7 Seluruh simpanan adalah dalam mata uang Rupiah.
Suku bunga rata-rata per tahun untuk giro, tabungan dan deposito untuk periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 masing-masing berkisar antara 0,00-4,50, 0,00-5,00 dan 3,00-9,00.
Pada tanggal 30 Juni 2013, saldo giro yang dijadikan jaminan bank garansi adalah Rp895juta. Saldo deposito yang dijadikan jaminan atas fasilitas kredit yang diberikan dan bank garansi adalah
Rp58.794 juta dan Rp80 juta. Tidak terdapat tabungan yang dijaminkan sebagai jaminan kredit pada tanggal
30 Juni 2013, 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
3. Simpanan dari Bank Lain
Simpanan dari bank lain dalam Rupiah seluruhnya merupakan tranksaksi dengan pihak ketiga, terdiri dari:
dalam jutaan Rupiah
Keterangan Jumlah
Giro 6.437
Deposito on-call 402
Deposito berjangka 10.450
Jumlah 17.289
Suku bunga per tahun atas giro dan deposito untuk periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 masing-masing berkisar adalah 1,00 - 5,50 dan 3,50 - 7,50.
4. Utang Pajak
Utang pajak terdiri dari:
dalam jutaan Rupiah
Keterangan Jumlah
Pajak penghasilan Pasal 4 ayat 2 dan 23
1.336 Pasal 21
90 Pasal 25
192 Pajak Pertambahan Nilai PPN
7
Jumlah 1.625
5. Beban Bunga Akrual
dalam jutaan Rupiah
Keterangan Jumlah
Deposito berjangka nasabah 3.631
Deposito berjangka simpanan dari bank lain 42
Giro KMK 14
Jumlah 3.687
Jumlah beban bunga akrual kepada pihak berelasi pada tanggal 30 Juni 2013 adalah sebesar Rp213 juta.
6. Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Panjang
Perseroan membukukan liabilitas imbalan kerja yang dihitung berdasarkan peraturan yang berlaku, yakni Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tanggal 25 Maret 2003.
Perhitungan akturia terakhir atas liabilitas imbalan kerja dilakukan oleh PT Kompujasa Aktuaria Indonesia, aktuaris independen, tertanggal 1 Juli 2013.
8 Jumlah karyawan yang berhak atas liabilitas imbalan kerja jangka panjang pada tanggal 30 Juni 2013
sebanyak 229 karyawan. Saldo liabilitas imbalan kerja jangka panjang per 30 Juni 2013 adalah sebesar Rp559 juta. Rekonsiliasi
jumlah liabilitas imbalan kerja jangka panjang adalah sebagai berikut:
dalam jutaan Rupiah
Keterangan Jumlah
Nilai kini liabilitas imbalan kerja jangka panjang yang tidak didanai
1.865 Biaya jasa lalu yang belum diamortisasi
44 Keuntungan aktuarial yang belum diakui
1.262
Jumlah 559
Rincian beban imbalan kerja jangka panjang adalah sebagai berikut:
dalam jutaan Rupiah
Keterangan Jumlah
Beban jasa kini 1.006
Biaya bunga 323
Amortisasi biaya jasa lalu 7
Hasil yang diharapkan dari aset program 216
Keuntungan kurtailmen 27
Jumlah 1.093
Mutasi liabilitas imbalan kerja jangka panjang adalah sebagai berikut:
dalam jutaan Rupiah
Keterangan Jumlah
Saldo awal 155
Biaya imbalan kerja periode berjalan 1.093
Iuran yang dibayarkan 689
Saldo akhir 559
7. Liabilitas Lain-lain
Sebesar ekuivalen Rp1.634 juta dari saldo liabilitas lain-lain pada tanggal 30 Juni 2013 merupakan cadangan atas tagihan Panitia Urusan Piutang Negara PUPN kepada Perseroan sebesar
US189,859.70 ekuivalen Rp1.884 juta setelah dikurangi dengan pembayaran yang telah dilakukan Perseroan pada tanggal 9 September 2008 sebesar Rp250 juta.
Komitmen dan Kontinjensi Perseroan memiliki liabilitas komitmen dan kontinjensi dengan rincian sebagai berikut:
dalam jutaan Rupiah
Keterangan
Jumlah
Komitmen Liabilitas komitmen
Fasilitas kredit yang belum ditarik Pihak berelasi
2.560 Pihak ketiga
35.945
Jumlah 38.505
Kontinjensi Liabilitas Kontinjensi
Bank garansi Pihak berelasi
613 Pihak ketiga
642
Jumlah 1.255
Jumlah Liabilitas Komitmen dan Kontinjensi 39.760
9
SELURUH LIABILITAS PERSEROAN PADA TANGGAL 30 JUNI 2012 TELAH DIUNGKAPKAN DI DALAM PROSPEKTUS.
SEJAK TANGGAL 30 JUNI 2013 SAMPAI DENGAN TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPEN- DEN DAN SETELAH TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN SAMPAI DENGAN TANG-
GAL EFEKTIFNYA PERNYATAAN PENDAFTARAN, TIDAK TERDAPAT LIABILITAS YANG TELAH JATUH TEMPO NAMUN BELUM DILUNASI.
SETELAH TANGGAL 30 JUNI 2013 SAMPAI DENGAN TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPEN- DEN DAN SETELAH TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN SAMPAI DENGAN EFEK-
TIFNYA PERNYATAAN PENDAFTARAN, PERSEROAN TIDAK MEMILIKI LIABILITAS-LIABILITAS LAIN KECUALI LIABILITAS-LIABILITAS YANG TIMBUL DARI KEGIATAN USAHA NORMAL PER-
SEROAN SERTA LIABILITAS-LIABILITAS YANG TELAH DINYATAKANDI DALAM PROSPEKTUS INI DAN YANG TELAH DIUNGKAPKAN DALAM LAPORAN KEUANGAN.
DENGAN ADANYA PENGELOLAAN YANG SISTIMATIS ATAS ASET DAN LIABILITAS SERTA PEN- INGKATAN HASIL OPERASI DI MASA YANG AKAN DATANG, PERSEROAN BERKEYAKINAN
AKAN DAPAT MENYELESAIKAN SELURUH LIABILITASNYA SESUAI DENGAN PERSYARATAN SEBAGAIMANA MESTINYA.
TIDAK TERDAPAT PEMBATASAN-PEMBATASAN NEGATIVE COVENANT YANG DAPAT MERU- GIKAN HAK-HAK PEMEGANG SAHAM PUBLIK.
10
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN
Analisis dan Pembahasan oleh Manajemen ini harus dibaca bersama dengan Ikhtisar Data Keuangan Penting, laporan keuangan Perseroan beserta catatan atas laporan keuangan terkait, dan informasi
keuangan lainnya, yang seluruhnya tercantum dalam Prospektus ini. Laporan keuangan tersebut telah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
Informasi keuangan yang disajikan di bawah ini diambil atau bersumber dari laporan keuangan Perseroan pada tanggal 30 Juni 2013 dan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal tersebut, serta
laporan keuangan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011, dan 2010. Kinerja keuangan yang telah diperoleh Perseroan untuk periode enam bulan tersebut di atas belum
tentu mengindikasikan kinerja keuangan yang akan diperoleh oleh Perseroan untuk satu tahun penuh.
Laporan keuangan Perseroan pada tanggal 30 Juni 2013 dan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal tersebut, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Mulyamin Sensi Suryanto
Lianny, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Laporan Keuangan Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut telah diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik Hendrawinata Eddy Siddharta dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, dengan paragraf penjelasan mengenai penerapan beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
PSAK tertentu yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2012 dan diterapkan secara prospektif. Laporan keuangan Perseroan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010
telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Heroe, Pramono Rekan, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, dengan paragraf penjelasan atas laporan keuangan untuk tahun yang berakhir
31 Desember 2010 mengenai penerapan PSAK No.50 “Revisi 2006 “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan”, dan PSAK No.55 Revisi 2006 “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran”, yang diterapkan secara prospektif.
A. Umum
Perseroan didirikan di Jakarta pada tanggal 9 Februari 1990 berdasarkan Akta Pendirian Perseroan No.32 tanggal 9 Februari 1990 dibuat di hadapan Winnie Hadiprodjo, S.H., notaris pengganti dari Kartini
Muljadi S.H., Notaris di Jakarta, yang kemudian diubah berdasarkan Akta Perubahan Akta Pendirian No.79, tanggal 22 Mei 1990, dibuat di hadapan Kartini Muljadi, S.H., Notaris di Jakarta, yang menyetujui
perubahan nama Perseroan dari PT Bank Ina menjadi PT Bank Ina Perdana. Kedua Akta tersebut telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan
No.C2-3639 HT.01.01.Th.90, tanggal 23 Juni 1990 sebagaimana telah diumumkan pada Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No.4242 pada Berita Negara Republik Indonesia No.84 tanggal
19 Oktober 1990.
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dinyatakan dengan Akta Pernyataan Keputusan Pemegang Saham Perseroan No.31 tanggal 9 September 2013 yang
dibuat di hadapan Edward Suharjo Wiryomartani, SH., M.Kn, Notaris di Jakarta Barat, mengenai i persetujuan untuk melakukan Penawaran Umum Perdana atas saham-saham Perseroan Initial
Public Offering dan perubahan status Perseroan dari perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka; ii persetujuan perubahan Pasal 3 anggaran dasar Perseroan tentang Maksud dan Tujuan Perseroan;
iii persetujuan peningkatan modal dasar Perseroan dari Rp400.000.000.000,- menjadi sebesar Rp632.000.000.000,-; iv perubahan nilai nominal saham dari semula Rp1.000,- per lembar saham
menjadi Rp100,- per lembar saham; dan v persetujuan pengeluaran saham baru dalam simpanan Perseroan, yaitu dengan menawarkan dan menjual saham kepada masyarakat, sebanyak-banyaknya
790.000.000 lembar saham baru yang dikeluarkan dari portepel dengan nilai nominal Rp100,- per lembar saham. Perubahan anggaran dasar tersebut telah disetujui oleh Menkumham dengan Surat
Keputusan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan No.AHU-49437.AH.01.02.Tahun 2013, tanggal 23 September 2013 dan telah diberitahukan kepada Menkumham berdasarkan Surat
Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan No.AHU-AH.01.10-40894 tanggal 3 Oktober 2013.
