Sejarah Pekerjaan dan Reputasi.

d. Sejarah Pekerjaan dan Reputasi.

Tjong A Fie sukses membangun dinastinya sendiri di Tanah Deli. Satu demi satu lahan di Kota Medan dan sekitarnya mampu dikuasainya. Berbekal kedekatannya dengan pemegang wilayah Tanah Deli, Kesultanan Deli, dia pun dengan mudah melakukan manuver memperluas wilayah perkebunannya. Kemampuan dia melakukan lobi sangat mendukung dia dalam hal ini. Tak kurang dari perkebunan teh, tembakau, kelapa, karet dan kopi dimiliki oleh Tjong A Fie. Dia memiliki banyak pegawai yang tidak hanya berasal dari negeri China, namun juga masyarakat pribumi. Masyarakat sekitar pun sangat menghormatinya. “Penghormatan dari masyarakat sekitar kepada Tjong A Fie dibalas beliau dengan banyak membantu masyarakat, salah satunya dengan membangun berbagai tempat ibadah, membangun rumah sakit dan rumah-rumah bagi masyarakat miskin, hingga melakukan bakti sosial dengan menyumbang sebagian hartanya ke orang-orang miskin yang membutuhkan.” – Fon Prawira. Semasa hidupnya, banyak kegiatan sosial yang dilakukan oleh Tjong A Fie demi membantu kehidupan masyarakat sekitarnya. Dia seringkali memberi santunan kepada fakir miskin dan anak-anak yang kurang mampu. Selain itu, pembangunan tempat-tempat ibadah merupakan hal yang lazim dilakukan oleh Tjong A Fie. Tidak hanya mesjid, tetapi gereja, kuil hindu dan kelenteng juga sudah dibangun Tjong A Fie di berbagai tempat. Dia seakan ingin membuktikan bahwa dirinya sangat menjunjung tinggi multikulturalisme yang ada di Kota Medan saat itu, dengan tidak membeda-bedakan suku, agama, ras dan bangsa. Ini juga membuktikan Tjong A Fie memiliki sisi religius yang kental. Masyarakat tentu sangat dimudahkan dalam hal ini. Mereka dengan mudah membangun kehidupan taat beragama dengan bantuan bangunan-bangunan suci itu. Hingga sekarang, keberadaan rumah ibadah ini masih berdiri tegak dan bisa dijumpai oleh siapa saja. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3 dan 4.4 Mesjid-mesjid yang dibangun di Tjong A Fie semasa jayanya. Gambar 4.5 Kelenteng Kwan Ti Kong, salah satu kelenteng yang dibangun Tjong A Fie. Selain jiwa sosialnya yang tinggi, Tjong A Fie juga membangun reputasinya melalui pendekatan budaya dan komunikasinya. Tjong A Fie dikenal sebagai orang yang pandai berkomunikasi dengan siapa saja, dimulai dari kalangan Sultan, Pemerintah Belanda hingga masyarakat kecil sekalipun. Tidak jarang, banyak yang datang menjumpainya hanya untuk sekedar bertukar pendapat dan menerima arahan. Tjong A Fie banyak berbicara dengan kata-kata yang lugas dan mudah dimengerti oleh pihak yang mendengar. Sebagai seorang pemimpin, dia tentu saja harus mengungkapkan kemauan dan keputusannya dengan baik. Untuk itu, dia memilih kata-katanya dengan sangat cermat agar bagi siapa saja yang mendengar, akan mudah memahami maksudnya. Walaupun dia berasal dari China yang kental dengan komunikasi konteks-tinggi, namun Universitas Sumatera Utara nyatanya Tjong A Fie menerapkan sebuah gaya komunikasi konteks-rendah. Dimana menurut para ahli, komunikasi konteks-rendah disikapi dengan gaya bicara yang langsung pada pokok pembahasan. Hal ini dibuktikan dengan ungkapan berikut : “Dia berbicara secara sederhana, alami dan menjunjung materi pembahasannya. Dia berbicara pada pokok masalahnya. Dia tidak berbicara yang bertele-tele. Dia tegas, to-the-point dan menyikapi. Dan dia komit terhadap apapun yang dia sikapi. Ini yang membuat dia dipercaya oleh masyarakat luas, tanpa membedakan suku, agama dan golongan. Dia berbicara untuk semua lapisan, tidak membeda-bedakan.” – Fon Prawira. Tjong A Fie memang disebut-sebut salah satu pelakon komunikasi yang sangat efektif saat itu. Dia akan mudah membuat lawan bicaranya