Penyajian Data Data Display

4.1.2 Penyajian Data Data Display

Data yang disajikan dalam bagian ini adalah data yang sudah direduksi dan layak disajikan sesuai dengan tujuan penelitian, dimana, tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan gaya komunikasi Tjong A Fie dan serta gaya personal, mencakup komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal-nya. 1. Gaya Komunikasi Tjong A Fie. Tjong A Fie berkomunikasi dengan semua kalangan tanpa membeda- bedakan agama, ras, suku bangsa, ataupun golongan. Seluruh lapisan masyarakat disebut-sebut mudah menjalin hubungan dengan Tjong A Fie karena kesederhanaan Tjong A Fie dalam berkomunikasi. Sebagai buktinya, hubungan dengan Sultan Deli berjalan sangat lancar, begitu juga dengan pemerintah Belanda yang tidak malu-malu menunjuknya sebagai salah satu wakil pemerintah. Masyarakat juga sangat mengaguminya. Tjong A Fie berkomunikasi dengan sederhana, dia langsung menyikapi pokok pembicaraan yang ada. Ketika orang lain mengajaknya berbicara mengenai urusan bisnis, maka dia akan berbicara bisnis. Ketika orang lain sedang ingin membahas sisi spiritual, maka dia akan ikut membahasnya. Artinya, dia tidak suka berbicara diluar konteks yang ada. Dengan kata lain, dia berbicara secara linier, yang terlihat dari sifat komunikasinya yang langsung, lugas dan eksplisit. Berdasarkan literatur, gaya komunikasi konteks rendah Tjong A Fie ini dipengaruhi oleh budaya China Peranakan yang dibawa oleh istrinya, Lim Koei Yap. Selain itu, pertemanan dengan pemerintah Belanda juga mempengaruhi gaya komunikasinya ini. Seperti diketahui, budaya barat memang lebih suka berbicara tegas dan tidak menyimpan rahasia. Tidak suka menggunakan isyarat-isyarat ataupun simbol dalam mengungkapkan sesuatu. Lambat laun, Tjong A Fie yang memang memiliki sisi adaptasi yang luar biasa, juga terpengaruhi. Seiring waktu, Tjong A Fie mengikuti gaya komunikasi budaya barat ini yang ternyata sangat disukai oleh masyarakat sekitarnya. Mereka menganggap, pemimpin yang berbicara jujur dan langsung, tanpa menggunakan kiasan-kiasan, lebih mudah dipahami dan tidak akan salah dalam menginterpretasi maksud perkataannya. Hal Universitas Sumatera Utara ini dibuktikan dengan langgengnya penghormatan dan loyalitas masyarakat dan pegawai-pegawainya dalam membantu kelangsungan perkebunan-perkebunan Tjong A Fie. Kemudian, Tjong A Fie membalas penghormatan masyarakat ini dengan turun secara aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial. Tak dapat dihitung betapa banyaknya pemberian sedekah yang dilakukan oleh keluarga Tjong A Fie kepada fakir miskin. Beberapa diantara mereka diperkerjakan dalam perkebunannya. Selain itu, beberapa saksi sejarah berupa bangunan-bangunan yang tersebar, tidak hanya di Kota Medan, tetapi juga di daerah-daerah lainnya, dapat membuktikan betapa tingginya kepedulian Tjong A Fie kepada warga masyarakat sekitar. Semua dimulai dari sebuah gaya komunikasi yang sangat disukai oleh berbagai kalangan. 2. Komunikasi Verbal. Tjong A Fie dikenal baik sebagai seorang yang banyak berbicara di masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari posisinya sebagai seorang pemimpin dan pengusaha sukses. Dia tidak hanya memimpin ribuan buruh-buruh China, namun dia juga mengatur ribuan pegawai-pegawai di perkebunannya sendiri. Tanpa komunikasi verbal yang lancar, mustahil Tjong A Fie dapat melakukan itu semua. Pemerintah Belanda pertama kali mempercayainya ketika melihat dia sukses mengambil hati para buruh China melalui komunikasi verbalnya yang lancar. Ini disebabkan karena adanya kesamaan bahasa antara dirinya dengan buruh-buruh China, ditambah lagi sejak kecil, Tjong A Fie memang dikaruniai jiwa pemimpin yang kental. Melihat hal itu, buruh-buruh China dan pemerintah Belanda dengan yakin menunjuknya sebagai liutenant, yang kemudian meningkat menjadi kapitein dan akhirnya menjadi mayor pada tahun 1911. Itu semua tidak mungkin dijalani oleh Tjong A Fie tanpa dibekali kemampuan komunikasi verbal yang aduhai. Universitas Sumatera Utara Komunikasi verbal yang digunakan Tjong A Fie di masyarakat berbeda dengan yang dia gunakan di dalam keluarganya. Seperti diceritakan, di dalam keluarganya, yang lebih