11 Perusahaan telah memperoleh izin usaha untuk beroperasi sebagai bank umum dari Menteri Keuangan
Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.524KMK.0131991 tanggal 3 Juni 1991, selanjutnya Perusahaan melakukan operasi komersial pada bulan Juli 1991.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Usaha dan Hasil Usaha Perseroan Kondisi Perekonomian Indonesia
Kombinasi persoalan fundamental ekonomi nasional dan gejolak ekonomi global menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 diperkirakan hanya 5,9, turun dari target yang ditetapkan
sebesar 6,3. Data Badan Pusat Statistik bulan Agustus menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kwartal II2013 melambat menjadi 5,8 year on year dibandingkan pertumbuhan ekonomi
kwartal I2013 sebesar 6,02. Pelemahan ini berlanjut sebagaimana terindikasi pada tingginya inlasi bulan Juli 2013 sebesar 3,29 dan bulan Agustus 2013 sebesar 1,12. Tingkat inlasi tahun kalender
Januari-Agustus 2013 sebesar 7,94 dan tingkat inlasi tahunan Agustus 2013 terhadap Agustus 2012 sebesar 8,79. Inlasi diperkirakan akan mulai kembali pada pola normalnya mulai September
2013 sehingga Bank Indonesia memprediksi tingkat inlasi pada akhir tahun 2013 pada kisaran 9,0- 9,8. Deisit neraca pembayarannya juga meningkat, tercatat bulan Juli 2013 deisit mencapai 2,3 milyar
dollar AS dibandingkan deisit bulan Juni 2013 sebesar 0,9 milyar dollar AS. Untuk nila tukar rupiah juga terdepresiasi cukup tinggi, per awal Januari 2012 tercatat Rp9.000,- per dolar AS dan pada minggu
terakhir Agustus 2013 menembus diatas Rp11.000,- per dolar AS. Secara keseluruhan Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2013 akan menuju batas bawah 5,8 - 6,2. Pemerintah, Bank
Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan merespon dengan cepat melalui paket kebijakan penyelamatan
ekonomi nasional dengan paket-paket kebijakan: 1 memperbaiki deisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah dengan cara menghapus pajak penjualan atas barang mewah PPn BM untuk produk
dasar yang tergolong mewah. Menurunkan impor migas dengan memperbesar biodiesel dalam solar, menetapkan pajak barang mewah lebih tinggi untuk mobil built up; 2 menjaga pertumbuhan ekonomi,
memastikan deisit APBN tetap sebesar 2,38 dan pembiayaan aman; 3 menjaga stabilitas harga dan inlasi dengan cara mengubah tata niaga daging dan holtikultura dari berbasis kuota menjadi berbasis
harga; 4 mempercepat investasi dengan menyederhanakan perizinan dan mengefektifkan layanan satu pintu.
Dari paket kebijakan tersebut walaupun dalam jangka pendek sektor keuangan maupun rupiah masih akan mendapat tekanan, namun dalam jangka menengah perekonomian Indonesia tetap prospektif
dimana modal akan tetap mengalir dengan imbal hasil tinggi melalui upaya serius memperbaiki lingkungan untuk berkembangnya investasi di Indonesia. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara RAPBN tahun anggaran 2014, perkiraan asumsi dasar ekonomi makro masih tetap optimis yaitu perekonomian nasional tahun 2014 mampu tumbuh lebih baik jika dibandingkan dengan tahun
2013 seiring kondisi perekonomian global yang diperkirakan akan kembali membaik dan volume perdagangan juga diperkirakan akan meningkat yang berdampak pada pertumbuhan sisi ekspor-import
dan industri dalam negeri. Disamping itu, permintaan domestik juga diperkirakan meningkat didukung oleh meningkatnya daya beli masyarakat dan adanya penyelenggaraan Pemilu 2014.
Kondisi Industri Perbankan Nasional
Ketahanan industri perbankan nasional diprediksi tetap solid ditengah tren perlambatan kredit perbankan karena menurunnya pertumbuhan perekonomian nasional. Data per Juni 2013 dari Bank
Indonesia tercatat: rasio kecukupan modal Capital Adequacy Ratio masih tinggi sebesar 18, jauh diatas ketentuan minimal 8, rasio kredit bermasalah Non Performing Loan gross masih rendah 1,9;
Loan to Deposit Ratio LDR masih relatif tinggi mencapai 87,2 walaupun sudah ada perlambatan dari 21,0 YoY pada Mei 2013 menjadi 20,6 YoY pada bulan Juni 2013. Bank Indonesia telah
mengambil langkah-langkah kebijakan dalam menjaga stabilitas makro ekonomi guna mendukung
pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, yaitu meningkatkan efektiitas bauran kebijakan dalam mengendalikan inlasi, mengelola neraca pembayaran yang lebih sustainable, dan memperkuat
sistem keuangan. Kebijakan Bank Indonesia yang diharapkan dapat bersinergi dengan paket kebijakan pemerintah adalah: 1 Bank Indonesia memperluas jangka waktu Term Deposit Valas yang saat ini 7,
24, dan 30 hari menjadi 1 hari s.d. 12 bulan. Kebijakan ini bertujuan meningkatkan keragaman tenor
12 penempatan devisa oleh bank umum di Bank Indonesia; 2 Bank Indonesia merelaksasi ketentuan
pembelian valas baqi eksportir yang telah melakukan penjualan Devisa Hasil Ekspor DHE. Kebijakan ini bertujuan memberikan kemudahan bagi eksportir melakukan pembelian valas dengan menggunakan
underlying dokumen penjualan valas; 3 Bank Indonesia menyesuaikan ketentuan transaksi forex Swap bank dengan Bank Indonesia yang diperlukan sebagai pass-on transaksi bank dengan pihak terkait.
Kebijakan ini bertujuan meningkatkan kedalaman transaksi derivative; 4 Bank Indonesia merelaksasi ketentuan utang luar negeri ULN, dengan menambah jenis pengecualian ULN jangka pendek bank,
berupa giro rupiah VOSTRO milik bukan penduduk yang menampung dana hasil divestasi yang berasal dari hasil penyertaan langsung, pembelian saham danatau obligasi korporasi Indonesia serta
Surat Berharga Negara SBN. Kebijakan ini bertujuan mengelola permintaan valas oleh non residen tanpa mengurangi aspek kehati-hatian bank dalam melakukan pinjaman luar negeri; 5 Bank Indonesia
menerbitkan Sertiikat Deposito Bank Indonesia SDBI. Kebijakan ini bertujuan memberikan ruang yang lebih luas bagi perbankan untuk mengelola perlambatan pertumbuhan kredit pendalaman pasar
uang sumber: Bank Indonesia, bulan Agustus. Sementara itu Bank Indonesia dalam tempo 4 bulan terakhir Juni-September 2013 telah menaikkan BI rate sebesar 150 bps dari level terendahnya 5,75
menjadi 7,25 per 12 September 2013. Kebijakan pengetatan moneter yang diambil Bank Indonesia
sebagai upaya menstabilkan berbagai aspek makro ekonomi yang memburuk, seperti inlasi, nilai tukar, dan deisit neraca transaksi berjalan sehingga sendi-sendi perekonomian ke arah yang lebih positif.
Dengan demikian prospek industri perbankan nasional kedepan masih tetap positif karena didukung oleh ketahanan industri yang tetap solid walaupun ada tantangan perlambatan pertumbuhan kredit dan
peningkatan kredit bermasalah sebagai dampak menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka pendek.
Sebagai bank umum konvensional non devisa dengan total aset antara Rp 1 milyar sampai dengan Rp 5 milyar, pemberian kredit Perseroan telah mencapai market share sebesar 5,93. Data ini
bersumber dari website Bank Indonesia laporan publikasi bank umum, yang diolah kembali.
Sebagai bank non devisa, perubahan nilai tukar valuta asing hampir tidak mempunyai pengaruh terhadap pendapatan Perseroan. Pembelian efek hanya dilakukan Perseroan dalam rangka memanfaatkan
kelebihan likuiditas yang dimiliki, pemilihan surat berharganya pun didasarkan pada instrument yang aktif diperdagangkan, sehingga efektivitas instrumen sebagai reserve likuiditas dapat dijaga. Perubahan
tingkat suku bunga lebih berdampak pada pendapatan Perseroan, karena berdasarkan komposisinya, sebagian besar pendanaan Perseropan adalah simpanan dengan jangka waktu kurang dari satu tahun,
sedangkan penyaluran kredit bank mempunyai jangka waktu lebih dari satu tahun. Untuk mengantisipasi
hal tersebut, Perseroan secara konsisten menerapkan pengenaan suku bunga mengambang loating rate hampir di semua produk funding dan lending, dengan tujuan agar dapat secara cepat dilakukan
penyelarasan apabila perubahan tingkat suku bunga berpotensi mempengaruhi Net Interest Income secara signiikan.
Pada umumnya, persaingan terjadi di produk simpanan deposito, karena nasabah yang ada di kelompok ini lebih sensitive terhadap suku bunga yang ditawarkan. Dalam usaha mempertahankan pendanaan,
Perseroan senantisa melakukan analisa terhadap portfolio simpanan nasabah, pergerakan BI rate, suku bunga yang ditawarkan oleh bank sejenis serta kebutuhan likuiditas Perseroan. Pembahasan ini
dilakukan pada rapat ALCO bulanan sehingga dapat ditetapkan pricing yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Perseroan.
Aktivitas Pemasaran
Sesuai dengan skala usahanya, aktivitas pemasaran Perseroan lebih ke arah retail marketing. Para tenaga pemasar yang ada di kantor cabangcapem Perseroan secara aktif melakukan pemasaran
produk dan layanan dengan melakukan kunjungan langsung ke tempat nasabah. Untuk meningkatkan skill dan product knowledge dalam kegiatan pemasarannya, para tenaga pemasar dibekali dengan
program pendidikan, sehingga pada akhirnya dapat memberikan career path bagi mereka.
13 Perseroan akan terus mengembangkan produk dan aktivitas yang mampu mendorong pertumbuhan
usaha dan pendapatan bagi bank, dengan menyempurnakan itur-itur produk tabungan yang dikemas dengan program promosi serta pemasaran yang lebih aktraktif dan menarik. Selain itu, Perseroan
juga akan mengembangkan modul edukasi yang akan dijalankan melalui kerja sama dengan lembaga pendidikan. Kerja sama ini akan memberikan kemudahan pembayaran uang sekolah di lembaga
pendidikan dan meningkatkan pengendapan dana Tabungan di Perseroan.
Kemampuan Untuk Mendapatkan Pendanaan Dengan Harga Yang Menarik
Dalam menentukan suku bunga yang akan diberikan untuk menarik minat dari masyarakat untuk menginvestasikan dana ke Perseroan, maka setiap bulannya diadakan pertemuan Asset Liabilities
Commitee yang membahas kondisi ekonomi dan rata-rata suku bunga yang ditawarkan oleh pasar. Kemampuan Perseroan untuk mendapatkan pendanaan dengan harga yang menarik dan bersaing
terbukti dari pendanaan Bank yang dihimpun dari masyarakat mampu mendukung penyaluran kredit dari tahun ketahun tanpa ada gangguan dari aspek likuiditas.
Produk pendanaan yang ada di Perseroan terdiri dari giro, tabungan dan deposito. Untuk meningkatkan pendanaan, Perseroan selalu melengkapi itur-itur dari produk pendanaan yang ada, melakukan
program promosi serta meningkatkan kualitas layanan kepada para nasabah. Kemampuan Perseroan untuk mendapatkan pendanaan dengan harga yang menarik dapat dilihat dari penghimpunan dana
yang terus meningkat, kecuali pada posisi Juni 2013, dimana terdapat pelunasan kredit back to back dari pihak terkait. Berikut adalah posisi penghimpunan dana Perseroan pada tanggal 30 Juni 2013, 31
Desember 2012, 2011, dan 2010:
Keterangan 30 Juni
31 Desember 2013
2012 2011
2010
Giro 56.037
56.994 70.013
39.411 Tabungan
142.101 129.784
124.816 99.052
Deposito 1.008.169
1.141.033 1.087.098
672.950
Jumlah 1.206.307
1.327.811 1.281.927
811.443
Perubahan Perilaku Konsumen
Umumnya, nasabah Perseroan adalah nasabah yang menginginkan pelayanan yang lebih bersahabat, kenyamanan dalam bertransaksi dan tetap mendapatkan suku bunga menarik yang ditawarkan
Perseroan. Terkait hal itu, Perseroan berusaha meningkatkan layanan dengan melengkapi produk tabungan dengan ATM. Selain itu, untuk memudahkan nasabah dalam melakukan pembayaran
tagihan rutinnya, Perseroan mengembangkan kerja sama bill payment dengan beberapa perusahaan. Perseroan juga mengembangkan kerja sama dengan yayasan pendidikan untuk memberikan
kemudahan pembayaran uang sekolah melalui standing instruction ataupun delivery channel yang lain. Apabila nasabah mendapatkan kepuasan atas pelayanan yang diberikan serta adanya kenyamanan
dan kemudahan dalam melakukan aktivitas transaksinya, diharapkan dapat menarik nasabah baru dan mempertahankan loyalitas nasabah lama.