mengerti apa yang menjadi keinginannya. Salah satu literatur menyebut kepandaian Tjong A Fie dalam berkomunikasi adalah kesuksesannya dalam melakukan lobi. Pihak keluarga Lim Koei Yap yang mulanya menolak lamaran Tjong A Fie, akhirnya menerimanya tidak lama setelah dia menyatakan dengan terus terang betapa dia mencintai Lim Koei Yap dan dia juga dengan tegas berbicara kepada kedua orang tuanya bahwa dia memang masih memiliki seorang istri, namun dia tidak bahagia dan berjanji akan segera menceraikan istri pertamanya. Hal jujur dan tegas seperti itu sangat jarang ditemui di budaya-budaya Asia, yang kebanyakan masih suka berbasa-basi dan tidak langsung mengungkapkan kejadian sebenarnya. Selain contoh itu, contoh-contoh lain terpampang jelas jika melihat sepak terjang Tjong A Fie dalam bersahabat karib dengan kalangan Sultan Deli dan pemerintahan Belanda. “Tjong A Fie orangnya tegas. Dari itu dia memiliki banyak teman dari berbagai kalangan. Ketegasannya dalam berbicara sangat disukai, sehingga banyak yang percaya padanya. Dia juga pintar menempatkan diri dan mengungkapkan apa yang bisa diungkapkannya.” – Penjelasan Tour Guide Tjong A Fie Mansion. Universitas Sumatera Utara Gaya komunikasi Tjong A Fie ini membuat dia dengan mudah memulai dan mengakhiri pembicaraan sesuai keinginannya. Lawan bicaranya diharapkan segera mengerti maksud dari segala ucapan yang keluar dari mulut Tjong A Fie. Kediaman Tjong A Fie juga sering kedatangan tamu yang datang hanya sekedar untuk bersilaturahmi dengan dia. Hal ini ditunjang fakta yang menyatakan di dalam rumahnya ada tiga ruang tamu sekaligus, hal ini tentu tidak lazim di rumah- rumah masyarakat awam. Tapi, bagi Tjong A Fie, menyediakan tiga ruang tamu di dalam rumahnya agar orang-orang umum dan kerabat-kerabat serta sanak saudara yang datang berkunjung akan merasa nyaman. Salah satu ruang tamu yang ada di rumah Tjong A Fie bahkan khusus digunakan hanya untuk menyambut kedatangan kalangan Kesultanan Deli. Ruang tamu Sultan Deli ini dihias dengan ornamen-ornamen bernuansa Jawa. Begitu juga dengan ruang tamu yang lain, dihias sesuai dengan kepentingannya. Dari ruangan-ruangan ini-lah, Tjong A Fie menjalankan aktivitas komunikasinya dengan lebih intens dan membangun reputasinya sebagai seorang komunikator ulung serta pemimpin kelas atas. Komunikasi antarbudaya yang terjalin antara dirinya dengan Kesultanan Deli maupun Pemerintahan Belanda juga berjalan dengan baik tanpa hambatan karena ruangan dan suasana yang ada di dalam ruang tamu-nya dirancang khusus untuk menjalin silahturahmi dan melakukan interaksi sosial. Gambar 4.6 Salah satu ruang tamu Gambar 4.7 Ruang tamu terbesar. yang ada di rumah Tjong A Fie, Digunakan untuk acara-acara besar yang khusus digunakan untuk dan menyambut tamu-tamu menyambut Sultan Deli. kehormatan. Universitas Sumatera Utara “Tjong A Fie berbicara lebih lembut kepada anak-anaknya, sangat jauh berbeda dengan istrinya yang berbicara lebih lantang. Tjong A Fie juga berbicara dengan pelan dan penuh kharisma, dia tidak asal memilih kata- kata yang akan diucapkannya.” – Penjelasan Tour Guide Tjong A Fie Mansion. Selain berbicara tegas, berbicara lembut menjadi salah satu ciri khas Tjong A Fie dalam berkomunikasi dengan keluarganya. Kepada anak-anaknya yang hampir setiap hari intens berkomunikasi, dia selalu menunjukkan kelembutannya. Mirip orang Melayu jika sedang berbicara, Tjong A Fie pun demikian. Hal ini banyak disebabkan karena pergaulannya yang luas dan mencakup kalangan atas. Komunikasi verbal yang dilakukan Tjong A Fie cenderung menjaga reputasi dan harga dirinya sebagai seorang cendekiawan dan wakil pemerintahan yang kharismatik.

e. Ideologi Agama dan Masyarakat yang Memengaruhinya.