36 Berikut Tabel Perkembangan Aset Produktif Bermasalah:
dalam jutaan Rupiah
Kolektibilitas 30 Juni
2013 31 Desember
2012 2011
2010
Kurang Lancar -
- 467
- Diragukan
- 8
1.684 5.395
Macet 2.225
3.936 10.255
8.512 Jumlah Bruto
2.225 3.944
12.406 13.907
Berikut Tabel Perkembangan Rasio Aset Produktif:
Keterangan 30 Juni
2013 31 Desember
2012 2011
2010
Aset produktif bermasalah terhadap aset produktif 0,17
0,30 1,00
1,65 Non Performing Loan – Bersih
0,07 0,22
0,98 2,00
Non Performing Loan - Bruto 0,24
0,36 1,10
2,32 CKPN terhadap aset produktif
0,07 0,15
0,76 0,75
Rasio aset produktif bermasalah dan NPL Netto perseroan menunjukkan kecenderungan menurun membaik dengan rasio yang sangat rendah sebagai cerminan bahwa aset produktif, khususnya portofolio
kredit dilakukan secara prudent sesuai prinsip-prinsip pemberian kredit yang sehat. Upaya-upaya dalam mengantisipasi penurunan kualitas kredit terus dilakukan melalui monitoring kegiatan usaha debitur
dan kredit-kredit yang bermasalah langsung ditangani oleh unit kerja remedial. Pelaksanaan efektiitas penyelesain kredit bermasalah rapat-rapat komite khusus yang dibentuk perseroan yaitu Komite
Penyelesaian Kredit Bermasalah yang memutuskan penyelesaian eksposur kredit bermasalah seluruh kantor-kantor cabang.
Upaya-upaya yang dilaksanakan manajemen dalam menjaga mutu kualitas kredit dengan baik, antara lain:
1. Menjamin pelaksanaan prosedur pemberian kredit yang sehat dan mengandung unsur pengendalian intern yaitu prinsip pengawasan ganda, perlindungan isik dan yuridis terhadap agunan kredit, dan
laporan tertulis setiap deviasi yang terjadi. 2. Memantau dan mengevaluasi perkembangan dan kualitas portofolio kredit secara keseluruhan,
temuan-temuan penting aspek kredit yang dilaporkan oleh Satuan Kerja Audit Intern SKAI. 3. Melaksanakan fungsi pengawasan melekat dengan memperhatikan prinsip pemisahan fungsi
operasional dan pengawasan. 4. Pengelolaan kredit bermasalah ditangani oleh unit kerja tersendiri yang memiliki kewenangan untuk
mengusulkan penyelesaian kredit bermasalah melalui restrukturisasi kredit atau penyelamatan kredit dengan penagihan oleh internal bank atau pihak ketiga litigasi.
3. Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK
BMPK adalah persentase perbandingan batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan kepada suatu pihak atau suatu grup terhadap modal bank. BI melalui Peraturan Bank Indonesia PBI
No.73PBI2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang BMPK serta perubahannya dengan Peraturan Bank Indonesia PBI No.813PBI2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Bank
Indonesia No.73PBI2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang BMPK, telah menetapkan BMPK suatu bank adalah maksimum sebesar 10 dari modal bank bila diberikan kepada suatu pihak atau sebuah
grup yang terkait dengan bank.
Dalam PBI tersebut diatur antara lain larangan bagi bank untuk memberikan penyediaan dana pihak berelasi dan pihak ketiga dalam batasan tertentu. Untuk pihak berelasi, batasan maksimum yang
berlaku adalah 10, batasan maksimum sebesar 20 kepada satu peminjam yang bukan merupakan pihak berelasi serta 25 kepada satu kelompok peminjam yang bukan pihak berelasi.
