Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Menurut Thomas Lickona 1991 dalam buku Pendidikan Karakter Gunawan: 2012 mendefinisikan bahwa pendidikan karakter adalah
pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah
laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya.
5
Dewasa ini, pendidikan karakter sangat penting untuk diterapkan, karena banyaknya perilaku yang tidak berkarakter yang dilakukan
oleh masyarakat sekarang ini. Beberapa perilaku yang tidak berkarakter yang sering kali kita temui antara lain tawuran antar pelajar, maraknya „geng
motor ’, pergaulan bebas dan penggunaan NARKOBA.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh CNN Indonesia, kasus-kasus pencurian kerap terjadi di Jakarta sepanjang tahun 2014. Angka kasus
pencurian dengan kekerasan curas mencapai 904 kasus. Sementara kasus pencurian dengan disertai pemberatan curat sebanyak 3.515 kasus. Tindak
pencurian kendaraan bermotor curanmor sebanyak 3.162 kasus. Itu belum termasuk kasus-kasus kriminal lain. Kasus pemerasan misalnya hanya turun
9,79 dari tahun 2013, yakni sebanyak 433 kasus. Kasus pemerkosaan malah meningkat 10,52 dibanding tahun sebelumnya. Dari total 57 kasus pada
tahun 2013, kasus pemerkosaan naik menjadi 63 kasus di tahun 2014.
6
Melalui data tersebut dapat diketahui bahwa sekarang ini makin banyaknya perilaku yang tidak bermoral dan berakhlak terjadi, khususnya di Jakarta.
Hal yang memicu perilaku yang tidak berkarakter tersebut mungkin dikarenakan adanya kesenjangan ekonomi-sosial-politik, tindakan KKN
Korupsi Kolusi Nepotisme, serta ketidakadilan hukum sehingga perilaku tidak berkarakter pun timbul. Hal ini sangat memprihatikan bagi bangsa
Indonesia, karena ini menunjukkan kelemahan dan kerapuhan karakter yang dimiliki bangsa ini. Oleh karena itu dibutuhkan peran dari berbagai sektor,
5
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2012, h.23.
6
Yohannie Linggasari dan Donatus Fernanda Putra, Jakarta Kota Paling Tak Aman Sejagat, CCTV, Sniper Disiapkan
, 2015, http:m.cnnindonesia.comnasional20150129081301-20-28184jakarta-kota-paling-tak-
aman-sejagat-cctv-sniper-disiapkan .
tidak hanya dari pemerintah, melainkan lembaga pendidikan baik negeri atau swasta, dan masyarakat sekitar yang perlu mengoptimalkan pendidikan
karakter di Indonesia. Pada tahun 2010, pemerintah di Indonesia khususnya Kementerian
Pendidikan Nasional telah memberlakukan program penerapan pendidikan karakter, hal ini dikarenakan sebagai bentuk perbaikan moral dan karakter
bangsa di Indonesia. Program tersebut dirumuskan kedalam 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yang diterapkan dalam mata pelajaran,
ekstrakurikuler, dan kegiatan sehari-hari. Dengan diterapkannya pendidikan karakter diharapkan dapat membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Dalam ajaran Islam, pembentukan karakter dengan nilai agama dan norma bangsa sangat penting, karena antara akhlak dan karakter merupakan
satu kesatuan yang kukuh seperti pohon dan yang menjadi inspirasi keteladanan akhlak dan karakter adalah Nabi Muhammad SAW. Pilar-pilar
pembentukan karakter Islam bersumber pada Al-Quran, Sunnah atau hadis, dan keteladanan Nabi Muhammad SAW.
7
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-
Qur’an Surat Al-Ahzab: 21,
“Sungguh, telah ada suri teladan yang baik pada diri Rasulullah bagimu, yaitu bagi orang yag mengharap rahmat Allah dan kedatangan Hari
Kiamat dan yang banyak mengingat Allah .” QS. Al-Ahzab [33]: 21.
7
Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis Agama Budaya Bangsa
, Bandung: Pustaka Setia, 2013, h. 45-46.
Jika di dalam Al- Qur’an terdapat kisah para nabi atau orang-orang
yang durhaka, maka tujuannya adalah untuk membina moral. Orang-orang yang baik seperti para nabi selalu berada dalam kemenangan. Sebaliknya,
orang-orang yang jahat selalu berada dalam kebencian Tuhan dan akhir perjuangannya berada dalam kerugian. Hal ini dapat ditarik pelajaran agar
manusia memiliki sikap yang baik agar mendapat kasih sayang Tuhan dan menjauhi perbuatan yang buruk agar tidak dibenci Tuhan.
8
Berkaitan dengan pernyataan di atas Allah SWT berfirman di dalam Al-
Qur’an Surat Al-Qashash: 84,
“Siapa yang datang dengan membawa kebaikan, maka dia akan mendapat pahala yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan siapa yang datang
dengan membawa kejahatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan seimbang dengan apa yang dahulu
mereka kerjakan.” QS. Al-Qashash [28]: 84. Hal yang paling penting dalam pendidikan karakter adalah kesadaran
untuk memahami apa yang dilakukannya adalah hal yang terbaik. Untuk semakin menguatkan kesadaran untuk memahami ini, dibutuhkan contoh atau
suri teladan yang baik dari para pendidik dan orang-orang yang terlibat dalam dunia pendidikan.
