15. Gemar membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan manfaat bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam
disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan alam, karakter dimulai dalam sosial dan
budaya, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
15
Berdasarkan nilai-nilai karakter yang sudah dijelaskan, maka dapat kita ketahui bahwa setiap kegiatan yang ada di setiap tingkat
satuan pendidikan harus terkandung 18 karakter tersebut. Hal ini sangat penting untuk diterapkan karena dapat menanamkan kepada
seluruh peserta didik nilai-nilai karakter yang positif dan memperbaiki moral atau akhlak bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Selain
diterapkan oleh peserta didik, peran serta dari pendidik dan tenaga pendidik juga perlu karena sebagai panutan atau contoh bagi peserta
didik dalam menerapkan nilai-nilai karakter tersebut.
15
Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, Kreatif, Jakarta:Esensi, 2012, h. 5-8.
4. Sumber-Sumber Nilai Karakter
Nilai-nilai karakter dan budaya bangsa dikonstruksi dari berbagai sumber, antara lain agama, Pancasila, budaya dan tujuan
pendidikan nasional Sarbaitinil, 2014 dalam Yaumi, 2014. Sumber- sumber tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Nilai-nilai karakter dan budaya bangsa bersumber dari ajaran agama. Bangsa Indonesia memiliki keberagaman keyakinan dan
kepercayaan. Agama Islam, Kristen, Hindu, Buddha, aliran kepercayaan, dan berbagai bentuk kepercayaan lain dapat hidup
dengan baik di negara ini walaupun sering juga terjadi gesekan- gesekan kecil. Pluralitas dalam beragama telah melahirkan tata
nilai, dan budaya yang beragam yang menghasilkan nilai-nilai agung dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
b. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia juga telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan nilai-nilai yang dianut
secara nasional oleh warga negara. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibangun oleh para pendiri bangsa atas dasar prinsip-
prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada pembukaan UUD 1945 dan
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya dan seni.
c. Budaya sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya
yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam
komunikasi antar anggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan
budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan dan karakter bangsa.
Agama
Pancasila
Budaya Tujuan
Pendidi kan
d. Tujuan pendidikan nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh
berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang
harus dimiliki warga negara Indonesia.
16
Gambar 2.1 Sumber Nilai Karakter dan Budaya Dari berbagai macam sumber nilai karakter dan budaya dapat
dipahami bahwasanya nilai-nilai karakter tersebut timbul dari ajaran agama, pancasila, budaya, serta tujuan pendidikan itu sendiri. Apabila
dapat disinkronisasikan secara keseluruhan, maka nilai-nilai karakter yang diajarkan pun akan berjalan efektif. Oleh karena itu, dibutuhkan
sinergi dari berbagai macam pihak agar penerapan nilai-nilai karakter dan budaya ini berjalan dengan semestinya.
5. Prinsip Pengembangan Pendidikan Karakter
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter mengusahakan agar peserta didik mengena dan
menerima nilai-nilai karakter sebagai milik peserta didik dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan
16
Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, Implementasi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2014, h. 82-85.
mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.
Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter Kemendiknas, 2010a: 11-13,
a. Berkelanjutan, mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan sebuah proses panjang dimulai dari
awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan.
b. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya satuan pendidikan
mensyaratkan bahwa proses pengembangan karakter dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap
kegiatan kurikuler, ekstra kurikuler dan kokurikuler. c. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan melalui proses belajar
mengandung makna bahwa materi nilai-nilai karakter bukanlah bahan ajar biasa. Tidak semata-mata dapat ditangkap sendiri atau
diajarkan, tetapi lebih jauh diinternalisasi melalui proses belajar. d. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan
menyenangkan . Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan
karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh pendidik.
17
Dari beberapa prinsip yang sudah dijelaskan, diketahui bahwa dalam penerapan pendidikan karakter bagi peserta didik harus
dikembangkan secara
berkelanjutan. Maksudnya,
penerapan pendidikan karakter tidak hanya diterapkan pada saat proses belajar
saja, melainkan diterapkan melalui kegiatan-kegiatan yang ada pada lingkungan sekolah agar penerapan nilai-nilai karakter dapat berjalan
secara maksimal. Dalam pendidikan karakter sangat penting dikembangkan nilai-
nilai etika inti seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan nilai-nilai
17
Nanang Purwanto, Pengantar Pendidikan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014, h. 193-194.
kinerja pendukungnya seperti ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan kegigihan sebagai basis karakter yang baik. Sekolah harus
berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta
didik berdasarkan nilai-nilai dimaksud, mendefinisikannya dalam bentuk
perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan sekolah sehari-hari. Selain itu, sekolah harus mencontohkan nilai-nilai itu, mengkaji dan
mendiskusikannya, menggunakannya sebagai dasar dalam hubungan antarmanusia, dan mengapresiasi manifestasi nilai-nilai tersebut di
sekolah dan masyarakat. Yang terpenting, semua komponen sekolah bertanggung jawab terhadap standar-standar perilaku yang konsisten
sesuai dengan nilai-nilai inti.
18
Dengan tanggung jawab yang diemban sekolah tersebut, diharapkan sekolah dapat secara maksimal menerapkan nilai-nilai
karakter kepada peserta didik dan peserta didik pun dapat menerapkannya tidak hanya di sekolah saja melainkan di masyarakat
dimana mereka tinggal. Karena bahwasanya penerapan nilai-nilai karakter tersebut akan berjalan efektif jika sudah diterapkan di
lingkungan mayarakat dan memberikan dampak yang baik pula.
6. Faktor Penyebab Krisis Pendidikan Karakter
a. Dunia pendidikan kita telah memberikan porsi yang sangat besar untuk pengetahuan, tetapi melupakan pengembangan sikapnilai
dan perilaku dalam pembelajarannya. Dunia pendidikan kita sangat meremehkan mata pelajaran yang berkaitan dengan pembentukan
karakter. Di lain pihak, tidak dipungkiri, bahwa pelajaran-pelajaran yang mengembangkan karakter bangsa seperti Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn, Pendidikan Agama, Ilmu Pengetahuan Sosial dalam pelaksanaan pembelajarannya lebih
banyak menekankan pada aspek kognitif daripada aspek afektif dan aspek psikomotorik. Di samping itu, penilaian dalam mata-mata
18
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional
, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, h. 129-130.