Sastra Anak Lisan dan Isu Sensitif di

2.1. Sastra Anak Lisan dan Isu Sensitif di

meng hindarikan diri mereka dari kecen-

Dalamnya

derungan untuk melakukan pendiktean/de- Lukens (1999: 13) menjelaskan bahwa “se- daktis isme. Namun, pada saat ini banyak pihak

perti sastra orang dewasa, sastra anak mena- yang mencoba untuk membebaskan diri dari warkan keberagaman”. Sastra anak terbagi ke cen derungan untuk menggunakan teks-teks menjadi dua golongan besar berupa sastra anak sastra hanya sebagai alat untuk mendikte anak- dalam bentuk tertulis dan lisan. Penelitian ini anak. Meskipun, tentu saja, mereka masih belum berfokus pada sastra anak lisan, berbentuk bisa sepenuhnya melepaskan diri dari kon disi lirik lagu anak. Lirik lagu atau puisi lirik seba- tersebut. gaimana yang disebutkan oleh Lukens, dkk

Saat seseorang bermaksud untuk mem buat (2013: 266) adalah salah satu jenis puisi dalam atau memilih sebuah karya sastra untuk anak- sastra anak.

Representasi Penokohan Anak dan Isu-Isu Sensitif dalam Lirik Lagu Anak “Lelaki Kardus”

Topik sensitif/tabu biasanya disembunyi- mengajar dan membahas nilai-nilai moral dalam kan oleh orang dewasa dari sastra anak karena karya sastra tertentu sangat tinggi. Dengan dianggap akan memberikan dampak negatif

de mikian, akan lebih baik jika orang-orang bagi perkembangan anak-anak. Bahkan, topik dewasa melihat karya sastra anak sebagai media jenis ini jarang terlihat sebagai tema dari teks-teks untuk mentransfer pengetahuan dan infor masi, sastra yang ditulis untuk anak-anak. Namun, dan bukan sebagai sarana pendiktean dari seperti yang telah dijelaskan di atas, topik ini orang dewasa ke anak-anak. Apabila kesa- tidaklah menjadi masalah lagi karena saat ini daran mengenai hal ini sudah dicapai, maka sudah banyak kalangan yang telah ter buka cara dalam waktu yang sama karya-karya sastra pandangnya dan mereka percaya bahwa dengan tidak hanya menawarkan pengetahuan/infor- mengekspos topik tersebut kepada anak-anak, masi, tetapi juga menciptakan kesenangan anak-anak dapat memiliki kesem patan dalam untuk pembacanya. Hal ini sejalan dengan memperoleh beragam penga laman hidup. pe mi kiran Lukens (1999: 10). Ia mengatakan Lagipula, menurut Huck, Hepler, dan Hickman bahwa “Sastra yang terbaik adalah karya sastra (via Gapalakrishan, 2011: 4), anak-anak di zaman yang memberikan kesenangan dan pema- sekarang adalah anak-anak yang memiliki haman. Sastra tersebut mengeksplorasi sifat pengetahuan yang lebih luas dan kompleks ma nusia dan kondisi umat manusia “. Bothelo me ngenai beragam pengalaman tentang hidup dan Rudman (2009: 1), juga menambahkan dibandingkan dengan anak-anak di masa lalu. bahwa yang dimaksud sebagai karya sastra Mankiw dan Starsser (2013: 85) juga menegaskan yang memberikan pemahaman mengenai hal-hal bahwa orangtua harus dapat melihat isu-isu tertentu bagi pembacanya adalah karya yang sensitif (seperti kematian, terorisme, bullying, ber fungsi sebagai “jendela pengetahuan”, yang dan lain-lain), tidak sebagai sebuah persoalan akan membantu pembacanya untuk mengetahui besar yang kemudian harus disembunyikan dari beragam hal dan berbagai perbedaan yang ada anak-anak. Hal ini disebabkan karena mereka didunia. Dengan kata lain, karya sastra tersebut harus mampu melihat isu-isu tersebut sebagai akan dapat memberikan pengetahuan dan bagian dari kehidupan mereka. Selain itu, pem- infor masi bagi pembacanya mengenai beragam bahasan mengenai isu-isu sensitif didalam kondisi, gambaran, tipe-tipe dan kepribadian karya sastra dapat dilihat sebagai sebuah bentuk manusia, dan juga tentang alam sekitarnya.