Faktor Lainnya Yang mempengaruhi Kondisi Keuangan Perseroan
Kondisi keuangan Perseroan akan dipengaruhi oleh indikator-indikator makro ekonomi terutama suku bunga, dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Perubahan-perubahan negatif indikator makro ekonomi juga
akan menyebabkan perubahan nilai surat berharga. Perubahan-perubahan tersebut akan mempengaruhi kondisi laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif dan pertumbuhan bisnis Perseroan
karena bisnis penghimpunan dana, penyaluran kredit dan jasa transaksional perbankan akan sangat dipengaruhi terutama oleh nilai tukar dan suku bunga. Disisi lain pertumbuhan ekonomi juga akan
mempengaruhi transaksi keuangan dan daya beli masyarakat luas yang juga akan mempengaruhi pertumbuhan bisnis Perseroan. Untuk meminimalkan dampak negatif dari perubahan kondisi
perekonomian nasional terhadap kondisi keuangan Perseroan, Perseroan secara berkesinambungan menjalankan dan meningkatkan kemampuan manajemen risiko secara menyeluruh. Fungsi dari sistem
manajemen risiko adalah untuk mencermati, menganalisis dan mengantisipasi perubahan-perubahan makro ekonomi.
14
KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING
Pencatatan laporan keuangan Perseroan telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia, Peraturan Bapepam dan LK serta Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia yang berlaku.
Penggunaan Estimasi
Manajemen membuat estimasi dan asumsi dalam penyusunan laporan keuangan yang mempengaruhi jumlah-jumlah yang dilaporkan atas aset, liabilitas, pendapatan dan beban. Realisasi dapat berbeda
dengan jumlah yang diestimasi. Revisi estimasi akuntansi diakui dalam periode yang sama pada saat terjadinya revisi estimasi atau pada periode masa depan yang terkena dampak.
Instrumen Keuangan
Perseroan menerapkan PSAK No.50 Revisi 2010, “Instrumen Keuangan: Penyajian” PSAK No.55 Revisi 2011, “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, dan PSAK No.60, “Instrumen
Keuangan: Pengungkapan”.
Pengakuan dan Klasiikasi
Perseroan mengakui aset keuangan atau liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan jika, dan hanya jika, Perseroan menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada kontrak instrument tersebut.
Pembelian atau penjualan yang regular atas instrument keuangan diakui pada tanggal transaksi.
Instrumen keuangan pada pengakuan awal diukur pada nilai wajarnya, yang merupakan nilai wajar kas yang diserahkan dalam hal aset keuangan atau yang diterima dalam hal liabilitas keuangan.
Nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima ditentukan dengan mengacu pada harga transaksi atau harga pasar yang berlaku. Jika harga pasar tidak dapat ditentukan dengan andal, maka nilai wajar
kas yang diserahkan atau diterima dihitung berdasarkan estimasi jumlah seluruh pembayaran atau penerimaan kas masa depan, yang didiskontokan menggunakan suku bunga pasar yang berlaku untuk
instrumen sejenis dengan jatuh tempo yang sama atau hamper sama. Pengukuran awal instrument keuangan termasuk biaya transaksi, kecuali untuk instrument keuangan yang diukur pada nilai wajar
melalui laporan laba rugi.
Biaya transaksi adalah biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan atau penerbitan aset keuangan atau liabilitas keuangan, dimana biaya tersebut adalah biaya yang tidak
akan terjadi apabila entitas tidak memperoleh atau menerbitkan instrumen keuangan.Biaya transaksi tersebut diamortisasisepanjang umur instrumen menggunakan metode suku bunga efektif.
Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan
bunga atau beban bunga selama periode yang relevan, menggunakan suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa depan selama perkiraan umur
instrumen keuangan atau, jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari instrumen keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, Perseroan
mengestimasi arus kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut, tanpa mempertimbangkan kerugian kredit di masa depan, namun termasuk seluruh
komisi dan bentuk lain yang dibayarkan atau diterima, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif.
Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan adalah jumlah aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diukur pada saat pengakuan awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah
atau dikurangi dengan amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih antara nilai awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai
untuk penurunan nilai atau nilai yang tidak dapat ditagih.
15 Pengklasiikasian instrumen keuangan dilakukan berdasarkan tujuan perolehan instrumen tersebut
dan mempertimbangkan apakah instrumen tersebut memiliki kuotasi harga di pasar aktif. Pada saat pengakuan awal, Perseroan mengklasiikasikan instrumen keuangan dalam kategori berikut: aset
keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi dimiliki hingga jatuh tempo, aset keuangan tersedia untuk dijual, liabilitas keuangan yang
diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dan liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi; dan melakukan evaluasi kembali atas kategori-kategori tersebut pada setiap
tanggal pelaporan, apabila diperlukan dan tidak melanggar ketentuan yang disyaratkan.
Penentuan Nilai Wajar
Nilai wajar instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif pada tanggal laporan posisi keuangan adalah berdasarkan kuotasi harga pasar atau harga kuotasi penjualdealer bid price untuk posisi beli
dan ask price untuk posisi jual, tanpa memperhitungkan biaya transaksi. Apabila bid price dan ask price yang terkini tidak tersedia, maka harga transaksi terakhir yang digunakan untuk mencerminkan bukti
nilai wajar terkini, sepanjang tidak terdapat perubahan signiikan dalam perekonomian sejak terjadinya transaksi. Untuk seluruh instrumen keuangan yang tidak terdaftar pada suatu pasar aktif, maka nilai
wajar ditentukan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian meliputi teknik nilai kini net present value, perbandingan terhadap instrumen sejenis yang memiliki harga pasar yang dapat diobservasi,
model harga opsi options pricing models, dan model penilaian lainnya.
Perseroan mengklasiikasi pengukuran nilai wajar dengan menggunakan hirarki nilai wajar yang mencerminkan signiikansi input yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Hirarki nilai wajar
memiliki tingkat sebagai berikut: 1. Harga kuotasian dalam pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik Tingkat 1;
2. Input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Tingkat 1 yang dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau secara tidak langsung Tingkat 2;
3. Input untuk aset atau liabilitas yang bukan berdasarkan data yang dapat diobservasi Tingkat 3. Tingkat pada hirarki nilai wajar dimana pengukuran nilai wajar dikategorikan secara keseluruhan
ditentukan berdasarkan input tingkat terendah yang signiikan terhadap pengukuran nilai wajar secara keseluruhan. Penilaian signiikansi suatu input tertentu dalam pengukuran nilai wajar secara
keseluruhan memerlukan pertimbangan dengan memperhatikan faktor-faktor spesiik atas aset atau liabilitas tersebut.
LabaRugi Hari ke-1
Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau berbeda dengan nilai wajar yang dihitung
menggunakan teknik penilaian dimana variabelnya merupakan data yang diperoleh dari pasar yang dapat diobservasi, maka Perseroan mengakui selisih antara harga transaksi dengan nilai wajar tersebut
yakni LabaRugi hari ke-1 dalam laporan laba rugi komprehensif, kecuali jika selisih tersebut memenuhi kriteria pengakuan sebagai aset yang lain. Dalam hal tidak terdapat data yang dapat diobservasi, maka
selisih antara harga transaksi dan nilai yang ditentukan berdasarkan teknik penilaian hanya diakui dalam laporan laba rugi komprehensif apabila data tersebut menjadi dapat diobservasi atau pada saat
instrumen tersebut dihentikan pengakuannya. Untuk masing-masing transaksi, Perseroan menerapkan metode pengakuan LabaRugi Hari ke-1 yang sesuai.
16
Aset Keuangan
1. Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi meliputi aset keuangan dalam
kelompok diperdagangkan dan aset keuangan yang pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Aset keuangan diklasiikasikan dalam kelompok
dimiliki untuk diperdagangkan apabila aset keuangan tersebut diperoleh terutama untuk tujuan dijual kembali dalam waktu dekat.
Aset keuangan ditetapkan sebagai diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi pada saat pengakuan awal jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. penetapan tersebut mengeliminasi atau mengurangi secara signiikan ketidakkonsistenan pengukuran dan pengakuan yang dapat timbul dari pengukuran aset atau pengakuan
keuntungan dan kerugian karena penggunaan dasar-dasar yang berbeda; atau b. aset tersebut merupakan bagian dari kelompok aset keuangan, liabilitas keuangan, atau
keduanya, yang dikelola dan kinerjanya dievaluasi berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan manajemen risiko atau strategi investasi yang didokumentasikan; atau
c. instrumen keuangan tersebut memiliki derivatif melekat, kecuali jika derivatif melekat tersebut tidak memodiikasi secara signiikan arus kas, atau terlihat jelas dengan sedikit atau tanpa
analisis, bahwa pemisahan derivatif melekat tidak dapat dilakukan. Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dicatat pada laporan posisi
keuangan pada nilai wajarnya. Perubahan nilai wajar langsung diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Bunga yang diperoleh dicatat sebagai pendapatan bunga, sedangkan pendapatan
dividen dicatat sebagai bagian dari pendapatan lain-lain sesuai dengan persyaratan dalam kontrak, atau pada saat hak untuk memperoleh pembayaran atas dividen tersebut telah ditetapkan.
Perseroan mengklasiikasikan efek-efek berupa obligasi korporasi dalam kategori ini. 2. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang
Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Aset keuangan tersebut
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam waktu dekat dan tidak diklasiikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, investasi dimiliki hingga jatuh tempo atau
aset tersedia untuk dijual.
Setelah pengukuran awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif, dikurangi cadangan kerugian penurunan
nilai. Biaya perolehan diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif.
Amortisasi dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi komprehensif. Kerugian yang timbul akibat penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.
Perseroan mengklasiikasikan kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia, kredit yang diberikan, pendapatan bunga akrual serta aset lain-lain dalam
kategori ini.
17 3. Investasi Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
Investasi dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, dan manajemen Perseroan memiliki
intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Apabila Perseroan menjual atau mereklasiikasi investasi dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang
lebih dari jumlah yang tidak signiikan sebelum jatuh tempo, maka seluruh aset keuangan dalam kategori tersebut terkena aturan pembatasan tainting rule
dan harus direklasiikasi ke kelompok tersedia untuk dijual.
Setelah pengukuran awal, investasi ini diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif, setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai. Biaya perolehan
diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Amortisasi dicatat sebagai
bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi komprehensif. Keuntungan dan kerugian yang timbul diakui dalam laporan laba rugi komprehensif pada saat penghentian pengakuan dan
penurunan nilai dan melalui proses amortisasi menggunakan metode suku bunga efektif.
Perseroan mengklasiikasikan efek-efek dalam bentuk Sertiikat Bank Indonesia SBI dalam kategori ini.
4. Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual Aset keuangan tersedia untuk dijual merupakan aset yang ditetapkan sebagai tersedia untuk
dijual atau tidak diklasiikasikan dalam kategori instrumen keuangan yang lain. Aset keuangan ini diperoleh dan dimiliki untuk jangka waktu yang tidak ditentukan dan dapat dijual sewaktu-waktu
untuk memenuhi kebutuhan likuiditas atau karena perubahan kondisi pasar.
