Teori Identitas Sosial. Uraian Teoritis

2.2.3 Teori Identitas Sosial.

Tidak bisa disangkal bahwa manusia tidak akan pernah bisa hidup sendiri. Sejak lahir sampai meninggal dunia pun manusia selalu membutuhkan kehadiran orang lain. Interaksi dan korelasi dengan sesama membuat setiap orang sanggup membangun kepribadiannya sebagaimana adanya. Walaupun setiap orang memiliki perbedaan, manusia selalu akan masuk dan bergabung dalam satu komunitas budaya tertentu. Kesamaan lingkungan seperti geografis, kesamaan nasib, keluarga, nilai-nilai, keagamaan, kebiasaan, adat istiadat dari komunitas budaya ikut membentuk identitas diri maupun komunitasnya. Ini membuat seorang individu tidak saja memiliki identitas diri sebagai persona, namun juga punya ciri-ciri yang bisa sama dengan orang lain di dalam komunitasnya. Karena dengan menjadi anggota komunitas budaya, seseorang akan membentuk personalitasnya dan sekaligus juga dilingkupi oleh budaya dan diidentifikasi dengan kelompok orang dalam budayanya Molan, dkk, 2009:33 Manusia adalah mahkluk yang senantiasa berpikir, seringkali manusia bertanya akan dirinya sendiri. Dengan kata lain manusia cenderung selalu mencari identitas dirinya, terkadang mereka mencari dimanakah tempat yang seharusnya mereka berada. Salah satu faktornya adalah karena manusia diberikan akal pikiran. Keadaan tersebut yang membedakan manusia dengan makhluk lain di dunia, seperti hewan dan tumbuhan. Karena manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang berpikir, maka hanya manusia yang akan menyadari keberadaan makhluk lain dan segala sesuatu di dunia ini. Berpikir adalah proses akan lahirnya kesadaran. Kesadaran berarti sadar akan sesuatu, maksudnya adalah ada diri lain selain diri kita yang hidup bersama kita, adanya subjek dan objek lain di dunia ini. Kesadaran ini menyebabkan manusia selalu ingin bertanya. Dengan bertanya dan berpikir, mereka mulai mencari identitas dirinya. Mereka kemudian akan mampu menempatkan diri pada posisi mana dia akan berada. Dalam pencarian untuk menemukan dirinya atau identitasnya, manusia akan berusaha dengan akal pikiran yang ada pada dirinya. Segala usaha yang dilakukan manusia tentunya semata- mata untuk mendapatkan suatu ke-khas-an atau identitas tertentu. Identitas yang mencakup diri manusia itu. Mulai dari ciri-ciri fisik serta daya kemampuan yang Universitas Sumatera Utara dimilikinya. Selain itu, identitas yang dimaksudkan juga mencakup dalam suatu ciri yang bisa diterima oleh masyarakat atau dengan kata lain suatu ciri yang menandakan adanya seseorang dalam suatu kelompok tertentu. Semua yang ada atau melekat pada diri seseorang bisa dikatakan sebagai identitasnya. Pada akhirnya pencarian terhadap identitas tersebut dikatakan sebagai teori identitas sosial. Teori identitas sosial dipopulerkan oleh seorang tokoh yang bernama Henri Tajfel. Dikatakan ada cara-cara atau usaha yang dilakukan oleh manusia dalam mencari atau memperoleh identitas tertentu. Mulai dari melakukan tindakan atau perbuatan yang sesuai dengan kepentingan kelompok budaya individu tersebut maupun kepentingan persona. Selain itu pula manusia akan berusaha untuk memberikan identitas tertentu pada orang lain, dan bukan hanya berusaha untuk mendapatkan identitas untuk dirinya sendiri. Sudah jelas bahwa suatu identitas muncul dalam konsep pemenuhan akan suatu kebutuhan. Dengan begitu, adanya suatu identitas akan menumbuhkan suatu struktur sosial tertentu yang diinginkan oleh beberpa orang. Memang dibenarkan jika suatu identitas sosial akan dibutuhkan untuk menjadi penanda adanya perbedaan individu satu dengan individu yang lainnya. Pada awalnya teori identitas sosial digunakan untuk menjelaskan hubungan antar