pem berdayaan anak-anak. Seperti yang dijelas- Seperti yang telah dijelaskan di atas, sastra kan oleh Seelinger (via Lassen-Seger, 2006: 3), anak tidak hanya memiliki banyak manfaat te tapi pemberdayaan anak-anak adalah terminologi juga dapat menghibur pembacanya, dan dalam yang merujuk pada sebuah usaha menuju perkembangannya saat ini, banyak kalangan “ke mandirian, subjektifitas, otonomi positif, masyarakat yang telah memiliki cara pandang ekspresi diri dan kesadaran diri”. Oleh karena yang lebih luas dalam melihat dan menilai teks itu karya-karya yang membahas tentang isu- sastra yang baik, dan bahkan mereka tidak isu tersebut, secara langsung maupun tidak alergi lagi dalam membahas isu-isu sensitif langsung, akan dapat mengajarkan pada yang ada pada karya sastra, misalnya saja isu pembacanya bagaimana cara untuk menjadi mengenai perselingkuhan, pelecehan, men- pribadi yang mandiri, kuat, dan memiliki ke-

PROSIDING PROSIDING

3. Metode Penelitian

memiliki kesadaran penuh mengenai diri Dalam penelitian ini, studi pustaka dila- sendiri dan sekitarnya.

kukan dengan menerapkan metode deskriptif Beberapa contoh sastra anak yang mem- kualitatif. Seperti yang dijelaskan oleh Bogdan bahas mengenai isu-isu sensitif adalah: Cinderella, dan Binklen, jenis penelitian ini adalah pro- dan Rapunzel. Isu sensitif yang dibahas dicerita sedur penelitian yang menghasilkan data des- Cinderella adalah isu kekerasan (verbal dan kriptif berupa kata-kata atau gambar (1982: fisik) dan penelantaran yang dilakukan oleh 28). Moleong (2007: 6) menjelaskan lebih ibu tiri beserta saudara-saudara tiri dari tokoh lanjut bahwa hasil penelitian ini tidak dalam utama cerita tersebut, yang bernama Cinderella. bentuk angka. Data penelitian ini sendiri di- Se dangkan pada cerita Rapunzel, si tokoh kum pulkan dari sumber-sumber primer dan utama, yang bernama sama dengan judul sekunder. Sumber primer adalah lirik lagu cerita, mengalami kekerasan fisik yang berupa “Lelaki Kardus”, sedangkan sumber sekun- pengekangan dari ibu tirinya. Lukens, dkk der nya adalah buku-buku, esai, jurnal dan data (2005: 26) menjelaskan bahwa isu-isu sensitif elektronik yang diambil dari internet. Data dapat ditangani dengan simpati oleh penulis ter sebut diorganisir, diklasifikasikan dan di­ yang baik dan terampil. Nodelman (1992: 32) analisis. Hasilnya disajikan pada bagian kesim- menambahkan, orang-orang dewasa perlu pulan penelitian. “memberikan gambaran-gambaran realistis mengenai orang-orang dan beragam pe ris tiwa

4. Hasil dan Pembahasan

pada pembaca-pembaca muda...”. Dengan

4.1. Representasi Penokohan Anak

membaca sastra anak yang membahas masalah Pada lagu “Lelaki Kardus”, representasi pe- sensitif, anak-anak akan terdorong dan termoti- nokohan anak dirumuskan dalam dua kategori. vasi untuk membaca dan belajar lebih banyak Representasi penokohan anak yang pertama tentang dunia (Bothelo dan Rudman, 2009: 1). adalah anak yang digambarkan tidak lugu.

Untuk penelitian ini, kata “lugu” merujuk

2.2. “Lelaki Kardus” dan Cerita di Balik

pada kondisi seseorang (khususnya anak)

Lirik Lagu Tersebut.