Setelah pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar, dengan laba atau rugi yang belum direalisasi diakui sebagai pendapatan komprehensif lain - “Laba rugi
belum direalisasi dari kenaikan penurunan nilai aset keuangan tersedia untuk dijual”, sampai aset keuangan tersebut dihentikan pengakuannya atau dianggap telah mengalami penurunan
nilai, dimana pada saat itu akumulasi laba atau rugi direklasiikasi ke komponen laba rugi dan dikeluarkan dari akun “Laba rugi belum direalisasi dari kenaikan penurunan nilai aset keuangan
tersedia untuk dijual”.
Liabilitas Keuangan
1. Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi Liabilitas keuangan diklasiikasikan dalam kategori ini apabila liabilitas tersebut merupakan hasil
dari aktivitas perdagangan atau transaksi derivatif yang tidak dimaksudkan sebagai lindung nilai, atau jika Perseroan memilih untuk menetapkan liabilitas keuangan tersebut dalam kategori ini.
Perubahan dalam nilai wajar langsung diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. 2. Liabilitas Keuangan yang Diukur Pada Biaya Perolehan Diamortisasi
Kategori ini merupakan liabilitas keuangan yang dimiliki tidak untuk diperdagangkan atau pada saat pengakuan awal tidak ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
Instrumen keuangan yang diterbitkan atau komponen dari instrumen keuangan tersebut, yang tidak diklasiikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba
rugi, diklasiikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi, jika substansi perjanjian kontraktual mengharuskan Perseroan untuk menyerahkan kas atau aset
keuangan lain kepada pemegang instrumen keuangan, atau jika liabilitas tersebut diselesaikan tidak melalui penukaran kas atau aset keuangan lain atau saham sendiri yang jumlahnya tetap atau
telah ditetapkan.
18 Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi pada pengakuan awal diukur
pada nilai wajar dan sesudah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan diamortisasi, dengan memperhitungkan dampak amortisasi atau akresi berdasarkan suku bunga efektif atas premi,
diskonto, dan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.
Saling Hapus Instrumen Keuangan
Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan jika, dan hanya jika, Perseroan saat ini memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan
saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara simultan.
Penurunan Nilai Dari Aset Keuangan
1. Aset Keuangan Aset keuangan atau bagian dari suatu aset keuangan, atau kelompok aset keuangan serupa
dihentikan pengakuannya jika: a. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir;
b. Perseroan telah mentransfer haknya untuk menerima arus kas dari aset keuangan dan i telah mentransfer secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan, atau
ii secara substansial tidak mentransfer atau tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan, namun telah mentransfer pengendalian atas aset keuangan tersebut.
Ketika Perseroan telah mentransfer hak untuk menerima arus kas dari suatu aset keuangan atau telah menjadi pihak dalam suatu kesepakatan, dan secara substansial tidak mentransfer dan tidak
memiliki seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan dan masih memiliki pengendalian atas aset tersebut, maka aset keuangan diakui sebesar keterlibatan berkelanjutan Perseroan dengan
aset keuangan tersebut. Keterlibatan berkelanjutan dalam bentuk pemberian jaminan atas aset yang ditransfer diukur berdasarkan jumlah terendah antara nilai aset yang ditransfer dengan nilai
maksimal dari pembayaran yang diterima yang mungkin harus dibayar kembali oleh Perseroan.
2. Liabilitas Keuangan Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya jika liabilitas keuangan tersebut berakhir, dibatalkan,
atau telah kadaluarsa. Jika liabilitas keuangan tertentu digantikan dengan liabilitas keuangan lain dari pemberi pinjaman yang sama namun dengan persyaratan yang berbeda secara substansial,
atau terdapat modiikasi secara substansial atas ketentuan liabilitas keuangan yang ada saat ini, maka pertukaran atau modiikasi tersebut dianggap sebagai penghentian pengakuan liabilitas
keuangan awal. Pengakuan timbulnya liabilitas keuangan baru serta selisih antara nilai tercatat liabilitas keuangan awal dengan yang baru diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.
Penurunan Nilai Dari Aset Keuangan
Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan, manajemen Perseroan menelaah apakah suatu aset keuangan atau kelompok aset keuangan telah mengalami penurunan nilai.
1. Aset keuangan pada biaya perolehan diamortisasi Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan, Perseroan mengevaluasi apakah terdapat bukti yang
obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian penurunan nilai telah
terjadi, jika dan hanya jika, terdapat bukti yang obyektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut peristiwa
yang merugikan, dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara andal.
19 Bukti obyektif bahwa aset keuangan mengalami penurunan nilai meliputi wanprestasi atau
tunggakan pembayaran oleh debitur, kesulitan keuangan, restrukturisasi kredit dengan persyaratan yang tidak mungkin diberikan Perseroan jika debitur tidak mengalami kesulitan keuangan, indikasi
debitur atau penerbit dinyatakan pailit, hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan, atau data yag dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur
atas estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan sejak pengakuan awal aset
dimaksud, meskipun penurunannya belum dapat diidentiikasi terhadap aset keuangan secara individual dalam kelompok asset tersebut, termasuk memburuknya status pembayaran pihak
peminjam dalam kelompok tersebut.
Manajemen pertama-tama menentukan apakah terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signiikan secara individual, atau secara kolektif untuk
aset keuangan yang jumlahnya tidak signiikan secara individual. Jika manajemen menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual,
baik aset keuangan tersebut signiikan atau tidak signiikan, maka aset tersebut dimasukkan ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sejenis dan menilai
penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual, dan untuk itu kerugian penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam
penilaian penurunan nilai secara kolektif.
Jika terdapat bukti obyektif bahwa rugi penurunan nilai telah terjadi, maka jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan
tidak termasuk kerugian kredit di masa depan yang belum terjadi yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset tersebut yang merupakan suku bunga efektif yang dihitung pada
saat pengakuan awal. Nilai tercatat aset tersebut langsung dikurangi dengan penurunan nilai yang terjadi atau menggunakan akun cadangan dan jumlah kerugian yang terjadi diakui dalam laporan
laba rugi komprehensif.
Perhitungan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan dengan agunan mencerminkan arus kas yang dapat dihasilkan dari pengambilalihan agunan dikurangi biaya-biaya
untuk memperoleh dan menjual agunan, terlepas apakah pengambilalihan tersebut berpeluang terjadi atau tidak.
Untuk tujuan evaluasi penurunan nilai secara kolektif, aset keuangan dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik risiko kredit seperti mempertimbangkan segmentasi kredit dan status
tunggakan. Karakteristik yang dipilih adalah relevan dengan estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset tersebut yang mengindikasikan kemampuan debitur atau rekanan untuk membayar
seluruh liabilitas yang jatuh tempo sesuai persyaratan kontrak dari aset yang dievaluasi.
Arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan yang penurunan nilainya dievaluasi secara kolektif, diestimasi berdasarkan arus kas kontraktual dan kerugian historis yang pernah dialami
atas aset-aset yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dengan karakteristik risiko kredit kelompok tersebut. Kerugian historis yang pernah dialami kemudian disesuaikan berdasarkan data
terkini yang dapat diobservasi untuk mencerminkan kondisi saat ini yang tidak berpengaruh pada periode terjadinya kerugian historis tersebut, dan untuk menghilangkan pengaruh kondisi yang ada
pada periode historis namun sudah tidak ada lagi saat ini.
Jika, pada tahun berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang karena suatu peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, maka dilakukan penyesuaian atas cadangan
kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui. Pemulihan penurunan nilai selanjutnya diakui dalam laporan laba rugi komprehensif, dengan ketentuan nilai tercatat aset setelah pemulihan
penurunan nilai tidak melampaui biaya perolehan diamortisasi pada tanggal pemulihan tersebut.
Ketika aset keuangan tidak tertagih, aset keuangan tersebut dihapus buku dengan menjurnal balik cadangan kerugian penurunan nilai. Aset keuangan tersebut dapat dihapus buku setelah semua
prosedur yang diperlukan telah dilakukan dan jumlah kerugian telah ditentukan.
20 2. Aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan
Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan tidak diukur pada nilai wajar karena nilai wajarnya
tidak dapat diukur secara andal, maka jumlah kerugian penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa depan yang
didiskontokan pada tingkat pengembalian yang berlaku di pasar untuk aset keuangan serupa.
3. Aset keuangan tersedia untuk dijual Dalam hal instrumen ekuitas dalam kelompok tersedia untuk dijual, penelaahan penurunan
nilai ditandai dengan penurunan nilai wajar dibawah biaya perolehannya yang signiikan dan berkelanjutan. Jika terdapat bukti obyektif penurunan nilai, maka kerugian penurunan nilai
kumulatif yang dihitung dari selisih antara biaya perolehan dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai yang sebelumnya telah diakui dalam komponen laba rugi, dikeluarkan
dari ekuitas dan diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Kerugian penurunan nilai tidak boleh dipulihkan melalui komponen laba rugi. Kenaikan nilai wajar setelah terjadinya penurunan nilai
diakui di ekuitas.
Dalam hal instrumen utang dalam kelompok tersedia untuk dijual, penurunan nilai ditelaah berdasarkan kriteria yang sama dengan aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan
diamortisasi. Bunga tetap diakru berdasarkan suku bunga efektif asal yang diterapkan pada nilai tercatat aset yang telah diturunkan nilainya, dan dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga
dalam laporan laba rugi komprehensif. Jika, pada tahun berikutnya, nilai wajar instrumen utang meningkat dan peningkatan nilai wajar tersebut karena suatu peristiwa yang terjadi setelah
penurunan nilai tersebut diakui, maka penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan melalui komponen laba rugi.
Aset Tetap
Aset tetap dinyatakan berdasarkan biaya perolehan, dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai, jika ada.
Biaya perolehan awal aset tetap meliputi harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan dan biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa
aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan sesuai dengan tujuan penggunaan yang ditetapkan.
Beban-beban yang timbul setelah aset tetap digunakan, seperti beban perbaikan dan pemeliharaan, dibebankan ke laporan laba rugi komprehensif pada saat terjadinya. Apabila beban-beban tersebut
menimbulkan peningkatan manfaat ekonomis di masa datang dari penggunaan aset tetap tersebut yang dapat melebihi kinerja normalnya, maka beban-beban tersebut dikapitalisasi sebagai tambahan
biaya perolehan aset tetap. Penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus straight-line method selama masa manfaat aset tetap sebagai berikut:
Tahun Perabotan dan peralatan
4 Kendaraanbermotor
4 Nilai tercatat aset tetap ditelaah kembali dan dilakukan penurunan nilai apabila terdapat peristiwa
atau perubahan kondisi tertentu yang mengindikasikan nilai tercatat tersebut tidak dapat dipulihkan sepenuhnya.
Dalam setiap inspeksi yang signiikan, biaya inspeksi diakui dalam jumlah tercatat aset tetap sebagai suatu penggantian apabila memenuhi kriteria pengakuan. Biaya inspeksi signiikan yang dikapitalisasi
tersebut diamortisasi selama periode sampai dengan saat inspeksi signiikan berikutnya.
21 Aset tetap yang dijual atau dilepaskan, dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi
penyusutan dan akumulasi penurunan nilai yang terkait dengan aset tetap tersebut. Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya derecognized pada saat dilepaskan atau tidak
ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah
neto hasil pelepasan, jika ada, dengan jumlah tercatat dari aset tetap tersebut, dan diakui dalam laporan laba rugi komprehensif pada periode terjadinya penghentian pengakuan.
Nilai residu, umur manfaat, serta metode penyusutan ditelaah setiap akhir tahun dan dilakukan penyesuaian apabila hasil telaah berbeda dengan estimasi sebelumnya.
