Kajian Literatur
2. Kajian Literatur
Peranan media pembelajaran menurut oleh Ahmad Rohani (1997), diantaranya adalah Media pembelajaran mengatasi perbedaan pengalaman pribadi peserta didik, Media pem belajaran mengatasi batas-batas ruang kelas, Mengamati benda yang terlalu kecil, Meng amati benda yang bergerak terlalu cepat atau terlalu lambat, Mengamati suara yang halus untuk didengar, Mengamati peristiwa- peristiwa alam dan Media pembelajaran ber- peran membangkitkan minat belajar yang baru. Sedang Nana Sudjana (2005) berpendapat bahwa media pembelajaran berperan untuk mengatasi kesulitan proses pembelajaran. staff.uny.ac.id/sites/default/files/Media%20 dan%20sumber%20belajar%201. Pendapat lain tentang peranan media pembelajaran disam- paikan Azhar Arsyad (2003) yaitu 1) Sebagai Alat untuk memperjelas bahan pem belajaran.
2) Sebagai sumber pertanyaan dan stimulasi belajar siswa. 3) Sumber belajar bagi siswa. Media audio merupakan media dengar yang isi pesannya hanya dapat diterima melalui pendengaran. Menurut Daryanto (2010) Audio berasal dari kata audible yang artinya suara yang dapat didengarkan secara wajar oleh telinga manusia. Media audio adalah media yang menyampaikan pesannya hanya dapat diterima oleh indera pendengaran. Pesan atau informasi yang akan disampaikan dituangkan kedalam lambang-lambang auditif berupa kata-kata, musik dan efek suara (Asyhar, 2012). Media audio mempunyai karakteristik yang khas, yaitu hanya mengandalkan suara (indera pendengaran), personal, cenderung satu arah, dan mampu menggugah imajinasi (Raharjo:2010). Secara fisik, media audio pembelajaran merupakan
program pembelajaran yang dikemas dalam kaset audio atau VCD audio dan disajikan dengan menggunakan peralatan tape recorder, VCD player, komputer atau laptop.
Media audio pembelajaran untuk siswa tunanetra haruslah sesuatu yang dapat di- tangkap oleh indera perabaan, pendengaran, pen ciuman, pencecap atau sisa penglihatan . Oleh karena itu dalam pembuatannya harus dirancang sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan kebutuhan dan kegunaan siswa tuna- netra. Seperti hal disampaikan Daryanto, ke- gunaan media dalam pembelajaran, antara lain adalah 1) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, 2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan data indra. 3) menim bulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar, 4) memung- kinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya, 5) memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama, 6) proses pem belajaran mengandung lima komponen ko munikasi, guru, bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa dan tujuan pembelajaran (Daryanto, 2010).
Tunanetra tidak saja mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas sekali dan kurang dapat diman faatkan untuk kepentingan hidup sehari- hari terutama dalam belajar. Jadi, anak-anak dengan kondisi penglihatan yang termasuk “ setengah melihat“, low “vision“, atau rabun adalah bagian dari kelompok anak tunanetra. Dari uraian tersebut, pengertian anak tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas (T. Sutjihati Somantri, 2012). Dari segi harfiah, kata tunanetra terdiri dari kata tuna dan netra. Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia (Amran YS Chaniago, 1995), kata tuna berarti tidak memiliki, tidak punya, luka atau rusak, sedang netra berarti Tunanetra tidak saja mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas sekali dan kurang dapat diman faatkan untuk kepentingan hidup sehari- hari terutama dalam belajar. Jadi, anak-anak dengan kondisi penglihatan yang termasuk “ setengah melihat“, low “vision“, atau rabun adalah bagian dari kelompok anak tunanetra. Dari uraian tersebut, pengertian anak tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas (T. Sutjihati Somantri, 2012). Dari segi harfiah, kata tunanetra terdiri dari kata tuna dan netra. Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia (Amran YS Chaniago, 1995), kata tuna berarti tidak memiliki, tidak punya, luka atau rusak, sedang netra berarti
1. Strategi individualisasi ( Individualized Secara umum, istilah tunanetra digunakan
Educational Program) adalah pembelajaran untuk menggambarkan tingkatan kerusakan
dengan mempergunakan suatu program atau gangguan penglihatan yang berat sampai
yang disesuaikan dengan perbedaan indi- pada yang sangat berat, yang dikelompokkan
vidu, baik karakteristik, kebutuhan maupun secara umum menjadi buta dan kurang lihat.
