasi ketika terjadi hal-hal yang di luar aturan. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan telah memiliki Standart Operating Procedure yang berisikan semua rincian tugas pelaksana kebijakan pelayanan penerbitan KTP. Rincian tugas disusun secara structural, mulai dari yang paling bawah hingga yang paling atas. Prosedur pelayanan penerbitan KTP bukan hanya menampakkan pelaksananya, tetapi juga jangka waktu pelaksanaan. Hal ini membuat semua pelaksana dan masyarakat yang Universitas Sumatera utara 106 dilayani menjadi sama-sama tahu, artinya transparansi yang ada akan memudahkan pertanggungjawaban. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti, tampak bahwa pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, khususnya operator penerbitan KTP di Kantor Camat Medan Denai, telah menjalankan tugasnya sesuai dengan rincian tugas dan prosedur yang ada. Pelayanan penerbitan KTP bagi siapa saja diperlakukan sama, tidak terkecuali Parmalim. Namun demikian, tetap masih ada kekurangan, yaitu pelanggaran terhadap SOP, seperti lamanya penerbitan KTP yang disebabkan oleh kuantitas pemohon yang diharapkan lebih dari lima sekali mencetak. Maksudnya, pegawai terkadang tidak mau mencetak KTP jika hanya satu saja, jadi harus menunggu pemohon berikutnya. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan SOP, yang mengatakan KTP bisa selesai hanya dengan 5 menit saja. Memang, jika melihat pandangan Edward III tentang kekakuan struktur birokrasi dengan adanya rincian tugas dan prosedur pelayanan, dapat dikatakan tindakan pegawai yang menunggu adanya permohonan penerbitan KTP berikutnya termasuk dalam improvisasi pegawai. Artinya operator penerbitan KTP di Kantor Camat Medan Denai memiliki tingkat improvisasi yang cukup baik. Hanya saja, perlu diperhatikan, improvisasi sebaiknya dilakukan jika itu tidak merugikan masyarakat. Hal lain tentang keluwesan operator penerbitan KTP di Kantor Camat Medan Denai dari rincian tugas dan prosedur pelayanan yang sudah ada dapat dilihat dengan kemauan operator melanjutkan pengurusn KTP jika dalam keadaan terdesak dilakukan langsung oleh masyarakat, asalkan telah meminta Universitas Sumatera utara 107 surat pengantar dari kepala lingkungan. Selain itu, jika misalnya fotocopy kartu keluarga tiba-tiba ketinggalan atau tidak dibawa ke kantor camat, jika operator mengenal si pemohon, penerbitan KTP tetap bisa dilaksanakan dengan metode wawancara. Hal ini menunjukkan keluwesan pegawai dalam menjalankan tugasnya berjalan dengan baik.