memegang peranan adalah istrinya. Lim Koei Yap-lah yang lebih cerewet dan lebih garang dalam berbicara apabila sedang berada di dalam rumah. Hal yang sangat kontras jika dibandingkan dengan aktivitas komunikasi Tjong A Fie di luar rumah. Di dalam rumahnya, Tjong A Fie seakan kehilangan kemampuan komunikasinya, ini disebabkan karena dia cenderung diam dan membiarkan istrinya lebih dominan mengurus rumah tangganya. Namun, ini bukan berarti Tjong A Fie tidak berbicara sedikit pun, hanya saja intensitas komunikasinya dia kurangi. Hal ini dapat dimaklumi karena pada dasarnya dia adalah tipe penyayang dan berkepribadian lembut. Sebagai perbandingan, istrinya akan sangat marah bahkan tidak segan-segan menghardik dan memukul anak-anaknya, apabila ada kesalahan yang terjadi. Namun, Tjong A Fie hanya akan menasehati anak-anaknya dengan kemampuan komunikasi verbalnya yang memang sangat efektif. Keefektifan Tjong A Fie dalam berkomunikasi membawa dampak yang sangat besar pada kehidupannya. Dalam kehidupan sehari-harinya, komunikasi verbal dia gunakan untuk hal-hal yang memang dianggap penting saja, apabila tidak penting baginya mengeluarkan kata-kata, maka dia hanya akan diam saja dan mengamati. Dengan kata lain, komunikasi verbal baginya berfungsi untuk keadaan-keadaan yang vital, seperti mengurus bisnis usahanya dengan para kolega bisnisnya, mengarahkan pegawai-pegawai perkebunannya, memimpin ribuan buruh-buruh China, berinteraksi dengan masyarakat yang membutuhkan peran dan bantuannya serta menjalin relasi yang intens dengan Kesultanan Deli ataupun dengan kalangan atas lainnya, termasuk kerajaan China. Sedangkan dengan keluarganya, dia cenderung menggunakan komunikasi nonverbal-nya yang berupa isyarat-isyarat yang dipastikan sudah sangat dimengerti oleh keluarga besarnya. Universitas Sumatera Utara 3. Komunikasi Nonverbal. Aktivitas komunikasi nonverbal Tjong A Fie lebih sering dijumpai di dalam rumahnya. Tjong A Fie memang lebih banyak menggunakan komunikasi nonverbal berupa isyarat-isyarat maupun simbol-simbol apabila sedang berinteraksi dengan keluarganya. Hal yang berbeda apabila melihat kesibukan dia di luar rumah. Selain awal-awal kedatangannya di Tanah Deli, Tjong A Fie tidak terlalu intens menggunakan komunikasi nonverbal ketika sedang berinteraksi dengan lingkungannya. Namun bukan berarti Tjong A Fie tidak memakainya sekalipun, namun intensitas pemakaiannya lebih rendah jika dibandingkan dengan komunikasi verbalnya. Hal ini disebabkan karena kemampuan verbalnya yang memang lebih efektif dan disukai banyak kalangan. Namun, tidak bisa disangkal, komunikasi nonverbal juga layak dikatakan memegang peranan penting bagi Tjong A Fie. Tetapi itu hanya terjadi pada awal- awal kedatangannya. Tjong A Fie yang saat itu hanya menguasai bahasa Hakka dan Mandarin, sangat sulit baginya untuk berinteraksi dengan masyarakat pribumi ataupun dengan pemerintah Belanda. Salah satu cara dia menyiasati kekurangan bahasa itu ialah dengan menggunakan bahasa isyarat dengan dibantu oleh orang- orang di sekitarnya, termasuk abangnya. Tetapi ini tidak berlangsung lama, sadar komunikasinya akan lebih efektif apabila lebih menonjolkan komunikasi verbal, maka dia dengan cepat belajar bahasa. Bahasa Melayu dan Belanda pun dia kuasai. Sejak saat itu, dia lebih sering terlihat berkomunikasi secara lisan, komunikasi nonverbal yang awalnya memegang peranan, sekarang baginya hanya sebagai pelengkap dan penegas komunikasi verbalnya semata. Salah satu bentuk komunikasi nonverbal yang termasuk sering digunakannya ialah mimik muka dan pergerakan tangannya. Ketika sedang berinteraksi, mimik muka Tjong A Fie juga ikut berinteraksi. Dia tidak malu menunjukkan kesedihannya atau bahagianya melalui mimik mukanya. Selain itu, pergerakan kedua tangannya yang menyertai pesan-pesan verbalnya juga Universitas Sumatera Utara dominan. Ini dilakukan semata-mata untuk menegaskan apa yang hendak disampaikannya. Namun lagi-lagi perlu ditekankan bahwa pemakaian bentuk-bentuk komunikasi nonverbal ini tidak intens dilakukan di luar rumah. Komunikasi nonverbalnya hanya sering dia gunakan di dalam rumah, terutama ketika berinteraksi dengan anak-anaknya.

4.1.3 Verifikasi Data Data Verification