kelompok, tetapi belakangan, seorang ahli bernama Ralph Tyler 1996 mengembangkan teori ini untuk menjelaskan hubungan individu dengan suatu kelompok. Teori ini menjelaskan bahwa individu menggunakan kelompok sebagai sumber informasi mengenai anggota-anggota kelompok dan untuk membangun status diri Tyler, 1996:20. Perspektif ini menyatakan bahwa seorang anggota kelompok akan menggunakan status atau kedudukan sosial dalam kelompok untuk membangun harga dirinya. Tyler memprediksi bahwa keinginan individu untuk bekerjasama dalam suatu kelompok dipengaruhi oleh informasi mengenai identitas yang akan diterima dari kelompoknya. Kesimpulannya, salah satu motivasi individu untuk bergabung dalam suatu kelompok adalah untuk memperoleh dan menjaga identitas sosial dirinya. Universitas Sumatera Utara Akibatnya, alasan utama individu untuk bergabung dalam suatu kelompok adalah validasi diri yang dapat diperoleh individu tersebut ketika menjadi anggota kelompok, yaitu identitas dan harga diri. Kelompok seakan mempunyai fungsi penting bagi individu dengan mendefinisikan dan memberikan self worth bagi dirinya dan anggota kelompok lainnya. Motivasi untuk memiliki dan menjaga harga diri menjadi argumen bahwa individu dalam suatu kelompok akan melakukan suatu aktivitas yang seharusnya menguntungkan kelompok. Identifikasi didefinisikan sebagai tingkat keinginan individu secara kognitif untuk menggabungkan dirinya dengan kelompok. Ketika individu diidentifikasi melalui kelompoknya, maka individu memiliki motivasi untuk bekerjasama meningkatkan kinerja kelompok tersebut. Semakin kuat identifikasi individu melalui kelompok, semakin penting fungsi kelompok bagi dirinya. Fungsi ini akan mendorong individu untuk memikirkan kelangsungan kelompok melalui perbaikan kinerja. Individu akan memikirkan kepentingan kelompok seperti mereka memikirkan kepentingannya sendiri. Hal ini berarti perilaku individu dibentuk oleh tingkat identifikasi individu dengan kelompoknya. Studi Abrams, Ando dan Hinkle 1998 memberikan bukti bahwa identitas akan membentuk perilaku dengan rendahnya keinginan berpindah ketika individu tersebut sukses mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok dimana dirinya berada. Ketika individu memandang bahwa kelompok mempunyai fungsi penting untuk memperoleh dan menjaga identitas sosialnya, maka individu akan melakukan evaluasi terhadap kelompoknya. Evaluasi terhadap status kelompok akan mempengaruhi identifikasi. Ketika individu memiliki pertimbangan yang positif terhadap statusnya di dalam kelompok, maka tingkat identifikasi individu terhadap kelompoknya akan tinggi. Kondisi ini akan mempengaruhi sikap dan perilaku individu dalam kelompok. Respek menjelaskan pertimbangan mengenai status individu dalam kelompok. Respek yang diberikan kelompok kepada anggotanya akan membentuk identitas personal yang berkaitan dengan reputasi anggota dalam kelompok. Hal ini mendorong individu berperilaku kreatif dan memiliki pemikiran yang unik untuk membentuk reputasi di antara anggota kelompok. Individu yang merasa dihargai oleh individu lain dan kelompoknya Universitas Sumatera Utara akan memiliki komitmen yang tinggi terhadap kelompoknya dan secara sukarela termotivasi untuk berperilaku yang memberikan manfaat bagi kelompoknya. Teori identitas sosial menjelaskan proses dinamis yang membentuk perilaku diskresioner. Kebutuhan sosial dan psikologis akan identitas sosial ini, mendorong individu untuk membangun relasi jangka panjang karena individu ingin terus menerus menjaga identitasnya. Perilaku positif akan membuat individu memiliki perhatian terhadap perlakuan dan penilaian yang ada di dalam kelompok tersebut. Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal.