Sistem Penerbitan
4.3 Sistem Penerbitan
remaja. Setelah tahun 2000 banyak menerbitkan Seperti telah dikemukakan pada bagian karya sastra (novel, kumpulan cerpen, atau
depan tulisan ini, Yogyakarta merupakan kumpulan sajak). kota yang marak dengan munculnya penerbit
Media Pressindo merupakan salah satu lini buku pada tahun 1990-an (menurut data pada
penerbit yang dimiliki oleh Media Pressindo 2006 terdapat 54 penerbit anggota IKAPI DIY).
Grup (berdiri pada akhir 1990-an). Media Pres- Namun, dari puluhan penerbit tersebut hanya
sindo khusus menerbitkan buku-buku dengan ter dapat beberapa penerbit yang berorientasi kategori tema fiksi dan nonfiksi. Sebagai penerbit
pada sastra-budaya. Kurang berminatnya se- yang khusus menerbitkan buku fiksi dan
bagian penerbit untuk menerbitkan karya nonfiksi, Media Pressindo banyak mener bitkan sastra karena pangsa pasarnya dianggap masih karya fiksi, baik novel populer remaja maupun minim. Seandainya menerbitkan karya sastra
(fiksi), yang mereka terbitkan terbatas pada yang tergolong serius (sastra). Namun, sebagai penerbit yang bersifat provit, Media Pressindo
karya sastra untuk remaja (teenlit) dan anak-
PROSIDING PROSIDING
Pertama , untuk mendapatkan naskah, be- Yayasan Bentang Budaya (YBB) yang telah berapa penerbit, misalnya Gama Media dan berkiprah sejak awal tahun 1990-an ber alamat di Media Pressindo membuka kesempatan kepada Perum Sonosewu Baru C III-25 Yogyakarta 55182. siapa saja untuk menerbitkan karyanya di YBB merupakan penerbit yang lebih banyak penerbit tersebut melalui iklan yang dimuat di menerbitkan buku yang berkaitan dengan sastra beberapa media cetak. Dengan mengiklankan dan budaya. Di samping menerbitkan karya- di media massa, para penerbit mengharapkan karya baru, YBB banyak menerbitkan ulang untuk mendapatkan naskah novel yang bagus karya-karya yang telah diterbitkan oleh penerbit dari para novelis di seluruh Indonesia. Namun, lain (biasanya yang diterbitkan oleh penerbit dari profil penerbit tersebut di atas tampak Jakarta), misalnya novel Jentera Lepas (1994) bahwa sangat sulit mendapatkan novel serius karya Ashadi Siregar yang awalnya diterbitkan sekelas karya Umar Kayam dan Kuntowijoyo. oleh Cypress (1979) dan novel Pasar (1994) karya Ditengarai bahwa sulitnya mendapatkan novel- Kuntowijoyo yang sebelumnya mendapatkan novel yang bagus oleh novelis-novelis berkelas hadiah dari Panitia Hari Buku (1972).
karena royalti yang bisa diberikan oleh penerbit Penerbit Kanisius--berkiprah sejak 26 kepada penulis jumlahnya tidak seberapa jika
Januari 1922, beralamat di Jalan Cempaka 9, dibandingkan jumlah yang diberikan oleh Deresan, Yogyakarta--yang bernaung di bawah penerbit Jakarta, misalnya Gramedia atau yayasan Katolik lebih banyak menerbitkan Kompas. Jika penerbit lain mengiklankan untuk buku yang berorientasi pada pembentukan mendapatkan naskah, tidak demikian halnya iman Katolik. Meskipun demikian, penerbit itu dengan Penerbit Kanisius. Sebagai penerbit juga menerbitkan buku yang berkaitan dengan yayasan Katolik, Kanisius tidak sembarangan budaya bangsa, termasuk sastra. Salah satu karya menerbitkan buku/novel. Oleh karena itu, novel sastra yang diterbitkan oleh Penerbit Kanisius yang diterbitkan oleh Kanisius juga novel yang adalah novel karya Y.B. Mangunwijaya berjudul berkaitan dengan kekatolikan, yakni Balada Balada Dara-Dara Mendut (1993).
Dara-Dara Mendut (1993). Sebuah lembaran Dari profil beberapa penerbit di Yogyakarta sejarah tentang perintisan Gereja Katolik di Jawa sebelum Perang Dunia II dan kehidupan para
tersebut tampak bahwa mereka memiliki ke- biarawati adalah gambaran yang dipaparkan
pedulian terhadap hadirnya karya sastra di Y.B. Mangunwijaya dalam novel tersebut. Ada- Indonesia. Jika tidak, karya-karya sastra itu pun hal yang berbeda dilakukan oleh YBB. Hal tidak pernah terbit karena menerbitkan karya yang agak berbeda dilakukan oleh YBB. Untuk sastra yang bernilai tinggi lebih banyak ruginya mendapatkan naskah, YBB bekerja sama dengan daripada untungnya. Tampaknya, kepe- lembaga/pihak lain, misalnya dengan Pustaka dulian terhadap kondisi bangsa tersebut yang Republika ketika menerbitkan kumpulan cerita “memaksa” mereka tetap konsisten untuk pendek tematik Impian Amerika (1998) karya me nerbitkan karya sastra, terutama dari para Kuntowijoyo yang sebelumnya pernah dimuat sastra wan ternama. Minimal, dengan mener- bersambung di harian Republika atau bekerja bitkan karya sastra para sastrawan ternama ke- sama dengan Cypress untuk menerbitkan ulang rugian yang mereka derita tidak terlalu dalam. Jentera Lepas.