Penurunan Nilai Aset Non-Keuangan
Pada setiap akhir periode pelaporan, Perseroan menelaah apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut atau pada saat uji tahunan penurunan nilai
aset perlu dilakukan, maka Perseroan membuat estimasi jumlah terpulihkan aset tersebut.
Jumlah terpulihkan yang ditentukan untuk aset individual adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar aset atau Unit Penghasil Kas UPK dikurangi biaya untuk menjual dengan nilai pakainya, kecuali
aset tersebut tidak menghasilkan arus kas masuk yang secara signiikan independen dari aset atau kelompok aset lain. Jika nilai tercatat aset lebih besar daripada nilai terpulihkannya, maka aset tersebut
dinyatakan mengalami penurunan nilai dan nilai tercatat aset diturunkan nilai menjadi sebesar nilai terpulihkannya. Rugi penurunan nilai dari operasi yang berkelanjutan diakui pada laporan laba rugi
komprehensif sebagai “Rugi penurunan nilai”. Dalam menghitung nilai pakai, estimasi arus kas masa depan bersih didiskontokan ke nilai kini dengan menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak yang
mencerminkan penilaian pasar kini dari nilai waktu uang dan risiko spesiik atas aset. Dalam menghitung nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, transaksi pasar kini juga diperhitungkan, jika tersedia.
Jika transaksi pasar kini tidak tersedia, Perseroan menggunakan model penilaian yang sesuai untuk menentukan nilai wajar aset. Perhitungan-perhitungan ini harus didukung oleh metode penilaian tertentu
valuation multiples atau indikator nilai wajar lain yang tersedia.
Kerugian penurunan nilai, jika ada, diakui pada laporan laba rugi komprehensif sesuai dengan kategori biaya yang konsisten dengan fungsi dari aset yang diturunkan nilainya.
Penelaahan dilakukan pada akhir setiap periode pelaporan untuk mengetahui apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai aset yang telah diakui dalam periode sebelumnya mungkin tidak ada lagi
atau mungkin telah menurun. Jika indikasi dimaksud ditemukan, maka Perseroanmengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Kerugian penurunan nilai yang diakui dalam periode sebelumnya dipulihkan
hanya jika terdapat perubahan asumsi-asumsi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan aset tersebut sejak rugi penurunan nilai terakhir diakui. Dalam hal ini, jumlah tercatat aset dinaikkan ke
jumlah terpulihkannya. Pemulihan tersebut dibatasi sehingga nilai tercatat aset tidak melebihi jumlah terpulihkannya maupun nilai tercatat, neto setelah penyusutan, seandainya tidak ada rugi penurunan
nilai yang telah diakui untuk aset tersebut pada tahun-tahun sebelumnya. Pemulihan rugi penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Setelah pemulihan tersebut, penyusutan aset tersebut
disesuaikan di periode mendatang untuk mengalokasikan nilai tercatat aset yang direvisi, dikurangi nilai sisanya, dengan dasar yang sistematis selama sisa umur manfaatnya.
22
Imbalan Kerja
1. Liabilitas imbalan kerja jangka pendek Imbalan kerja jangka pendek merupakan upah, gaji, dan iuran jaminan sosial Jamsostek. Imbalan
kerja jangka pendek diakui sebesar jumlah yang tak-terdiskonto sebagai liabilitas pada laporan posisi keuangan setelah dikurangi dengan jumlah yang telah dibayar dan sebagai beban pada
laporan laba rugi komprehensif periode berjalan.
2. Liabilitas imbalan kerja jangka panjang Liabilitas imbalan kerja jangka panjang merupakan imbalan pasca-kerja manfaat pasti yang dibentuk
tanpa pendanaan khusus dan didasarkan pada masa kerja dan jumlah penghasilan karyawan saat pensiun. Metode penilaian aktuarial yang digunakan untuk menentukan nilai kini liabilitas imbalan
pasti, beban jasa kini yang terkait, dan beban jasa lalu adalah metode Projected Unit Credit. Beban jasa kini, beban bunga, beban jasa lalu yang telah menjadi hak karyawan, dan dampak curtail
menatau penyelesaian jika ada diakui pada laporan laba rugi komprehensif periode berjalan. Beban jasa lalu yang belum menjadi hak karyawan dan keuntungan atau kerugian aktuarial yang
timbul dari penyesuaian atau perubahan asumsi aktuarial yang melebihi batas koridor atau lebih besar daripada 10 dari nilai kini imbalan pasti dibebankan atau dikreditkan ke komponen laba rugi
selama jangka waktu rata-rata sisa masa kerja karyawan, sampai imbalan tersebut menjadi hak karyawan vested.
C. ANALISIS KEUANGAN Analisis Laporan Laba Rugi Komprehensif
Pertumbuhan Pendapatan, Pendapatan Operasional Lainnya dan Laba Bersih untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni dan 2012 dan
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010 dalam jutaan Rupiah
25.545
2.399 1.1
30-Jun-13 Pendapa
27.873 9.757
140 8.
30-Jun-12 tan Bunga Bersih
55.839
920 1
2012 Pendapat
41.486
7.977 3.128
2011 tan Operasional
47.732
6.008 2010
Laba Bersih 6.769
h 15.533
4 2.340
Tabel berikut menunjukkan jumlah pendapatan bunga bersih, pendapatan operasional dan laba bersih Perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2012 dan untuk
tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
dalam jutaan rupiah
Keterangan 30 Juni 6 bulan
31 Desember 12 bulan 2013
∆ 2012
2012 ∆
2011 ∆
2010
Pendapatan bunga – bersih 25.545
8 27.873
55.839 35
41.486 13
47.732 Pendapatan operasional lainnya
2.399 75
9.757 15.533
95 7.977
33 6.008
Beban operasional lainnya 25.881
1 25.560
53.460 17
45.872 3
44.361 Laba sebelum pajak
2.063 83
12.070 17.912
399 3.591
62 9.379
Beban pajak
923 71
3.150 4.784
282 1.251
52 2.610
Laba bersih 1.140
87 8.920
13.128 461
2.340 65
6.769
23
dalam jutaan Rupiah
Keterangan 30 Juni 6 bulan
31 Desember 12 bulan 2013
∆ 2012
2012 ∆
2011 ∆
2010 Pendapatan Bunga
Kredit yang diberikan 61.183
15 73.072
142.513 46
97.811 13
86.695 Penempatan pada bank Indonesia dan
bank lain 3.784
139 1.581
5.187 41
8.754 54
5.679 Efek-efek
3.496 100
1.744 4.034
41 6.869
13 7.925
Giro pada Bank Indonesia dan bank lain 306
6 327
616 28
482 653
64
Jumlah Pendapatan Bunga 69.399
10 76.724
152.350 34
113.916 14
100.363 Beban Bunga
Simpanan 41.788
8 45.555
89.455 21
69.557 38
50.554 Simpanan dari bank lain
830 51
1.678 3.981
241 1.168
66 702
Premi penjaminan Pemerintah 1.236
24 1.618
3.075 80
1.705 24
1.375
Jumlah Beban Bunga 43.854
10 48.851
96.511 33
72.430 38
52.631 Pendapatan Bunga - Bersih
25.545 8
27.873 55.839
35 41.486
13 47.732
Pendapatan Bunga Pendapatan bunga Perseroan yang diperoleh dari kegiatan penempatan dana masyarakat dalam
bentuk penyaluran kredit, efek-efek yang dimiliki, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, serta giro pada Bank Indonesia dan bank lain.
Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dibandingkan dengan periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2012
Seiring dengan penurunan saldo kredit yang diberikan, pendapatan bunga Perseroan menurun sebesar Rp7.325 juta atau 10 dari periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2012 yang sebesar Rp76.724
juta menjadi Rp69.399 juta pada periode yang sama tahun 2013, karena ada pelunasan kredit back to back yang cukup besar pada periode yang sama tahun 2013. Pendapatan bunga yang diperoleh dari
portofolio kredit merupakan porsi terbesar dari jumlah pendapatan bunga, yaitu sebanyak Rp61.813 juta atau 89 terhadap jumlah pendapatan bunga untuk periode enam bulan yang berakhir 30 Juni
2013 yang sebelumnya sebanyak Rp73.072 juta atau 95 terhadap jumlah pendapatan bunga pada periode yang sama pada tahun tahun 2012.
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011
Seiring meningkatnya pertumbuhan volume bisnis, pendapatan bunga Perseroan meningkat sebesar Rp38.434 juta atau 39 dari tahun 2011 yang sebesar Rp113.673 juta menjadi Rp152.350 juta pada
tahun 2012. Pendapatan bunga yang diperoleh dari portofolio kredit merupakan porsi terbesar dari jumlah pendapatan bunga, yaitu sebanyak Rp142.513 juta atau 94 terhadap jumlah pendapatan bunga
pada tahum 2012 yang sebelumnya sebanyak Rp97.811 juta atau 86 terhadap jumlah pendapatan bunga pada tahun 2011. Pertumbuhan bisnis yang cukup stabil di tahun 2012 membuat Perseroan
dapat memperoleh pendapatan bunga yang lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010
Pendapatan bunga Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp113.916 juta. Pendapatan bunga Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2011 mengalami peningkatan sebesar Rp13.553 juta atau 14 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010. Peningkatan tersebut terutama disebabkan
oleh kenaikan pendapatan bunga dari kredit yang diberikan menjadi Rp97.811 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dari Rp86.695 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2010 atau naik sebesar 13.
24 Beban Bunga
Beban bunga terdiri dari beban bunga deposito, giro dan tabungan yang berasal dari simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain serta premi penjaminan Pemerintah.
Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dibandingkan dengan periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2012
Beban bunga Perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 mengalami penurunan sebesar 10 atau sebesar Rp4.997 juta menjadi Rp43.854 juta untuk periode enam bulan yang berakhir
30 Juni 2013 dari Rp48.851 juta untuk periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2012. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan beban bunga deposito sebesar Rp5.005 juta atau 11
dari sebesar Rp44.481 juta untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2012 menjadi Rp39.476 juta untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013. Penurunan beban
bunga deposito per 30 Juni 2013 berkaitan dengan lunasnya kredit back to back pada periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2012.
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011
Beban bunga Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 mengalami peningkatan sebesar 26 atau sebesar Rp24.081 juta menjadi Rp96.511 juta untuk tahun yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dari Rp72.430 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan beban bunga deposito
sebesar Rp22.623 juta atau 35 dari sebesar Rp65.621 juta pada tahun 2011 menjadi Rp87.884 juta pada tahun 2012.
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010
Beban bunga Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 mengalami peningkatan sebesar 38 atau sebesar Rp19.799 juta menjadi Rp72.430 juta untuk tahun yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dari Rp52.631 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan beban bunga deposito
sebesar Rp19.399 juta atau 42 dari sebesar Rp45.862 juta pada tahun 2010 menjadi Rp65.621 juta pada tahun 2011.
Pendapatan Bunga Bersih Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dibandingkan dengan periode
enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2012 Pendapatan bunga bersih untuk periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 mengalami penurunan
sebesar Rp2.328 juta atau sebesar 8 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012. Penurunan pendapatan bunga bersih disebabkan oleh penurunan pendapatan bunga dari kredit yang
diberikan sebesar Rp11.259 juta atau 15 dari Rp73.072 juta untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2012 menjadi Rp61.813 juta untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal
30 Juni 2013. Rasio LDR yang rata-rata berkisar 75 membuat pendapatan bunga bersih Perseroan lebih rendah dibandingkan periode 30 Juni 2012.