yang memiliki pemahaman yang terbatas me- “Lelaki Kardus” adalah sebuah lagu dang- ngenai hal-hal buruk dan permasalahan yang

dut yang dinyanyikan oleh seorang anak kecil terjadi di sekitarnya. Berdasarkan asumsi anak berusia 6-7 tahun. Lirik lagu ter sebut secara secara umum seperti yang dinyatakan oleh eksplisit menceritakan tentang per selingkuhan Nodelman dan Reimer bahwa banyak orang seorang pria yang sudah menikah, dengan mengasumsikan anak yang lugu adalah anak wanita lain. Pada liriknya, lagu ini juga mem- yang memiliki kemampuan yang terbatas bahas buruknya kondisi istri sah dan anak- (2003: 86) dan keluguan ini merupakan bawaan anak pria tersebut (Fikrie, 2016). Seperti yang lahir yang mana anak tidak mengerti tentang di nyatakan oleh penulis lagu ini, “Lelaki hal-hal jahat dan seksualitas (2003: 87). Berda- Kardus” ditulis berdasarkan pada kisah nyata sarkan asumsi di atas, anak dipandang lugu tentang seorang wanita ber sama dengan anak- di karenakan mereka masih berusia muda, belum anaknya di Bangkalan, Madura. Penulis ter- terpapar pengetahuan, masih suci dan polos. inspi rasi dari kisah seorang wanita yang telah Sehingga, anak tidak memahami apa yang terjadi menjadi korban dari mantan suami nya. Sekarang di sekitar mereka. Oleh karena itu, merujuk wanita ini telah menjadi istrinya dari penulis pada penjelasan diatas, maka sangat jelas bahwa lagu tersebut, dan mereka telah menikah selama anak dan keluguan adalah hal yang tidak dapat sekitar empat tahun.

dipisahkan.

Representasi Penokohan Anak dan Isu-Isu Sensitif dalam Lirik Lagu Anak “Lelaki Kardus”

Akan tetapi, dalam lirik lagu “Lelaki nya. Selain itu, anak ini juga menyatakan di Kardus”, penulis menemukan bahwa anak baris 7 dan 8 – Bapakku pengkhianat//, Ibuku di repre sentasikan tidak sebagai sosok yang dibohongin –. Hal ini menunjukkan bahwa si anak lugu. Hal ini nampak jelas pada baris pertama – me ngetahui sebuah fakta bahwa ayahnya adalah Bapakku kawin lagi– dan keempat –Ibuku diduain– pembohong dan terlebih lagi, ayahnya telah . Berdasarkan dari baris pertama tersebut, maka menipu ibunya. Nampak jelas bahwa si anak nampak jelas bahwa persona dalam karya yang mengerti apa itu kebohongan dan bagaimana dikaji dalam penelitian ini adalah seorang anak rasanya dibohongi. Jadi, dapat disimpulkan yang telah mengetahui sebuah fakta bahwa bahwa sosok anak (sebagai persona) dalam ayah nya telah menikah lagi dengan orang “Lelaki kardus” adalah sosok seorang anak lain. Kedua baris tersebut juga mengantarkan yang tidak lugu karena ia memiliki cara atau pene liti pada pemahaman bahwa si anak telah ke mam puan untuk menghubungkan apa yang mema hami tentang apa itu pernikahan dan apa ia lihat dan hadapi setiap hari. Sehingga, tidak artinya ketika dua orang yang telah menikah me nutup kemungkinan bahwa si anak memiliki memiliki orang lain dalam pernikahan mereka. pema haman tentang masalah-masalah dan sisi Penggunaan kata –diduain– juga menjelaskan gelap nya kehidupan yang ia dan keluarganya tentang kemampuan si anak untuk menyadari harus jalani. dan memahami bahwa ibunya bukan lagi sosok

Representasi penokohan anak yang kedua satu-satunya yang sekarang mendampingi si adalah anak yang mampu mengekpresikan

ayah. Keberadaan sosok lain pada kehidupan amarahnya. Sebagai seorang manusia tentu rumah tangga kedua orangtuanya telah mem- sangat lah wajar apabila suatu saat harus meng- buka mata persona (si anak) bahwa perni kahan hadapi permasalahan atau ketidaksesuaian atau kehidupan rumah tangga kedua orang- antara ekspektasi dan realita dalam kehidup- tuanya telah hancur karena adanya wanita lain an. Begitu juga dengan yang terjadi pada anak

ini. Ia mengetahui persoalan dalam keluarga- (persona) dalam lirik lagu “Lelaki Kardus”. nya yakni bahwa ayah dan ibunya tidak dalam Hal ini nampak pada baris 2 dan 3 yakni – Aku kondisi harmonis karen kehadiran sosok wanita ditinggalin// Aku sakit hati–. Pada kedua baris tersebut. Meskipun anak tidak memahami secara ter sebut nampak jelas bahwa si anak merasa utuh esensi pernikahan dan ketidakharmonisan sakit hati karena ketidakadilan yang harus ia keluarganya, padakedua baris tersebut nampak hadapi didalam kehidupnya. Ketidakadilan jelas bahwa si anak mampu memberikan gam- yang dimaksud adalah ketidakadilan yang baran umum tentang apa yang ada di sekitarnya. menyangkut tentang bagaimana sang ayah