Hal yang terkait dengan sistem penerbitan Kedua , untuk menyeleksi naskah-naskah ialah cara mendapatkan naskah, menyeleksi yang masuk, biasanya penerbit memiliki tenaga
Lingkungan Pendukung Novel Indonesia di Yogyakarta Periode 1981--2000
yang kuat, dan persoalan yang diusung adalah Ketiga , untuk mengenalkan dan memasarkan budaya Jawa tentang kepriayian. Novel yang sehingga pembaca mendapat gambaran atau- sarat dengan persoalan yang bersifat sosiologis pun informasi tentang terbitannya, penerbit- tersebut kemungkinan agak sulit dicerna oleh penerbit tersebut mencetak katalog buku pembaca awam (meskipun tidak menutup sejak terbitan pertama hingga terbitan terbaru. kemungkinan bahwa pembaca awam juga akan Dengan katalog yang dicetak seperti brosur, menyenangi, atau setidak-tidaknya, membaca lengkap dengan gambar dan deskripsi singkat novel tersebut). Demikian juga dengan novel- tentang novel terbitannya, diharapkan dapat novel karya Y.B. Mangunwijaya, Linus Suryadi, memudahkan calon pembaca (pembeli) untuk Kuntowijoyo, dan Emha Ainun Nadjib yang mengenali novel yang akan dibelinya. Di sam- banyak menampilkan berbagai permasalahan ping dipasarkan di toko-toko buku di Yogya- sosial secara kritis, hal itu menyiratkan segmen karta, novel-novel itu juga dipasarkan di ber- pembaca yang ditujunya. Hal itu terbukti dengan bagai kota di Indonesia, terutama kota-kota banyaknya kritik sastra terhadap karya-karya besar di Jawa. Selain itu, buku-buku novel itu mereka. Sebaliknya, karya-karya Ashadi Siregar, juga dijual melalui distributor yang terdapat di Achmad Munif, atau Ngarto Februana yang bebe rapa kota.
bercorak populer akan banyak dibaca oleh pem- baca awam (termasuk remaja dan ibu-ibu rumah
4.4 Sistem Pembaca dan Kritik
tangga).
Pembaca (reader) adalah kelompok masya- Adapun penerbit--melalui iklan dan pema- rakat yang menjadi penerima kehadiran sastra. saran--dengan sadar juga menujukan produk-
Dalam pengertian “penerima” ini terdapat nya bagi kelompok masyarakat pembaca dua kelompok pembaca, yaitu pembaca yang tertentu. Sebagaimana diketahui bahwa setiap sungguh-sungguh pembaca (real reader) dan penerbitan selalu mengimplikasikan adanya pembaca kritis atau kritikus ( sophisticated reader pembaca tertentu (Triyono dkk., 2004:61), atau ideal reader) (Iser, 1987:27--38).
termasuk penerbitan di Yogyakarta pada periode Sementara itu, Damono (1993) menyatakan 1981—2000. Misalnya, penerbit Yayasan Bentang bahwa pembicaraan mengenai sistem pembaca Budaya dan Penerbit Kanisius mematok pangsa tidak dapat dilepaskan dari peran pengarang pasar pembaca intelektual. Hal itu dapat di- dan penerbit karena kedua unsur itu yang se- ketahui selain dari novel yang diterbitkannya benarnya “menciptakan” pembaca. Artinya, juga dari misi yang diemban oleh penerbit dengan teknik cerita yang dikembangkan oleh ter sebut, yakni memajukan budaya bangsa pengarang secara langsung atau tidak langsung lewat karya sastra. Sementara itu, penerbit telah menciptakan pembaca karyanya. Peng- Gama Media dan Media Pressindo lebih me- garapan teknik cerita tersebut, antara lain, nujukan terbitan novelnya pada pembaca me liputi pengolahan tokoh dan penokohan, awam, termasuk para pelajar remaja. Sementara pe ngolahan alur cerita, penggunaan bahasa, itu, Faruk (2001:110) menyatakan bahwa penggunaan latar cerita, termasuk pula pemi- jika produksi sastra dipahami sebagai sebuah
PROSIDING PROSIDING
sebagai dosen.
Fakta juga menunjukkan bahwa industri