BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 PerspektifParadigma Kajian
Perspektif diartikan sebagai sudut pandang atau cara kita memandang sesuatu. Cara memandang yang kita gunakan dalam mengamati kenyataan akan
menentukan pengetahuan yang akan kita peroleh. Dalam studi komunikasi, dikenal tiga perspektif, yaitu positivis, konstruktivis, dan kritis.
Perspektif positivis berfokus pada hal-hal yang tampak nyata atau yang terlihat secara objektif. Prinsip dasar dalam perspektif positivis yaitu ilmu
merupakan upaya untuk mengungkapkan realitas, hubungan antara objek dan subjek harus dapat dibuktikan, dan hasil temuan memungkinkan untuk digunakan
dalam proses generalisasi pada waktu dan tempat yang berbeda. Menurut beberapa pendapat yaitu komunikasi merupakan sebuah proses linier atau proses
sebab akibat yang mencerminkan upaya pengirim pesan untuk mengubah pengetahuan penerima pesan yang pasif Ardianto, 2009. Jadi, paradigma
positivis ini memandang proses komunikasi ditentukan oleh pengirim atau komunikator. Berhasil atau tidaknya sebuah proses komunikasi bergantung pada
upaya yang dilakukan oleh pengirim atau komunikator dalam mengemas pesan, menarik perhatian penerima ataupun mempelajari sifat dan karakteristik penerima
untuk menentukan strategi penyampaian pesan. Sedangkan, perspektif konstruktivis muncul sebagai kritik terhadap kaum
positivis. Paradigma konstruktivis memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya,
konsentrasi analisis pada paradigma konstruktivis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi dan dengan cara apa konstruksi itu
dibentuk. Paradigma konstruktivis menolak pandangan positivis yang menyatakan peran pengirim pesan sebagai faktor sukses tidaknya proses komunikasi. Dalam
pandangan konstruktivis, penerima pesan atau komunikan disebut sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosial lainnya.
Bahasa pun tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif
Universitas Sumatera Utara
belaka. Jika dalam perspektif positivis, tujuan penelitiannya adalah mendapatkan pengetahuan yang objektif, maka dalam perspektif konstruktivis ini tujuannya
adalah mengungkapkan kesadaran palsu dibalik nilai-nilai objektif ini. Tujuannya adalah menemukan penyadaran, pemberdayaan, atau transformasi sosial.
Lain halnya dengan perspektif kritis. Pandangan ini mencoba membongkar kepentingan atau ideologi lain yang berdiri dibalik fenomena sosial, perspektif ini
tidak sekedar melakukan observasi melainkan memberikan kritik terhadap fenomena sosial. Kaum kritis ini meyakini pentingnya kontruksi kultur dan cara-
cara praktik sosial dalam menentukan, menghilangkan, membangun suatu kultur. Paradigma kritis lahir sebagai koreksi dari pandangan kontruktivis yang kurang
sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun intitusional. Analisis teori kritis tidak berpusat pada kebenaran atau
ketidakbenaran struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti pada konstruktivis.
Dari ketiga perspektif yang ada, penelitian biografi termasuk ke dalam perspektif konstruktivis, dimana tujuan penelitian biografi sesungguhnya adalah
mencari dan mengungkapkan kenyataan atau realitas yang ada secara mendalam. Hal ini disebabkan teori yang menjadi dasar dari metode biografi adalah etnografi,
fenomenologi, analisis narasi, interaksionime simbolik, teori diskursus dan analisis konvensional. Namun, metode biografi menimbulkan perdebatan yang
cukup hangat antara aliran positivis dan aliran konstruktivis. Menurut aliran positivis, cerita tentang kehidupan seseorang dapat mengungkapkan kenyataan
yang sesungguhnya atau memiliki kebenaran empiris. Cerita kehidupan seseorang biasanya dianggap sebagai peristiwa atau pengalaman yang nyata dan biasanya
pencerita menjadi saksi utama atas kejadian yang diceritakan. Sedangkan, menurut aliran konstruktivisme, pandangan kaum positivis tersebut kurang tepat,
karena baik cerita dari partisipan dan interpretasi peneliti sudah melalui suatu kesepakatan tentang cara penceritaan kembali. Dengan kata lain, cerita dari subjek
sudah melalui interpretasi dari peneliti. Akibatnya cerita tidak akan memiliki arti tanpa interpretasi dari peneliti. Justru karena diinterpretasi, maka cerita tersebut
dapat dimengerti oleh orang lain. Aliran konstruktivis tertarik untuk meneliti
Universitas Sumatera Utara
bagaimana pencerita membentuk cerita atas suatu peristiwa tertentu, dan bagaimana realita tersebut dibentuk dari ceritanya.
Penelitian biografi merupakan sebuah studi mengenai seseorang individu dan semua pengalaman hidupnya yang diceritakan kembali oleh peneliti dengan
cara mengumpulkan dokumen-dokumen dan arsip-arsip yang berhubungan dengan individu yang diteliti tersebut. Penelitian biografi sebagai sebuah metode
yang mengumpulkan sekaligus mempelajari dokumen-dokumen yang menjelaskan ‘turning-point moment’ dari kehidupan seseorang Denzin, 1989:69.
Denzin juga menjelaskan bahwa dengan menggunakan metode ini, peneliti nantinya akan mampu mengungkapkan dan menjelaskan arti yang mendalam dari
pengalaman maupun sejarah hidup seseorang, yang kemudian dapat memberikan pencerahan bagi orang lain. Denzin menggunakan istilah ‘epiphani’ yang berarti
pencerahan atau ‘yang tampak berarti’ dari tindakan, sejarah hidup dan maupun problematika kehidupan seseorang yang dianggap akan bermanfaat bagi orang
lain. Disimpulkan bahwa penelitian biografi ini berusaha menghadirkan sejarah kehidupan seseorang secara gamblang beserta manfaatnya untuk orang lain
Denzin dan Lincoln, 1990. Namun perlu ditekankan bahwa penelitian biografi tidak hanya membahas
secara umum mengenai individu seseorang seperti tempat lahir atau asalnya saja. Tapi lebih jauh dari itu, penelitian ini mencoba menjelaskan bahwa masih
banyak yang bisa digali dan didata dari seseorang, agar dapat bermanfaat bagi orang banyak. Penelitian jenis biografi merupakan sebuah narasi yang mana
peneliti akan menuliskan kembali riwayat hidup seseorang yang dianggap hidupnya baik untuk dibiografikan, termasuk penghargaan-penghargaan yang
diterima semasa hidup maupun saat sudah wafat, yang dianggap dapat memotivasi dan bermanfaat bagi orang lain. Asumsi dasar dari penelitian ini adalah bahwa
pengalaman setiap manusia selalu punya arti khusus sekaligus dapat bermanfaat bagi orang lain.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Uraian Teoritis