Selain itu, ia juga mampu merasakan dan mem perlakukannya dan keluarganya. Seperti mengetahui bahwa ayahnya memperlakukan yang telah disampaikan oleh si anak, sang ayah ibunya tidak dengan semestinya, seperti saat meninggalkannya dan ini adalah bentuk peng- ia menjelaskan bahwa ayahnya telah memilih abaian sang ayah yang disebabkan karena sang wanita lain – Bapakku kawin lagi– (baris ke 1), ayah lebih memilih untuk bersama wanita lain mengkhianati – Ibuku diduain– (baris ke 4), daripada bersama dengannya. Pengabaian dan membohongi – Ibuku dibohongi– (baris ke 8), me- kenyataan bahwa si ayah lebih memilih orang nyiksa – ... dipukuli– (baris ke 6) dan me ne lan- lain ketimbang dirinya inilah yang dianggap si tarkan keluarganya – Aku ditinggalin– (baris ke 2). anak sebagai bentuk ketidakadilan. Seperti apa

Pada baris pertama dan keempat, jelas yang dijelaskan oleh Manifold (2007: 22) bahwa bahwa si persona mengetahui tentang perasaan anak yang terpisah dari keluarga atau orang- ayahnya yang telah berubah dan kemudian tuanya akan bertanya-tanya apakah dia masih ayahnya memilih untuk mengkhianati ibu- di cintai.

PROSIDING

Sosok ayah dari si persona adalah sosok janji pernikahannya dengan ibunya. Hal ini yang telah memicu ketidakharmonisan dalam nampak jelas pada baris ke 4, ia mengatakan keluarga, dan hal ini membuat si persona – Ibuku diduain–. Selain itu, pada baris 8 –Ibuku merasa kecewa, marah dan frustasi. Dengan di bohongin – ia juga menambahkan bahwa landasan perasaan tersebut, sang anak tidak ayahnya tidak hanya sosok seorang suami yang merasa terima atas apa yang dilakukan oleh tidak setia, tetapi juga pembohong. Melihat ayahnya. Meskipun anak mengalami pergolakan penjelasan di atas, dapat dimengerti mengapa perasaan yang hebat, sang anak hanya mampu pada baris 7 si anak memanggil ayahnya sebagai melakukan hal yang dia bisa, sebagai ungkap an ‘pengkhianat’. amarah dan wujud dari protesnya yakni dengan

Masalah perpisahan atau perceraian, yang cara menuturkan kata-kata kotor atau umpatan kemudian merujuk pada kasus penelantar an,

seperti yang tercantum di baris 9 hingga 15: dapat memberikan pembaca dari lirik lagu – Lelaki kardus// Lelaki karpet// Lelaki kencrot// “Lelaki Kardus” pada sebuah petunjuk tentang Lelaki bangkrut// Lelaki mencret// Lelaki karbet// bagaimana sulitnya menghadapi masalah per- Lelaki bangsat–. Menuturkan kata-kata kotor ini pisahan/perceraian dalam sebuah rumah tangga, adalah ungkapan emosi di tahap permukaan dan memberikan informasi tambahan tentang dan hal yang paling mudah untuk dilakukan. gambaran mengenai keluarga yang berbeda dari Terlebih lagi kata-kata kotor ini dimaksudkan kebanyakan, yakni gambaran keluarga yang untuk merendahkan dan memaki orang tidak harmonis, yang kemudian berujung pada lain. Penggunaan kata-kata kotor pada anak perceraian. Dengan mendapatkan gambaran dimungkinkan karena kebe ra daannya di tengah- buruk mengenai sebuah keluarga maka di- tengah orang-orang (orang tua, keluarga, teman harap kan ketika pembaca melihat masalah yang

maupun tetangga ) yang terbiasa menuturkan sama di lingkungan mereka, mereka akan tahu ungkapan kata-kata kotor. Dengan kata lain, si bagaimana untuk bereaksi dan sekaligus men- anak mecontoh dari lingkungan sekitarnya.

cari cara untuk mengatasinya. Isu sensitif yang kedua yang terdapat pada

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62