9
Penerapan pendidikan karakter tidak hanya dilaksanakan di sekolah formal saja, melainkan perlu dilaksanakan oleh semua instansi dan
seluruh lapisan masyarakat, salah satunya ialah dari bentuk pendidikan non- formal yaitu Pusat Kegiatan Belajar Mengajar PKBM.
8
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia
, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012, h. 212.
9
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia: Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa
, Jogjakarta: Ar- Ruzz, 2011, h. 19.
Dengan adanya penerapan pendidikan karakter pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM khusunya bagi masyarakat marjinal, dapat
memperbaiki moral serta akhlak mereka melalui kegiatan-kegiatan yang ada pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM yang bersangkutan.
Penerapan 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa bagi masyarakat marjinal tentu dalam prosesnya tidaklah mudah, diperlukan proses yang
panjang dan dilakukan secara bertahap agar penerapan pendidikan karakter berjalan efektif.
Yayasan Nara Kreatif yang berlokasi di daerah Jakarta Timur merupakan salah satu dari sekian banyak Pusat Kegiatan Belajar Mengajar
PKBM yang ada di Indonesia yang menerapkan pendidikan karakter pada setiap kegiatan yang dilaksanakan, khususnya bagi masyarakat marjinal.
Yayasan Nara Kreatif didirikan pada tanggal 31 Januari 2013, dan baru adanya pengesahan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dengan Nomor: AHU-3071.AH.01.04.Tahun 2014. Awal mula didirikannya Yayasan Nara Kreatif yaitu bergerak dalam bidang daur
ulang limbah kertas dan organik, karena melihat limbah kotor yang ada di lingkungan masyarakat sekitar yang sayang apabila tidak dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Setelah satu tahun usaha dalam bidang daur ulang cukup berhasil, founder Yayasan Nara Kreatif, Nezatullah Ramadhan
membuka Sekolah Kejar Paket ABC yang mana didirikannya ini sebagai bentuk keprihatinan pada anak jalanan serta masyarakat marjinal yang tidak
dapat menempuh pendidikan seperti anak pada umumnya, namun masih memiliki
semangat untuk
belajar. Sekolah
kejar paket
tersebut diselenggarakan secara gratis atau tanpa dipungut biaya sama sekali dan
sumber dana yang membiayai penyelenggaraan sekolah kejar paket ini ialah keuntungan yang diperoleh dari usaha daur ulang limbah kertas dan organik.
Selain kegiatan pembelajaran, di yayasan ini juga terdapat kegiatan yang mendukung seperti kegiatan pengolahan limbah dan daur ulang
recycle, olahraga, gotong royong setiap 1 bulan sekali, dll. Selain itu juga ada beberapa program yang mungkin biasanya kita dapatkan pada sekolah
formal, yaitu Organisasi Intra Sekolah OSIS, Majalah Dinding, Study Tour, dll. Alumni atau lulusan yang bersekolah di Yayasan Nara Kreatif sampai saat
ini sudah mencapai ±60 orang dan kebanyakan dari lulusan tersebut lebih memilih untuk bekerja, khususnya untuk lulusan yang mengambil Paket C,
sedangkan lulusan yang berasal dari Paket A dan Paket B ±30 yang melanjutkan bersekolah di Yayasan Nara Kreatif dan selebihnya melanjutkan
di luar Yayasan Nara Kreatif. Penulis tertarik meneliti di Yayasan Nara Kreatif karena setiap
kegiatan yang dilaksanakan ditanamkan nilai-nilai pendidikan karakter, sehingga masyarakat marjinal yang bersekolah di yayasan tersebut dapat
memiliki moral dan akhlak yang jauh lebih baik dari yang sebelumnya. Sebab menurut
founder Yayasan
Nara Kreatif,
Nezatullah Ramadhan,
mengungkapkan bawah penerapan nilai-nilai pendidikan karakter ini karena melihat kemampuan yang dimiliki warga belajar yang kurang dibandingkan
dengan yang lain, maka beliau pun lebih menekankan dari kepribadian atau menanamkan nilai-nilai karakter di setiap kegiatan yang dilaksanakan, karena
dari kepribadian inilah dapat menunjang kesuksesan serta dapat memperbaiki sedikit demi sedikit moral atau ahlak yang sekarang ini semakin menurun
10
. Dalam prosesnya hal tersebut tidaklah mudah untuk diterapkan begitu
saja bagi mereka, sebab dari latar belakang yang mereka miliki sangat kurangnya penanaman nilai-nilai karakter dalam kehidupan mereka sehari-
hari. Latar belakang warga belajar yang bersekolah di Yayasan Nara Kreatif ini beraneka macam, ada yang berasal dari keluarga Broken Home, putus
sekolah Drop Out, Asisten Rumah Tangga ART, buruh pabrik, dan pengamen jalanan. Terkadang penyampaian pesan ataupun contoh dalam
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Yayasan Nara Kreatif disalah artikan oleh mereka. Lingkungan dimana mereka tinggal dan bergaul pun juga dapat
menjadi salah satu faktor tidak mudahnya menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter bagi mereka.
10
Hasil wawancara dengan Ketua Yayasan Nara Kreatif, Nezatullah Ramadhan, , Jakarta, 26 Mei 2015.
Berdasarkan uraian masalah di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut ke dalam penelitian yang berjudul
“Penerapan Pendidikan Karakter bagi Masyarakat Marjinal Studi Kasus Yayasan Nara
Kreatif Jakarta ”.