kemampuannya secara perorangan. Seba gian ahli mengelompokkannya menjadi
2. Strategi kooperatif adalah strategi pembe- kurang lihat (low vision), buta (blind), dan buta
lajaran yang menekankan unsure gotong- total (totally blind) (IG.A.K. Wardani, dkk, 2009).
royong atau saling membantu satu sama T.Sutjihati, Somantri, menyampaikan secara
lain dalam mencapai tujuan pembelajaran. ilmiah ketunanetraan dapat disebabkan oleh
3. Strategi modifikasi perilaku adalah strategi berbagai faktor yaitu:
pembelajaran yang bertujuan untuk meng-
a. Faktor Internal. Hal-hal yang termasuk ubah perilaku siswa kearah yang lebih positif faktor internal yaitu faktor-faktor yang
melalui pembiasaan, serta membantunya erat hubungannya dengan keadaan bayi
untuk lebih produktif sehingga menjadi selama masih dalam kandungan. Kemung-
individu yang mandiri (IG.A.K. Wardani, kinan karena faktor gen (sifat pembawa
dkk, 2009).
keturunan), kondisi psikis ibu, kekurangan gizi, keracunan obat dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat diatas diketahui
b. Faktor Eksternal. Hal-hal yang termasuk bahwa adanya kelemahan dalam indera peng- faktor eksternal diantaranya faktor-faktor lihatan yang dimiliki tunanetra dibutuhkan yang terjadi pada saat atau sesudah bayi media guna menunjang siswa dalam memenuhi di lahirkan, misalnya : kecelakaan, terkena kebutuhan belajarnya. Media dalam bentuk penyakit syphilis yang mengenai matanya audio merupakan media yang sesuai dengan saat dilahirkan, pengaruh alat bantu medis karakteristik siswa tunanetra karena sifatnya (tang) saat melahirkan sehingga system per- yang auditif. Dengan demikian media audio syarafannya rusak, kurang gizi atau vitamin, pembelajaran tersebut harus dirancang sede- terkena racun, virus
trachoma, panas badan mikian rupa sehingga sesuai kebutuhan siswa yang terlalu tinggi serta peradangan mata tunanetra atau menjadi sesuatu yang dapat
karena penyakit, bakteri ataupun virus ditangkap oleh indera perabaan, pendengaran, (Sutjihati, T., Somantri, 2012).
penciuman, pengecapan atau oleh sisa peng- lihatan anak low vision (IG.A.K. Wardani, dkk,
Pembelajaran untuk anak berkebutuhan 2009). khusus membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
3. Metode Penelitian
Siswa tunanetra dalam menerima pembelajaran Penelitian ini menggunakan metode survei mempunyai strategi yang berbeda dengan dengan analisis deskriptif yang dilaksanakan
siswa awas, yaitu lebih didasarkan pada upaya pada tanggal 18 – 21 Maret 2014 di SLB Yaketunis memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan Yogyakarta dan SLB negeri 1 bantul Yogyakarta kondisi anak dan upaya pemanfaatan secara dan 16 – 19 September 2014 Di SLB Bhakti optimal indera-indera yang masih ber fungsi, Putra Ploso, Giritirto, Purwosari Gunung Kidul untuk mengimbangi kelemahan yang disebab- dan SLB Bhakti Putra Ngawes, Karangmojo, kan hilangnya fungsi penglihatan. Strategi Gunung Kidul.
224
PROSIDING
Peran Media Audio “Majunetra Bahasa Indonesia” dalam Persiapan Siswa Tunanetra Menghadapi Ujian .... 225
Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMPLB tunanetra. Sampel penelitian adalah 24 siswa dan guru SMPLB tunanetra yang telah memanfaatkan program Majunetra Bahasa Indonesia yang didesiminasikan oleh BPMRPK Kemdikbud. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada res- ponden untuk mengungkap sejauhmana peran program Majunetra Bahasa Indonesia dapat membantu belajar siswa tunanetra dalam meng hadapi ujian nasional. Bentuk pertanyaan wawancara merupakan pilihan yang sesuai mengingat responden siswa mengalami hambatan penglihatan sehingga jawaban secara lisan lebih mudah disampaikan. Observasi di lakukan untuk memperoleh data proses pe- manfaatan Majunetra Bahasa Indonesia dalam klasikal maupun secara mandiri.
Data dan informasi yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menghitung persentase jawaban dari responden.