6.1.2 Komunikasi

Sebuah kebijakan hanya akan menjadi keputusan dan dokumen yang tidak penting jika tidak dikomunikasikan kepada pelaksana kebijakan dan penerima kebijakan. Sebelum sebuah kebijakaan diimplementasikan, implementor kebijakan harus mengetahui bahwa suatu keputusan dan perintah yang telah dibuat untuk melaksanakannya telah dikeluarkan, dan mereka telah mengetahui tugas dan wewenang masing-masing. Nah, dalam hal ini, komunikasi sangat berperan penting, yaitu mengkomunikasikan isi keputusan, dan juga apa yang harus dikerjakan oleh masing-masing implementor. Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi yang jelas, akurat, konsisten dan menyeluruh serta adanya koordinasi antara intitusi-institusi terkait dalam proses implementasi, baik itu secara horizontal, vertical, ataupun diagonal. Agar kebijakan dapat diimplementasikan dengan efektif, semua implementor sudah harus memahami secara keseluruhan isi kebijakan atau keputusan. Dalam pelayanan penerbitan KTP, komunikasi mencakup bagaimana keputusan ditransmisikan, bagaimana kejelasan dan konsistensi informasi. Dari hasil penelitian yang dilakukan, komunikasi di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan dan Kantor Camat Medan Denai Universitas Sumatera utara 108 terjadi secara lisan dan tulisan. Secara lisan terjadi baik horizontal maupun vertical. Secara lisan, antar pegawai seringklai berkomunikasi secara tatap muka maupun via telepon genggam. Bahkan komunikasi vertical juga terjadi dengan lisan, tatap muka langsung atapun via telepon genggam. Kejelasan dan konsistensi informasi tentu hal yang sangat mutlak dalam komunikasi kebijakan. Karena bisa berakibat fatal jika terjadi perubahan informasi karena komunikasi yang tidak tepat. Dalam hal ini, pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan cukup kompak sehingga jika ada informasi yang kurang jelas tidak segan-segan untuk langsung bertanya kepada si pemberi informasi. Dalam hal komunikasi tulisan, itu sering terjadi dengan intansi-instansi lain, di luar Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan. Misalnya ketika ditetapkan kebijakan pengurusan KTP bisa diselesaikan di kantor camat, yaitu dengan menempatkan pegawai dinas di setiap kantor camat, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan memberikan surat kepada setiap camat yang ada di Kota Medan untuk hadir rapat membahas kebijakan tersebut. Hal ini menunjukkan koordinasi yang dibangun Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan dengan instansi lain berjalan dengan baik. Demikian halnya dengan komunikasi lisan dan tulisan dapat dikatakan berjalan dengan baik. Metode komunikasi di dalam internal dan eksternal dengan lisan dan tulisan mungkin berjalan dengan baik. Namun, metode komunikasi dengan sosialisasi kurang berjalan dengan baik. Bagaimanapun, sosialisasi perlu dilakukan untuk mentransmisikan kebijakan kepada seluruh penerima kebijakan. Memang sosialisasi telah dilakuan dari berbagai media, seperti radio, cetak, Universitas Sumatera utara 109 televise, maupun tatap muka langsung. Namun, program sosialisasi secara khusus bagi penganut kepercayaan tidak pernah dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan. Adapun pernah dilakukan sosialisasi bagi penganut kepercayaan di Kota Medan itu karena diinisiasi oleh lembaga tertentu, yaitu Aliansi Sumut Bersatu. Jika tidak, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sama sekali tidak punya anggaran dan pogram untuk itu. Padahal, sebenarnya itu sangat penting, apalagi sosialisasi bagi pelaksana tingkat paling bawah, yaitu kepala lingkungan. Selain itu, dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa warga, bahwa kenyataannya ada warga Parmalim yang kesulitan mengurus KTP jika mengosongkan kolom agama di KTP-nya, dan ada yang mudah saja. Masalah ini terjadi pada tingkat yang paling bawah dalam pengurusan KTP, yaitu kepala lingkungan. Dari wawancara yang medalam, peneliti menemukan bahwa ada kaitan antara hubungan kedekatan antara kepala lingungan dengan pemohon KTP dengan proses pengurusan KTP. Jika pemohon KTP memiliki kedekatan dengan kepala lingkungan, pengurusan KTP akan berjalan seperti biasa dengan hak pengosongan kolom agama di KTP bisa dipenuhi, atau tidak ada masalah sama sekali. Namun, jika pemohon KTP tidak memiliki hubungan dekat dengan kepala lingkungan, maka pengurusan KTP terkesan dibuat lama jika pemohon menuntut haknya untuk mengosongkan kolom agama di KTP nya, sehingga sering terjadi mereka terpaksa memilih salah satu agama resmi yang diakui agar proses berjalan dengan lancar dan cepat. Nah, dalam hal ini, menurut peneliti, sosialisasi menjadi sangat penting dilakukan kepada semua subyek terkait dalam pengurusan KTP, agar semua Universitas Sumatera utara 110 pelaksana kebijakan bekerja sesuai dengan rincian tugas dan prosedur yang ada tanpa dipengaruhi oleh unsur sikap pribadi.