25 Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2011 Pendapatan bunga bersih pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp14.353 juta atau 35 jika
dibandingkan dengan tahun 2011. Kenaikan pendapatan bunga bersih disebabkan kenaikan pendapatan bunga kredit yang diberikan sebesar Rp44.702 juta atau sebesar 46 dari Rp97.811 juta pada tahun
2011 menjadi Rp142.513 juta. Disamping itu, terdapat kenaikan beban deposito sebesar Rp22.623 juta dari Rp65.261 juta pada tahun 2011 menjadi Rp87.884 juta pada tahun 2012. Pemanfaatan kredit dan
dana yang optimal menyebabkan Perseroan dapat memperoleh pendapatan bunga bersih yang lebih optimal.
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010
Pendapatan bunga bersih pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar Rp6.246 juta atau sebesar 13 jika dibandingkan dengan tahun 2010. Penurunan pendapatan bunga bersih tersebut terutama
disebabkan kenaikan beban bunga simpanan sebesar Rp19.399 juta dari Rp45.862 juta pada tahun 2010 menjadi Rp65.261 juta pada tahun 2011 yang lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan
bunga kredit sebesar Rp11.116 juta dari dari Rp86.695 juta pada tahun 2010 menjadi Rp97.811 juta pada tahun 2011. Setelah Perseroan melakukan konsolidasi internal pada periode enam bulan pada
tahun 2011 untuk memperbaiki beberapa kualitas kredit yang memburuk, barulah mulai semester II2011 Perseroan meningkatkan penyaluran kreditnya. Sementara itu, pendanaan Perseroan terus mengalami
peningkatan sejak periode enam bulan pada tahun 2011, Pemanfaatan dana yang yang belum bisa disalurkan di kredit, hanya bisa dimanfaatkan di aktiva produktif lain yang mempunyai tidak mempunyai
return tidak setinggi kredit. Akibatnya pendapatan bunga bersih bank menurun.
Pendapatan Operasional Lainnya Tabel berikut menunjukkan komposisi pendapatan dan beban operasional lainnya Perseroan untuk
periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2012 dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
dalam jutaan Rupiah
Keterangan 30 Juni 6 bulan
31 Desember 12 bulan 2013
∆ 2012
2012 ∆
2011 ∆
2010 ∆
Pendapatan administrasi 743
100 -
2.132 5
2.237 76
1.275 Pemulihan cadangan kerugian
penurunan nilai aset produktif dan non produktif
569 90
5.729 6.138
100 -
- -
Provisi dan komisi lainnya 697
283 182
1.462 6
1.560 2
1.530 Keuntungan dari realisasi
penjualan efek-efek -bersih 80
93 1.156
5.042 624
696 69
2.241 Keuntungan penjualan aset tetap
61 1.933
3 9
99 1.030
174 376
Selisih kurs -
100 33
83 108
40 2
41 Laba dari kenaikan nilai wajar efek
yang diperdagangkan - bersih -
100 19
- -
- -
- Laba penjualan agunan yang
diambil alih -
- -
- 100
1.844 100
- Pendapatan lain-lain
249 91
2.635 667
17 570
5 545
Jumlah Pendapatan Operasional Lainnya
2.399 75
9.757 15.533
95 7.977
33 6.008
26 Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dibandingkan dengan periode
enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2012 Pendapatan operasional lainnya yang dihasilkan Perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir
30 Juni 2013 mencapai Rp2.399 juta, turun sebesar Rp7.358 juta atau sebesar 75 dibandingkan dengan periode enam bulan yang yang berakhir 30 Juni 2012 sebesar Rp9.757 juta. Penurunan
pendapatan yang cukup signiikan semata-mata adanya pendapatan dari pemulihan cadangan kerugian penurunan nilai aset produktif dan non produktif periode Januari-Juni 2013 sebesar Rp5.729
juta karena pemberlakuan CKPN per awal tahun 2012 dibandingkan periode Januari-Juni 2013 yang hanya Rp569 juta atau penurunan sebesar Rp5.160 juta dan disisi lain diperolehnya keuntungan
keuntungan dari realisasi penjualan efek-efek – bersih sebesar Rp1.156 juta pada periode Januari- Juni 2012 dibandingkan 2 dibandingkan periode Januari-Juni 2013 sebesar Rp80 juta atau penurunan
sebesar Rp1.070 juta.
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011
Pendapatan operasional lainnya yang dihasilkan Perseroan pada tahun 2012 mencapai Rp15.533 juta, naik sebesar Rp7.556 juta atau sebesar 95 dibandingkan dengan perolehan pada tahun 2011
sebesar Rp7.977 juta. Kenaikan pendapatan operasional tersebut disebabkan oleh adanya pemulihan cadangan kerugian penurunan nilai aset produktif dan non produktif sebesar Rp6.138 juta dan kenaikan
keuntungan dari realisasi penjualan efek-efek - bersih sebesar Rp4.346 juta, namun dilain pihak terjadi penurunan laba penjualan agunan yang diambil alih sebesar Rp1.844 juta.
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010
Pendapatan operasional lainnya yang dihasilkan Perseroan meningkat sebesar Rp1.969 juta atau 33 dari sebelumnya sebesar Rp6.008 juta pada tahun 2010 menjadi Rp7.977 juta pada tahun 2011.
Kenaikan ini utamanya disebabkan oleh perolehan laba penjualan agunan yang diambil alih sebesar Rp1.844 juta serta kenaikan pendapatan administrasi dan keuntungan penjualan aset tetap masing-
masing sebesar Rp962 juta dan Rp654 juta. Namun, dilain pihak terdapat penurunan keuntungan dari realisasi penjualan efek-efek – bersih sebesar Rp1.545 juta.
Beban Operasional Lainnya
dalam jutaan Rupiah
Keterangan 30 Juni 6 bulan
31 Desember 12 bulan 2013
∆ 2012
2012 ∆
2011 ∆
2010
Karyawan 10.596
6 10.027
19.034 2
18.702 4
17.955 Umum dan administrasi
14.665 10
13.291 26.524
14 23.287
2 22.849
Rugi dari penurunan nilai wajar efek yang diperdagangkan – bersih
287 56
649 4.213
100 -
- -
Rugi penjualan agunan yang diambil alih 77
95 1.586
2.218 100
- -
- Cadangan kerugian penurunan nilai aset
produktif dan non produktif -
- -
- 100
3.230 7
3.484 Selisih kurs
35 100
- -
- -
- -
Beban lainnya 221
3.057 7
1.471 125
653 795
73
Jumlah Beban Operasional Lainnya 25.881
1 25.560
53.460 17
45.872 3
44.361
Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dibandingkan dengan periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2012
Beban operasional lainnya pada periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 mencapai Rp25.881 juta, meningkat sebesar Rp321 juta atau sebesar 1 dibandingkan dengan periode enam bulan yang
berakhir 30 Juni 2012 sebesar Rp25.560 juta. Peningkatan ini terutama disebabkan peningkatan beban karyawan dan beban umum dan administrasi masing-masing sebesar Rp569 juta dan Rp1.374 juta,
namun dilain pihak terjadi penurunan pada rugi penjualan agunan yang diambil alih sebesar Rp1.509 juta.
27 Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2011 Beban operasional lainnya pada tahun 2012 mencapai Rp53.460 juta, naik sebesar Rp7.588 juta
atau sebesar 17 dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar Rp45.872 juta. Peningkatan ini terutama disebabkan peningkatan beban umum dan administrasi, rugi penurunan nilai wajar efek yang
diperdagangkan – bersih dan rugi penjualan agunan yang diambil alih masing-masing sebesar Rp3.237 juta, Rp4.213 juta dan Rp2.218 juta, namun dilain pihak terjadi penurunan pada cadangan kerugian
penurunan nilai aset produktif dan non produktif sebesar Rp3.230 juta.
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010
Beban operasional lainnya pada tahun 2011 mencapai Rp45.665 juta, naik sebesar Rp1.511 juta atau sebesar 3 dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar Rp44.361 juta. Peningkatan ini terutama
disebabkan peningkatan beban karyawan dan beban umum dan administrasi masing-masing sebesar Rp747 juta dan Rp438 juta.
Laba Bersih Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dibandingkan dengan periode
enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2012 Perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp1.140 juta untuk periode enam bulan yang berakhir
30 Juni 2013, menurun sebesar Rp7.780 juta atau sebesar 87,2 dibandingkan periode yang sama pada tahun 2012 yang sebesar Rp8.920 juta. Penurunan laba bersih tersebut terutama faktor non bisnis
yaitu penurunan pemulihan cadangan kerugian penurunan nilai aset produktif dan non produktif sebesar Rp5.160 juta karena adanya kebijakan pemberlakuan CKPN pada awal tahun 2012 leh regulator,
sedangkan penurunan faktor bisnis relative kecil yaitu penurunan pendapatan bunga bersih sebesar Rp2.328 juta serta alasan kenaikan beban umum dan administrasi sebesar Rp1.287 juta.
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011
Perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp13.128 juta pada tahun 2012, atau meningkat sebesar Rp10.788 juta atau sebesar 461 dibandingkan dengan laba bersih tahun 2011 sebesar Rp2.340 juta.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar Rp14.353 juta dan pemulihan cadangan kerugian penurunan nilai aset produktif dan non produktif sebesar Rp6.138
juta, Namun dilain pihak terdapat peningkatan beban operasional lainnya berupa beban umum dan administrasi dan rugi penurunan nilai wajar efek yang diperdagangkan - bersih masing-masing sebesar
Rp3.237 juta dan Rp4.213 juta, serta peningkatan beban pajak sebesar Rp3.533 juta.
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010
Perseroan pada tahun buku 2011 membukukan laba bersih sebesar Rp2.340 juta, atau menurun sebesar 65 dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencatat laba bersih sebesar Rp6.769 juta.
Perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp2.340 juta pada tahun 2011, atau menurun sebesar Rp4.429 juta atau sebesar 65 dibandingkan dengan laba bersih tahun 2010 sebesar Rp6.769 juta.
Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan pendapatan bunga bersih sebesar Rp6.246 juta, namun dilain pihak terdapat perolehan laba penjualan agunan diambil alih sebesar Rp1.844 juta.
