Prinsip Pengembangan Pendidikan Karakter

pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan belum secara total mengukur sosok utuh untuk pribadi siswa. b. Sistem pendidikan di Indonesia hanya menyiapkan para siswa untuk masuk ke jenjang perguruan tinggi atau hanya untuk mereka yang punya bakat pada potensi akademik ukuran IQ tinggi. c. Dunia pendidikan di Indonesia saat ini terjebak pada menyiapkan manusia dadakan atau manusia “instant”. Hal ini tergambarkan ketika menjelang Ujian Nasional atau Ujian Akhir Sekolah, dimana orangtua yang dengan gencarnya mencari lembaga bimbingan belajar untuk men-drill dan “memaksakan” anak-anaknya agar bisa menguasai bidang ilmu yang diujikan, dalam waktu yang relatif singkat. Banyak orangtua yang seolah-olah mengecilkan arti pendidikan yang telah dikenyam oleh anaknya selama ini, apabila pada akhir masa sekolah nilai ujian anaknya jelek. Sementara itu, perilaku-perilaku yang baik seperti taat pada orangtua dan guru, rajin shalat, tidak suka berbohong, berani memimpin, dan perilaku baik lainnya, jarang disentuh orangtua sebagai kriteria keberhasilan suatu kerberhasilan. d. Praktik pendidikan yang pada saat ini terjadi yaitu lebih dikuasai oleh ideologi ekonomi kapitalis dan liberalis, yang antara lain ditandai oleh penekanan kurikulum pada bidang penguasaan ilmu, teknologi dan keterampilan, pemenuhan kebutuhan dunia usaha dan industry, menganggap pendidikan sebagai salah satu komoditas yang diperjualbelikan, penerapan manajemen bisnis, tunduk pada hukum transaksional, mengaggap biaya pendidikan sebagai investasi yang menguntungkan, menganggap murid sebagai pelanggan yang harus dimanjakan, dan menempatkan guru sebagai fasilitator atau pelayan yang harus melayani keinginan para siswa. Praktik pendidikan yang demikian itu telah menggeser atau memarginalkan pendidikan agama dan pendidikan karakter.

e. Pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia saat ini mengalami

kegagalan. Kegagalan tersebut antara lain, karena pelajaran agama yang diajarkan di sekolah-sekolah itu lebih banyak bersifat ritual dan dogmatik. Pelajaran agama tersebut masih berkisar pada pengajaran tentang persoalan hukum-hukum, aturan-aturan, larangan-larangan, dan lain sebagainya. Dengan meninjau beberapa faktor di atas, sangat memprihatinkan dewasa ini bangsa Indonesia mengalami krisis karakter karena beberapa hal tersebut. Faktor tersebut disebabkan oleh beberapa hal, dari sistem pendidikan itu sendiri sampai pendidikan agama yang kurang. Krisis yang dialami sekarang ini tidak lain karena penanaman nilai-nilai karakter yang kurang ataupun guru belum mengetahui pendekatan seperti apa yang tepat agar penerapannya tersebut tepat sasaran. 7. Pendekatan Pendidikan Karakter Berikut ini ringkasan dari penjelasan Kemendiknas 2010b: 14-37 terkait tentang pendekatan karakter, a. Keteladanan Satuan pendidikan formal dan non-formal harus menunjukkan keteladanan yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang ingin dikembangkan. Selain itu, keteladanan juga dapat ditunjukkan dalam perilaku dan sikap pendidik dan tenaga kependidikan dalam memberikan contoh tindaka-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. b. Pembelajaran Pembelajaran dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, di satuan pendidikan formal dan nonformal, serta di luar satuan pendidikan. 1 Kelas Pembelajaran karakter dilaksanakan melalui proses belajar setiap materi pelajaran atau kegiatan yang dirancang khusus. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. 2 Satuan pendidikan formal dan nonformal Budaya satuan pendidikan formal dan nonformal adalah suasana kehidupan satuan pendidikan formal dan nonformal dimana peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, pendidik dengan pendidik, pendidikkonselor dengan peserta didik, antara tenaga kependidikan dengan pendidik dan peserta didik, dan antaranggota kelompok masyarakat dengan warga satuan pendidikan formal dan nonformal Interaksi sosial kultural internal kelompok dan antarkelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral, serta etika bersama yang berlaku di suatu satuan pendidikan formal dan nonformal. Jujur, bertanggung jawab, cerdas, kreatif, sehat dan bersih, peduli, dan gotong royong merupakan nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya satuan pendidikan formal dan nonformal. 3 Luar satuan pendidikan formal dan nonformal Pembelajaran karakter dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruhsebagian peserta didik, dirancang satuan pendidikan formal dan nonformal sejak awal tahun pelajaran atau program pembelajaran, dan dimasukkan ke dalam kalender akademik. Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler akan semakin bermakna jika diisi dengan berbagai kegiatan bermuatan nilai yang menarik dan bermanfaat bagi peserta didik. Kegiatan yang akan dikembangkan dalam pembentukan karakter adalah kegiatan yang terencana, terprogram, dan tersistem. c. Pemberdayaan dan Pembudayaan Pada tahap implementasi pengembangan karakter dikembangkan pengalaman belajar dan proses pembelajaran yang