6.1.3 Sumber Daya

Selain struktur birokrasi dan komunikasi, sumber daya menjadi aspek yang sangat penting dan tidak terpisahkan dalam pelaksanaan kebijakan. Sumer Daya akan mengatur bagaimana semua aktivitas berlangsung, baik sumber daya manusia, keuangan, hingga tersedianya sarana dan prasarana untuk menunjang seluruh aktivitas implementasi kebijakan. Sumber daya manusia harus memiliki kecakapan, skill dan kesehatan yang memadai untuk menjalankan tanggungjawabnya. Bukan hanya itu, kuantitas pegawai juga harus mencukupi. Karena jika tidak, jalannya implementasi kebijakan tidak akan sesuai dengan harapan. Demikian halnya dengan keuangan dan sarana dan prasarana. Keuangan harus cukup serta sarana dan prasarana penunjang harus cukup dengan kualitas yang baik. Dari penelitian yang telah dilakukan, sumber daya manusia sudah cukup memadai, baik dari kuantitas maupun latar belakang pendidikan. Dalam hal pengurusan KTP di Kantor Camat Medan Denai, terdapat tiga orang pegawai Gambar 6.1 Mesin Pengambilan Antrian Universitas Sumatera utara 111 yang secara khusus melayani warga yang mengurus KTP dan kartu keluarga, yaitu satu orang sebagai admin yang bertugas mengumpulkan berkas, dan dua orang operator yang bertugas entri data dan mencetak KTP. Ketiga pegawai tersebut berlatar belakang pendidikan computer.. Ibu Julina Silalahi sebagai admin, lulusan diploma tiga computer, Ibu Betty Hutapea sebagai operator lulan sarjana computer, dan Ibu Sri operator kedua lulusan diploma satu computer dan sedang kuliah jurusan computer, semester lima di salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Medan. Jika melihat anggaran yang tersedia, menurut peneliti sangat besar. Di dalam rincian anggaran, sebesar Rp 400.000.000,00 disediakan anggaran untuk sosialisasi kebijakan, Rp 200.000.000,00 untuk sosialisasi internal dan Rp 200.000.000,00 untuk sosialisasi ke masyarakat melalui radio untuk tahun anggaran 2014. Sementara menurut pengakuan kepala Bidang Informasi dan Pengendalian Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, Bapak Arpian Saragih, S.Sos, M,Si, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan tidak memiliki program sosialisasi kecuali melalui radio, padahal dengan anggaran sebesar itu menurut peneliti dapat dilakukukan sosialisasi kepada masyarakat dengan baik, khususnya bagi mereka penganut kepercayaan, dan juga kepada seluruh perangkat yang berhubungan langsung dengan warga dalam pengurusan data kependudukan. Gambar 6.2 Kursi Tunggu Universitas Sumatera utara 112 Jika melihat data sarana dan prasarana yang ada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, dapat dikatakan sudah memadai secara kuantitas, tetapi secara kualitas tidak semua baik. Misalnya, kursi tunggu Gambar 7.2 sudah ada yang rusak tapi belum diganti, juga jumlahnya tidak mencukupi sehingga masyarakat yang berurusan dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan tiak semua bisa duduk karena kurang kursi. Demikian juga dengan mesin antrian Gambar 7.1 sudah tidak berfungsi, sehingga pembagian antrian dilakukan secara manual. Namun, sarana dan prasaran yang ada di Kantor Camat Medan Denai cukup memadai, baik kuantitas maupun kualitas.

6.1.4 Disposisi

Disposisi dalam implementasi kebijakan merupakan sikap implementor dalam mengimplementasikan kebijakan. Implementor sebagai subyek, maka sikap yang ia miliki sangat berpengaruh pada proses pelaksanaan kebijakan. Dalam model implementasi kebiajakn oleh Edward III, teradapat dua hal pokok dalam disposisi implementor kebijakan, yakni bagaimana pengangkatan pegawai dan bagaimana meningkatkan dan mempertahankan semangat kerja pegawai. Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan dalam hal pengangkatan pegawai dilakukan melalui tes CPNS, yang diserahkan kepada Badan Kepegawaian Daerah setelah dilakukan analisis beban kerja oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan. Badan Kepegawaian Daerah pertama sekali melakukan pengumuman peneriamaan pegawai dengan syarat yang ditentukan. Kemudian sebagaimana biasanya, para pelamar mengikuti tes CPNS, dan bagi yang diterima akan mengikuti pelatihan baru kemudian ditempatkan ke Universitas Sumatera utara 113 Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan mengalokasikan pegawai yang diterima sesuai dengan bidang yang membutuhkan pegawai. Dalam menjaga semangat kerja, pegawai menganggap bahwa menjadi pegawai negeri adalah pilihan hidup dan merupakan bentuk pengabdian kepada negara. Menurut pegawai, bahwa insentif memang salah satu penyemangat kerja, namun tidak terlalu menentukan. Artinya, pegawai tetap semangat dalam bekerja, meski ada atau tidak ada insentif.