28
Analisis Pertumbuhan Aset, Liabilitas dan Ekuitas
Pertumbuhan Aset, Liabilitas, dan Ekuitas untuk periode 6 bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2012, 2011 dan 2010 dalam jutaan Rupiah
1.400.991
30-Ju 1
1.512.2
n-13 Aset
205 1.44
133.975 2012
Liabilitas 44.748
9 1.323.838
120.904 2011
Ek 948.787
830.629
2010 kuitas
1.238 8.280
1.3 378.230
118.158 162.771
Tabel berikut menunjukkan posisi aset, liabilitas dan ekuitas Perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2012, 2011 dan 2010.
dalam jutaan rupiah
Keterangan 30 Juni
31 Desember 2013
∆ 2012
∆ 2011
∆ 2010
∆
Aset 1.400.991
7 1.512.205
5 1.444.742
52 948.787
12 Liabilitas
1.238.280 10
1.378.230 4
1.323.838 59
830.629 13
Ekuitas 162.771
21 133.975
11 120.904
2 118.158
6
Aset Tabel berikut menunjukkan rincian posisi aset Perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada
tanggal 30 Juni 2013 dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
dalam jutaan Rupiah
Keterangan 30 Juni
31 Desember 2013
∆ 2012
∆ 2011
∆ 2010
∆
Kas 13.009
12 14.745
36 10.836
16 9.366
39 Giro pada Bank Indonesia
96.123 8
104.301 1
103.372 66
62.336 89
Giro pada bank lain - bersih 61
9 66
76 271
28 376
445 Penempatan pada Bank Indonesia
215.974 5
227.943 139
95.288 31
137.856 162
Efek-efek – bersih 117.122
77 66.244
25 88.511
18 108.398
30 Kredit yang diberikan - bersih
938.855 13
1.081.713 3
1.117.259 89
592.074 2
Pendapatan bunga masih harus diterima 5.789
4 5.583
12 4.994
37 3.640
2 Biaya dibayar dimuka
7.939 42
5.597 13
6.460 2
6.341 7
Aset tetap - bersih 2.707
25 3.632
30 5.162
26 6.944
59 Agunan yang diambil alih - bersih
- 100
78 99
8.907 44
15.771 1.021
Aset pajak tangguhan 548
33 412
9 378
21 313
9 Aset lain-lain - bersih
2.864 51
1.891 43
3.304 38
5.372 97
Jumlah Aset 1.400.991
7 1.512.205
5 1.444.742
52 948.787
12
29 Per tanggal 30 Juni 2013 dibandingkan dengan per tanggal 31 Desember 2012
Jumlah aset Perseroan pada tanggal 30 Juni 2013 adalah sebesar Rp1.400.991 juta, mengalami penurunan sebesar Rp111.214 juta atau sebesar 7 dibandingkan dengan jumlah aset Perseroan pada
tanggal 31 Desember 2012 sebesar Rp1.512.205 juta. Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan atas kredit yang diberikan dan penempatan pada Bank Indonesia masing-masing sebesar Rp142.858
juta dan Rp11.969 juta, namun dilain pihak terdapat peningkatan atas efek-efek sebesar Rp50.878 juta. Penurunan kredit diberikan terutama berasal dari penurunan kredit modal kerja sebesar Rp199.528
juta. Sedangkan kenaikan efek-efek terutama berasal dari peningkatan obligasi Pemerintah sebesar Rp17.900 juta dan obligasi korporasi sebesar Rp23.040 juta. Penempatan pada efek-efek terutama
untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas sementara yang belum tersalurkan di kredit.
Per tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan per tanggal 31 Desember 2011 Jumlah asset Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp1.512.205 juta,
mengalami peningkatan sebesar Rp67.463 juta atau sebesar 5 dibandingkan dengan jumlah aset Perseroan pada tanggal 31 Desember 2011 sebesar Rp1.444.742 juta. Hal ini terutama disebabkan
oleh peningkatan atas penempatan pada Bank Indonesia sebesar Rp132.655 juta dalam bentuk Fine Tune Kontraksi sebesar Rp190.000 juta, Perseroan meningkatkan penempatan pada Bank Indonesia
karena penempatan pada Bank Indonesia merupakan investasi jangka pendek dengan jatuh tempo kurang dari satu bulan yang memungkinkan Perseroan untuk menjaga likuiditas dengan tetap
memperhatikan Loan to deposit ratio LDR. Kenaikan penempatan pada Bank Indonesia tidak serta merta meningkatkan jumlah pendapatan dari penempatan pada Bank Indonesia, hal ini disebabkan
oleh penempatan pada Bank Indonesia memiliki jangka waktu yang sangat pendek yaitu kurang dari 1 bulan. Jumlah yang terdapat dalam laporan posisi keuangan merupakan jumlah penempatan pada
Bank Indonesia yang belum jatuh tempo namun tidak mencerminkan intensitas Perseroan melakukan penempatan pada Bank Indonesia. Selama tahun 2011, Perseroan memilik jumlah pendapatan yang
lebih tinggi dari penempatan pada Bank Indonesia ini karena memiliki intensitas yang tinggi dalam penempatan pada Bank Indonesia jika dibandingkan dengan tahun 2012. Namun dilain pihak terdapat
penurunan atas kredit yang diberikan dan efek-efek masing-masing sebesar Rp35.546 juta dan Rp22.267 juta. Penurunan kredit diberikan terutama berasal dari penurunan kredit modal kerja sebesar Rp54.243
juta. Sedangkan penurunan efek-efek terutama berasal dari penurunan Sertiikat Bank Indonesia SBI sebesar Rp29.122 juta.
Per tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan per tanggal 31 Desember 2010 Jumlah aset Perseroan pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp1.444.742 juta,
mengalami peningkatan sebesar Rp495.955 juta atau sebesar 52 dibandingkan dengan jumlah aset Perseroan pada tanggal 31 Desember 2010 sebesar Rp948.787 juta. Hal ini terutama disebabkan
oleh peningkatan atas kredit yang diberikan sebesar Rp525.185 juta dalam bentuk semua jenis kredit Perseroan. Peningkatan kredit dilakukan untuk meningkatkan rentabilitas Perseroan, dimana pemberian
kredit kepada Multiinance dengan sistem chanelling yang merupakan core competence Perseroan ditingkatkan.Selama tahun 2011, Perseroan meningkatkan penyaluran kredit yang diberikan yang
bersumber dari kenaikan simpanan. Peningkatan kredit yang diberikan dilakukan pada seluruh jenis kredit Perseroan. Peningkatan kredit yang diberikan mengakibatkan peningkatan pendapatan bunga
dari kredit yang diberikan selama tahun 2011. Namun dilain pihak terdapat penurunan atas penempatan pada Bank Indonesia dalam bentuk deposit facility.
30 Kredit yang diberikan
Pertumbuhan Kredit untuk periode 6 bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010 dalam jutaan Rupiah
3 938.855
30-Jun-13 1.081.713
2012 1.117.259
2011 592.074
2010
Tabel berikut menunjukkan komposisi pertumbuhan kredit Perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2012, 2011 dan 2010.
dalam jutaan Rupiah
Keterangan 30 Juni
31 Desember 2013
∆ 2012
∆ 2011
∆ 2010
∆
Konsumsi 484.048
43 338.084
5 357.301
59 224.752 28
Modal kerja 311.359
39 510.887
10 565.130
86 304.027
39 Investasi
144.394 38
234.580 15
204.581 194
69.618 18
Jumlah 939.801
13 1.083.551
4 1.127.012
88 598.397
2 Cadangan kerugian penurunan nilai
946 49
1.838 81
9.753 54
6.323 7
Jumlah Kredit yang diberikan – bersih 938.855
13 1.081.713
3 1.117.259
89 592.074
2
Kredit – bersih yang per 30 Juni 2013 sebesar Rp938.855 juta menurun sebesar Rp142.858 juta atau 13 dibandingkan dengan Rp1.081.713 juta per 31 Desember 2012 karena penurunan kredit modal
kerja sebesar Rp199.528 juta.
Kredit – bersih per 31 Desember 2012 sebesar Rp1.081.713 juta, menurun sebesar Rp35.546 juta atau 3 dibandingkan dengan Rp1.117.259 juta per 31 Desember 2011 karena penurunan kredit modal
kerja sebesar Rp54.243 juta. Terdapat beberapa pelunasan atas kredit yang diberikan kepada pihak berelasi dalam bentuk kredit dengan jaminan tunai selama tahun 2012 dan semester I tahun 2013.
Hal ini sesuai dengan kebijakan Perseroan yang berusaha menurunkan ketergantungan kepada pihak berelasi. Namun demikian, Perseroan berhasil meningkatkan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga
yang dapat dilihat dari kenaikan jumlah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga pada tanggal 30 Juni 2013, 31 Desember 2012, 2011 dan 2010 masing-masing sebesar Rp902.496 juta, Rp856.636 juta,
Rp734.094 juta dan Rp436.068 juta.
Kredit – bersih per 31 Desember 2011 sebesar Rp1.117.259 juta, meningkat sebesar Rp525.185 juta atau 89 dibandingkan dengan Rp592.074 juta per 31 Desember 2010 karena Perseroan melakukan
ekspansi pada semua jenis kredit di tahun 2011. Setelah Perseroan melakukan konsolidasi di internal, Perseroan mulai meningkatkan penyaluran kredit di semester II2011. Penyaluran kredit dilakukan
melalui wholesale banking, yaitu bekerja sama dengan perusahaan Multiinance untuk memberikan kredit secara chanelling yang merupakan core competence Perseroan.
Liabilitas Tabel berikut menunjukkan rincian posisi liabilitas Perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir
pada tanggal 30 Juni 2013 dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
31
dalam jutaan Rupiah
Keterangan 30 Juni
31 Desember 2013
∆ 2012
∆ 2011
∆ 2010
∆
Liabilitas segera 7.067
991 648
18 550
16 474
1 Simpanan
1.206.307 9
1.327.811 4
1.281.927 58
811.443 12
Simpanan dari bank lain 17.289
58 40.716
20 33.804 147
13.704 147
Utang pajak 1.625
53 3.464
53 2.258
79 1.264
54 Beban bunga akrual
3.687 5
3.865 4
3.729 47
2.542 27
Imbalan kerja jangka panjang 559
258 156
87 1.245
85 673
4 Liabilitas lain-lain
1.746 11
1.570 383
325 39
529 49
Jumlah Liabilitas 1.238.280
10 1.378.230
4 1.323.838
59 830.629
13
Per tanggal 30 Juni 2013 dibandingkan dengan per tanggal 31 Desember 2012 Jumlah liabilitas Perseroan pada tanggal 30 Juni 2013 adalah sebesar Rp1.238.280 juta, mengalami
penurunan sebesar Rp139.950 juta atau sebesar 10 dibandingkan dengan jumlah liabilitas Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 sebesar Rp1.378.230 juta. Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan
atas simpanan dan simpanan dari bank lain masing-masing sebesar Rp121.504 juta dan Rp23.427 juta. Namun demikian terjadi kenaikan pada liabilitas segera sebesar Rp6.419 juta atau 990,59 dari
sebesar Rp648 juta pada tanggal 31 Desember 2012 menjadi Rp7.067 juta pada tanggal 30 Juni 2013. Penyebab utama kenaikan liabilitas segera adalah peningkatan saldo kiriman uang sebesar Rp5.679
juta dari Rp103 juta pada tanggal 31 Desember 2012 menjadi Rp5.782 juta pada tanggal 30 Juni 2013. Kiriman uang merupakan transaksi harian bank yang berhubungan dengan transfer dan kliring dana
nasabah. Pada tanggal 30 Juni 2013, terjadi peningkatan transaksi transfer dan kliring dana antar bank. Transaksi harian merupakan salah satu pendapatan yang diperoleh Perseroan. Simpanan bank
lain menurun karena kebijakan manajemen untuk tidak menggunakan simpanan ini sebagai sumber dana tetap, kecuali untuk ansipasi kebutuhan likuiditas Perseroan. Perseroan lebih meningkatkan
penghimpunan simpanan dari masyarakat sebagai sumber dana yang relatif stabil.
Per tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan per tanggal 31 Desember 2011 Jumlah liabilitas Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp1.378.230 juta,
mengalami kenaikan sebesar Rp54.392 juta atau sebesar 4 dibandingkan dengan jumlah liabilitas Perseroan pada tanggal 31 Desember 2011 sebesar Rp1.323.838 juta. Hal ini terutama disebabkan
oleh kenaikan atas simpanan dan simpanan dari bank lain masing-masing sebesar Rp45.884 juta dan Rp6.912 juta. Pertumbuhan usaha melalui penyaluran kredit yang meningkat membuat Perseroan
juga harus meningkatkan penghimpunan dana simpanannya. Melihat pertumbuhan kredit yang cukup tinggi selama tahun 2012, Perseroan meningkatkan juga penghimpunan simpanan dari bank lain untuk
menjaga likuiditas.