37 a. Penyertaan modal sementara untuk mengatasi kegagalan kredit.
b. Pemberian kredit kepada nasabah melalui lembaga pembiayaan dengan metode penerusan. c. Pemberian kredit dengan pola kemitraan inti – plasma.
d. Kredit kepada pejabateksekutif bank sepanjang dalam rangka kesejahteraan sumber daya manusia
bank. e. Penyediaan dana kepada BUMN untuk tujuan pembangunan dan mempengaruhi hajat hidup orang
banyak dengan batasan 30. Dari segi BMPK, Perseroan selalu berusaha untuk menjaga agar BMPK Perseroan selalu sesuai
dengan ketentuan BI. Pada tanggal 30 Juni 2013, 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, tidak terdapat penyediaan dana kepada pihak berelasi dan pihak ketiga yang melampaui BMPK. Berikut adalah tabel
BMPK Perseroan dari tanggal 30 Juni 2013, 31 Desember 2012, 2011 dan 2010:
Keterangan 30 Juni
2013 31 Desember
2012 2011
2010
a. Presentase Pelanggaran BMPK 1 Pihak Berelasi
- -
- -
2 Pihak Ketiga -
- -
- b. Presentase Pelampauan BMPK
1 Pihak Berelasi -
- -
- 2 Pihak Ketiga
- -
- -
Berikut adalah tabel BMPK Perseroan dari tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 untuk pihak berelasi, adalah sebagai berikut:
dalam jutaan Rupiah
Keterangan 30 Juni
2013 31 Desember
2012 2011
2010
Penyediaan dana kepada pihak berelasi 37.929
227.538 392.918
162.329 Penyediaan dana kepada pihak berelasi yang diperhitungkan
dalam BMPK 9.943
10.299 9.818
7.130 Persentase BMPK pihak berelasi
6,12 8,59
7,77 5,98
Ketentuan BMPK dari BI 10,00
10,00 10,00
10,00
Dengan rasio-rasio tersebut di atas, maka penilaian atas unsur BMPK adalah SEHAT. 4. Giro Wajib Minimum
Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, setiap bank di Indonesia diwajibkan memiliki saldo giro minimum di Bank Indonesia untuk cadangan likuiditas sebesar persentase tertentu dari dana pihak
ketiga baik dalam Rupiah maupun valuta asing.
Pada tanggal 4 Oktober 2010, Bank Indonesia BI mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia PBI No.1219PBI2010 tentang Giro Wajib Minimum Bagi Bank Umum pada Bank Indonesia Dalam Rupiah
dan Valuta Asing yang berlaku efektif 1 Maret 2011 sebagaimana telah diubah dengan PBI No.1310 PBI2011 tanggal 9 Februari 2011. Berdasarkan peraturan tersebut, GWM terdiri dari GWM Rupiah dan
GWM mata uang asing. GWM Rupiah terdiri dari GWM Utama, GWM Sekunder dan GWM Loan to Deposit Ratio LDR.
GWM Utama adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro pada BI yang besarnya ditetapkan oleh BI sebesar persentase tertentu dari dana pihak ketiga.
GWM Sekunder adalah cadangan minimum yang wajib dipelihara oleh bank dalam bentuk Sertiikat Bank Indonesia SBI, Surat Utang Negara SUN danatau Excess Reserve, yang besarnya ditetapkan
BI sebesar persentase tertentu.
38 GWM LDR adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening
giro pada Bank Indonesia sebesar persentase dari DPK yang dihitung berdasarkan selisih LDR yang dimiliki oleh bank dan target LDR yang wajib dipenuhi oleh bank.
Pada tanggal 30 Juni 2013, 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, GWM Perseroan dalam mata uang Rupiah untuk GWM Utama masing-masing adalah sebesar Rp94.426 juta, Rp103.371 juta, Rp102.681
juta dan Rp61.741 juta serta untuk GWM sekunder masing-masing adalah sebesar Rp29.508 juta, Rp32.303 juta, Rp32.088 juta dan Rp19.294 juta.
Keterangan 30 Juni
2013 31 Desember
2012 2011
2010
GWM yang telah dibentuk GWM Primer
8,14 8,07
8,20 8,08
GWM Sekunder 18,44
3,04 5,45
3,88 GWM LDR
0,01 -
- -
GWM yang wajib dibentuk GWM Primer
8,00 8,00
8,00 8,00
GWM Sekunder 2,50
2,50 2,50
2,50 GWM LDR
0,01 -
- -
5. Rentabilitas Kelangsungan Pendapatan