6.2 Analisis Hubungan Variabel

Setelah menganalisis setiap variabel implementai kebijakan yang digunakan, perlu juga dilakukan analisis hubungan setiap variabel. Hal ini perlu untuk melihat hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain, karena kegagalan atau keberhasilan satu variabel bisa dipengaruhi oleh variabel yang lain. Dengan melihat analisis setiap variabel yang telah disebutkan di atas, maka penulis melihat ada hubungan antara beberapa variabel. Dengan melihat fakta di lapangan, bahwa masalah implementasi kebijakan administrasi kependudukan, khususnya pengosongan kolom agama pada KTP Parmalim disebabkan oleh kurangnya sosialisasi bagi para kepala lingkungan, sebagai implementor kebijakan paling bawah. Menurut pengakuan Bapak Arpian, bahwa kurangnya sosialisasi disebabkan oleh kekurangan anggaran. Ini menunjukkan bahwa sosialisasi yang merupakan salah satu indikator dalam variabel komunikasi dengan anggaran yang merupakan salah satu indikator dalam variabel sumber daya memiliki hubungan yang erat. Kurangnya Universitas Sumatera utara 114 sumber daya anggaran menyebabkan kurangnya program sosialisasi yang akhirnya menyebabkan kegagalan implementasi kebijakan. Selain itu, kegagalan implementasi kebijakan pengosongan kolom agama pada KTP Parmalim di Kota Medan juga disebabkan oleh tidak adanya petunjuk teknis di dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan yang secara khusus membahas tentang kebijakan pengosongan kolom agama tersebut, sehingga teknis pengurusan KTP antara masyarakat yang agamanya diakui secara resmi dengan penganut Aliran Kepercayaan, Parmalim disamakan oleh implementor Universitas Sumatera utara 115 BAB VII PENUTUP Setelah menguraikan semua dan data dan analisis peneliti, pada bagian ini peneliti akan memberikan kesimpulan dari hasil analisis terhadap data yang telah dikumpulkan selama penelitian. Selanjutnya peneliti akan memberikan saran demi perbaikan pelayanan data kependudukan ke depannya, khususnya bagi mereka kaum minoritas, dalam hal ini Penganut Aliran Kepercayaan, Parmalim.

7.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Implementasi Peraturan Wali Kota No 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan

3 70 113

Proses Pelaksanaan Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi BadanPenanaman Modal Kota Medan (Studi Pada Pengawasan Badan Penanaman Modal Kota Medan)

0 124 257

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame (Studi Tentang Penerbitan Izin Reklame di Kota Medan)

7 150 212

Politik Anggaran Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pajak Daerah (Studi Kasus: Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan)

1 64 108

Implementasi Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 7 Tahun 2011 tentang Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)

6 111 114

“Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame

8 145 136

Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kota Medan)

13 140 63

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Teori - Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan (Studi Tentang Pengosongan Kolom Agama Pada Kartu Tanda Penduduk Aliran Kepercayaan “Parmalim” Di Kota Medan)

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan (Studi Tentang Pengosongan Kolom Agama Pada Kartu Tanda Penduduk Aliran Kepercayaan “Parmalim” Di Kota Med

0 0 8

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan (Studi Tentang Pengosongan Kolom Agama Pada Kartu Tanda Penduduk Aliran Kepercayaan “Parmalim” Di Kota Medan)

0 0 17