sudah terbiasa dengan pembelajaran peta konsep. Peta konsep juga diterapkan siswa pada pelajaran yang lain.
Berdasarkan nilai posttest yang diberikan peneliti setelah akhir pembelajaran pada siklus II, diperoleh hasil terjadi pengurangan
miskonsepsi siswa sebesar 42,5, yang berarti tercapainya target pengurangan miskonsepsi siswa sebesar 40 dan pengurangan
miskonsepsi pada siklus II ini lebih besar dari siklus I yang hanya sebesar 37,2.
f. Keputusan
Berdasarkan 2 siklus yang telah dilakukan dengan
menggunakan peta konsep sebagai strategi pembelajaran, diperoleh hasil sebagai berikut:
1 Miskonsepsi siswa dapat dikurangi baik pada siklus I dan II. Selain itu dampak dari berkurangnya miskonsepsi siswa
tercapai peningkatan pengauasaan konsep siswa. Pengurangan miskonsepsi siswa pada siklus II sebesar 42,5. Hal ini
menunjukkan ketercapaian target minimal pengurangan miskonsepsi, yaitu sebesar 40. Dengan demikian tindakan
yang dilakukan untuk mengurangi miskonsepsi siswa telah berhasil
2 Peta konsep sebagai strategi yang digunakan dalam pembelajaran tidak hanya membuat materi yang kompleks
menjadi lebh sederhana, tetapi juga dapat mengurangi miskonsepsi siwa dan memudahkan siswa dalam menerima
materi karena konsep tersusun secara hirarki yang mudah diterima oleh struktur kognitif seseorang
3 Secara keseluruhan kegiatan belajar mengajar pada siklus II menunjukkan arah yang lebih baik dibandingkan siklus I
B. Pembahasan
Penerapan pembelajaran biologi dengan menggunakan peta konsep pada konsep jaringan dan organ tumbuhan mampu mengurangi
miskonsepsi siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. Sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan peta konsep, proses pembelajaran
didominasi oleh guru, selain itu guru tidak memperhatikan konsepsi awal siswa, sehingga memungkinkan konsepsi awal tersebut menjadi
miskonsepsi pada siswa. Konsepsi awal siswa bisa bersumber dari fenomena alam di kehidupan sehari-hari maupun dari kesalahan konsep
yang didapatkan siswa pada jenjang pendidikan sebelumnya. Miskonsepsi pada siswa yang terjadi selama proses pembelajaran
salah satunya dikarenakan guru tidak menghubungkan informasi baru yang diterima siswa dengan informasi yang sudah dimiliki siswa sebelumnya
sehingga siswa mengaggap satu konsep dengan konsep lainnya tidak berhubungan. Peta konsep sebagai suatu strategi pembelajaran aktif dapat
menghubungkan informasi yang telah dimiliki dengan pengetahuan atau informasi baru.
Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan peta konsep, siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, guru dapat mengetahui
konsep-konsep apa saja yang menjadi miskonsepsi pada siswa, siswa juga mampu menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama
dalam struktur kognitif mereka. Melalui peta konsep guru dapat mengetahui konsepsi awal siswa dan konsep awal apa saja yang menjadi
miskonsepsi. Pada siklus I, pengurangan miskonsepsi setelah pembelajaran peta
konsep hanya mencapai 37,2, skor rata-rata rubrik peta konsep mencapai 5,5 dan masih terdapat 6 siswa yang mendapat skor posttest di bawah
KKM 70. Persentase pengurangan miskonsepsi ini belum sesuai dengan pengurangan miskonsep yang diharapkan yaitu sebesar 40. Oleh karena
itu penelitian dilanjutkan ke siklus II.