Per tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan per tanggal 31 Desember 2010 Jumlah liabilitas Perseroan pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp1.323.838 juta, mengalami
kenaikan sebesar Rp493.209 juta atau sebesar 59 dibandingkan dengan jumlah liabilitas Perseroan pada tanggal 31 Desember 2010 sebesar Rp830.629 juta. Hal ini terutama disebabkan oleh kenaikan
atas simpanan dan simpanan dari bank lain masing-masing sebesar Rp470.484 juta dan Rp20.100 juta. Ekspansi kredit yang meningkat membuat Perseroan harus meningkatkan penghimpunan dananya
Liabilitas Perseroan terpengaruh oleh tingkat suku bunga dan perubahannya. Apabila tingkat suku bunga pinjaman berubah, maka Perseroan mengikuti perubahan tersebut dengan cara mengenakan
suku bunga mengambang hampir disemua produk pendanaan dan kredit.
Simpanan Tabel berikut menunjukkan komposisi simpanan Perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir
pada tanggal 30 Juni 2013 dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
32
dalam jutaan Rupiah
Keterangan 30 Juni
31 Desember 2013
∆ 2012
∆ 2011
∆ 2010
∆
Giro 56.037
2 56.994
19 70.013
78 39.441
48 Tabungan
142.101 9
129.784 4
124.816 26
99.052 22
Deposito 1.008.169
12 1.141.033
5 1.087.098
62 672.950
19
Jumlah Simpanan 1.206.307
9 1.327.811
4 1.281.927
58 811.443
12
Simpanan yang per 30 Juni 2013 sebesar Rp1.206.307 juta menurun sebesar Rp121.504 juta atau 9 dibandingkan dengan Rp1.327.811 juta per 31 Desember 2012 karena penurunan deposito sebesar
Rp132.864 juta.
Simpanan per 31 Desember 2012 sebesar Rp1.081.713 juta, meningkat sebesar Rp45.884 juta atau 4 dibandingkan dengan Rp1.281.927 juta per 31 Desember 2011 karena peningkatan deposito sebesar
Rp53.935 juta.
Simpanan per 31 Desember 2011 sebesar Rp1.281.927 juta, meningkat sebesar Rp470.484 juta atau 58 dibandingkan dengan Rp811.443 juta per 31 Desember 2010 karena peningkatan deposito
sebesar Rp414.148 juta. Beban Bunga Akrual
Tabel berikut menunjukkan rincian jumlah beban akrual Perseroan pada tanggal 30 Juni 2013, 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
Keterangan 30 Juni
31 Desember 2013
2012 2011
2010
Deposito Berjangka 3.631
3.732 3.659
2.326 Deposito - simpanan dari bank lain
42 118
69 40
Giro KMK 14
15 1
176
Jumlah 3.687
3.865 3.729
2.542
Ekuitas Tabel berikut menunjukkan rincian posisi ekuitas Perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir
pada tanggal 30 Juni 2013 dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
dalam jutaan Rupiah
Keterangan 30 Juni
31 Desember 2013
∆ 2012
∆ 2011
∆ 2010
∆
Modal disetor 128.000
- 128.000
-
128.000
-
128.000 -
Uang muka setoran modal 30.000
100 -
- -
- -
- Laba rugi yang belum direalisasi atas
kenaikan penurunan nilai wajar efek tersedia untuk dijual
2.423 12.653
19 150
38 110
368 100
Saldo laba akumulasi kerugian Ditentukan penggunaan
2.735 42
1.920
-
1.920
-
1.920 -
Tidak ditentukan penggunaannya 4.399
8 4.074
145 9.054
21 11.394
37
Jumlah Ekuitas
162.711 21
133.975 11
120.904 2
118.158 6
Per tanggal 30 Juni 2013 dibandingkan dengan per tanggal 31 Desember 2012 Ekuitas Perseroan pada tanggal 30 Juni 2013 adalah sebesar Rp162.711 juta, mengalami peningkatan
sebesar Rp28.736 juta atau sebesar 21 dibandingkan dengan ekuitas Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 sebesar Rp133.975 juta. Hal ini terutama disebabkan oleh uang muka setoran
modal sebesar Rp30.000 juta dan perolehan laba bersih untuk periode 6 enam bulan yang berakhir 30 Juni 2012 sebesar Rp415 juta. Di akhir bulan Juni, Perseroan juga mencatatkan unrealized loss dari
pemilikan efek-efek dalam kategori available for sale, meski nilainya masih relative kecil dibandingkan total modal Perseroan.
33 Per tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan per tanggal 31 Desember 2011
Ekuitas Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp133,975 juta, mengalami peningkatan sebesar Rp13.071 juta atau sebesar 11 dibandingkan dengan ekuitas Perseroan pada
tanggal 31 Desember 2011 sebesar Rp120.904 juta. Hal ini terutama disebabkan oleh perolehan laba bersih untuk tahun 2012 sebesar Rp13.128 juta. Pada akhir tahun 2012, perolehan laba bersih sudah
dapat menutupi akumulasi rugi Perseroan dari tahun-tahun sebelumnya.
Per tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan per tanggal 31 Desember 2010 Ekuitas Perseroan pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp120.904 juta, mengalami
peningkatan sebesar Rp2.746 juta atau sebesar 52 dibandingkan dengan ekuitas Perseroan pada tanggal 31 Desember 2010 sebesar Rp118.158 juta. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh
perolehan laba bersih untuk tahun 2011 sebesar Rp2.340 juta.
Analisis Laporan Arus Kas
Tabel berikut menunjukkan arus kas Perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan 2012 dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011
dan 2010.
dalam jutaan Rupiah
Keterangan 30 Juni
31 Desember 2013
∆ 2012
2012 ∆
2011 ∆
2010
Kas bersih diperoleh dari digunakan untuk aktivitas operasi
51.754 110.015
47 138.330 35.298
393 100
121.792 Kas bersih diperoleh dari digunakan
untuk aktivitas invetasi 100
78 447
1.044 562
226 105
4.253 Kas bersih diperoleh dari digunakan
untuk aktivitas pendanaan 30.000
100 -
- -
- -
-
Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 Pada periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013, arus kas bersih yang digunakan dalam kegiatan
operasional sebesar Rp51.754 juta yang utamanya berasal dari penurunan dana pihak ketiga berupa simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain sebesar Rp121.504 juta dan Rp23.425 juta, penurunan
kredit yang diberikan sebesar Rp143.080 juta, serta pembayaran beban bunga sebesar Rp44.113 juta. Namun dilain pihak terdapat peningkatan efek-efek sebesar Rp53.217 juta dan penerimaan bunga
sebesar Rp69.193 juta.
Untuk periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013, arus kas untuk aktivitas investasi digunakan untuk pembelian dan penjualan aset tetap.
Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan untuk periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 merupakan modal disetor lainnya sebesar Rp30.000 juta.
Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2012 Pada periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2012, arus kas bersih yang digunakan untuk kegiatan
operasional sebesar Rp47 juta yang utamanya berasal dari pembayaran bunga kepada nasabah sebesar Rp46.544 juta, pemberian kredit yang diberikan Rp87.736 juta serta penurunan simpanan
dana pihak ketiga sebesar Rp15.873 juta. Namun dilain pihak, terdapat peningkatan simpanan dari bank lain sebesar Rp46.666 juta.
Untuk periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2012, arus kas untuk aktivitas investasi digunakan untuk pembelian dan penjualan aset tetap.
34 Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar Rp138.330 juta, terutama berasal dari penerimaan bunga sebesar Rp151.175
juta dan penurunan kredit yang diberikan sebesar Rp35.547 juta. Dilain pihak, terdapat pembayaran bunga sebesar Rp93.229 juta dan kenaikan simpanan nasabah sebesar Rp45.884 juta.
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012, arus kas untuk aktivitas investasi digunakan untuk pembelian dan penjualan aset tetap.
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, arus kas bersih yang digunakan untuk
aktivitas operasi sebesar Rp393 juta, terutama berasal dari peningkatan kredit yang diberikan sebesar Rp528.149 juta dan pembayaran bunga sebesar Rp69.539 juta, namun dilain pihak terdapat kenaikan
simpanan nasabah sebesar Rp470.483 juta dan penerimaan bunga sebesar Rp112.319 juta.
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2011, arus kas untuk aktivitas investasi diperoleh dari penjualan dan pembelian aset tetap.
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, arus kas bersih yang diperoleh dari
aktivitas operasi terdiri dari penerimaan kas dari penerimaan bunga sebesar Rp99.748 juta, penurunan efek-efek sebesar Rp45.860 juta dan kenaikan simpanan nasabah sebesar Rp88.645 juta. Di lain pihak
terdapat pembayaran beban bunga, beban gaji dan tunjangan karyawan dan beban pajak masing- masing sebesar Rp50.719 juta, Rp20.620 juta dan Rp18.843 juta, serta kenaikan kredit yang diberikan
sebesar Rp14.531 juta.
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012, arus kas untuk aktivitas investasi digunakan untuk pembelian dan penjualan aset tetap.
D. RASIO-RASIO PENTING PERSEROAN
Analisa keuangan dilakukan dengan melihat beberapa rasio-rasio keuangan yang menentukan tingkat kesehatan dari suatu bank. Beberapa rasio-rasio adalah sama dengan rasio-rasio yang digunakan oleh
BI dalam menilai tingkat kesehatan suatu bank, yaitu: rasio kecukupan modal CAR= Capital Adequacy Ratio, kualitas aset asset quality, manajemen, kelangsungan pendapatan dan likuiditas.
1. Kecukupan Modal Capital Adequacy
Modal adalah salah satu unsur terpenting dalam usaha perbankan. Semakin tinggi modal, maka kemampuan bank dalam melakukan operasionalnya akan makin kuat dan memberikan keleluasaan
lebih besar dalam mengembangkan aset produktifnya. Makin tinggi modal akan juga makin menaikkan CAR atau rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM.
Posisi rasio kecukupan modal dengan memperhitungkan risiko kredit pada tanggal 30 Juni 2013, 31 Desember 2012, 2011 dan 2010 masing-masing sebesar 21,02, 18,42, 17,11 dan 28,23.
Rasio kecukupan modal pada tanggal 30 Juni 2013, 31 Desember 2012, 2011 dan 2010 dihitung sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.
35 Rasio kecukupan modal untuk Perseroan pada tanggal 30 Juni 2013, 31 Desember 2012, 2011 dan
2010 adalah sebagai berikut:
dalam jutaan Rupiah
Keterangan 30 Juni
2013 31 Desember
2012 2011
2010
• Komponen Modal
A. Modal Inti
154.215 119.494
119.351 114.841
B. Modal Pelengkap
8.471 422
6.999 4.398
• Jumlah Modal
162.686 119.916
126.350 119.239
• Aset Tertimbang Menurut Risiko ATMR
Risiko kredit setelah memperhitungkan risiko spesiik 772.177
651.034 738.581
422.431 Risiko operasional
103.736 96.104
92.390 54.692
Risiko pasar 23.854
- 8.764
3.312 Jumlah ATMR untuk risiko kredit, pasar dan operasional
899.767 747.138
839.735 480.435
• Rasio KPMM yang tersedia
KPMM memperhitungkan risiko kredit 21,07
18,42 17,11
28,23 KPMM memperhitungkan risiko kredit dan operasional
18,57 16,05
15,20 24,99
KPMM memperhitungkan risiko kredit dan pasar 20,44
18,42 16,91
28,01 KPMM memperhitungkan risiko kredit, operasional dan pasar
18,08 16,05
15,05 24,82
• Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang diwajibkan
8,00 8,00
8,00 8,00
2. Kualitas Aset Produktif