Penderitaan Migran Perkotaan Masyarakat Marjinal

Dari permasalahan tersebut, perlu adanya pengakuan dan perluasan pendidikan non-formal dan informal dan pemenuhan hak atas pendidikan, karena memiliki kaitan yang sangat erat. Meskipun pemerintah telah menaikkan anggaran pendidikan hingga 11,8 2007, dan pada tahun yang akan datang 2008 mencapai 12 dari total APBN, pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah BOS, namun karena situasi angka kemiskinan dan penggangguran meningkat, ada keterbatasan dalam akses pendidikan bagi mereka yang serba kekurangan. 26 Hal ini perlu segera ditangani dengan adanya bantuan ataupun kerjasama dari lingkungan sekitar, seperti perluasan lapangan pekerjaan, membuka balai pelatihan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki masyarakat, serta yang utama ialah memasilitasi program pendidikan gratis bagi masyarakat yang kurang mampu. Menurut Hakikur Rahman, sistem pendidikan yang interaktif juga dapat diterapkan untuk mengembangkan pendidikan bagi kelompok masyarakat marjinal, yang mana masyarakat tersebut hidup dengan berbagai kekurangan. Oleh karena itu, hal ini menjadi sebuah tantangan bagi para pemimpin di seluruh dunia untuk menyediakan program pemberantasan buta huruf, pelayanan kesehatan, dan dukungan lainnya untuk mengembangkan kehidupan masyarakat marjinal. Informasi, arus informasi yang bebas dan mudah diakses dapat dipergunakan sebagai bahan dasar yang utama dalam memberdayakan masyarakat marjinal untuk mengembangkan pengetahuan mereka. 27 Sependapat dengan pendapat di atas, bahwasanya di era globalisasi sekarang ini pemerintah sebaiknya 26 Siti Sarah Muwahidah dan Zakkiyudin Baidhowy, Islam, Good Governance, dan Pengentasan Kemiskinan , Jakarta: MAARIF Institute for Culture and Humanity, 2007, h. 57. 27 Hakikur Rahman , “Empowering Marginal Communities with Interactive Education Systems ”, Jurnal Pendidikan, h. 1. memfasilitasi masyarakat yang kurang mampu dengan beberapa keahlian atau keterampilan dan memberikan akses yang mudah untuk menggunakan fasilitas yang diberikan agar mereka pun bersaing dengan kalangan masyarakat yang lainnya, serta dapat merasakan fasilitas yang diberikan.

C. Kajian terhadap Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang terdahulu, ada beberapa penelitian yang memiliki relevansi dengan judul yang diteliti oleh penulis. Pertama, penelitian tersebut berjudul Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa bagi Anak Terlantar di Panti Asuhan Nurul Qur’an Bekasi, yang diteliti oleh Ayu Nur Azizah 1110018200076, Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah Keguruan, UIN Jakarta, 2014. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa 18 nilai karakter bangsa telah diterapkan melalui berbagai kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh anak. Pengimplementasian nilai-nilai tersebut tidak hanya pengajaran saja, tetapi langsung diterapkan oleh anak asuh. Meskipun mengalami banyak kendala dalam pelaksanaannya, namun pendidikan karakter budaya bangsa di panti asuhan menjadi efektif karena langsung dilaksanakan di bawah pengawasan Pembina, guru, dan senior di panti asuhan. Kedua, dalam penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Ali Fauzi yang berjudul Pendidikan Alternatif Kaum Marjinal 3101129, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, IAIN Walisongo Semarang, 2007. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa pendidikan alternatif muncul sebagai reaksi atas anggapan kurang tepatnya kurikulum nasional yang dibuat pemerintah. Selain itu, program pendidikan alternatif bagi kaum marjinal juga bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan daya produksi kaum petani, kaum tukang, pengrajin dan sebagainya. Ketiga, dalam penelitian yang dilakukan oleh Adhi Afwan Mubarok yang berjudul Pendidikan Karakter Anak Jalanan Melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta 07102241017, Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidika, Universitas Negeri Yogyakarta, 2012. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa pendidikan karakter anak jalanan dilaksanakan melalui program pendidikan agama islam dengan melalui perencanaan yang melibatkan beberapa faktor, antara lain pendidik, sasaran warga belajar, fasilitas belajar, dan kurikulum. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat ditemukan faktor yang mendukung keberhasilan dari program yang dilaksanakan, yaitu tersedianya alat-alat ibadah dan terdapat volunteer yang peduli dengan program tersebut. Selain faktor pendorong, ada faktor yang menghambat berlangsungnya program pendidikan karakter ini, antara lain kondisi psikis anak jalanan yang masih labil, disiplin waktu yang kurang konsisten dari pendidik, dan motivasi anak jalanan yang belum stabil untuk ikut serta dalam kegiatan. Dari beberapa penelitian di atas dalam penelitian yang sudah dilakukan belum membahas tentang permasalahan yang akan diteliti mengenai Penerapan Pendidikan Karakter bagi Masyarakat Marjinal Studi Kasus di Yayasan Nara Kreatif Jakarta . Perbedaan dengan beberapa penelitian yang sebelumnya yaitu terletak pada objek yang akan diteliti, masyarakat marjinal. Masyarakat marjinal disini ialah masyarakat yang mengikuti kegiatan di Yayasan Nara Kreatif dimana mereka perannya yaitu sebagai warga belajar atau peserta didik. Selain itu, penerapan pendidikan karakter disini lebih menekankan pada beberapa kegiatan yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif yang mana di setiap kegiatan tersebut menanamkan nilai-nilai karakter. Dengan kata lain, penulis akan meneliti tentang penerapan pendidikan karakter khususnya pada kegiatan yang dilaksanakan bagi masyarakat marjinal.