Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
guru ke pikiran siswa perlu digeser menuju pandangan konstruktivisme yang berasumsi bahwa pengetahuan dibangun dalam diri siswa.
Menurut Dahar dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran, pada saat muncul miskonsepsi, guru menyajikan
konflik kognitif sehingga terjadi ketidakseimbangan disekualibrasi pada diri siswa. Konflik kognitif yang disajikan guru, diharapkan dapat menyadarkan
siswa atas kekeliruan konsepsinya dan pada akhirnya mereka merekonstruksi konsepsinya menuju konsepsi ilmiah.
5
Penyelesaian masalah miskonsepsi yang dihadapi guru dan dialami siswa tentu tidak lepas dari peran strategi pembelajaran yang digunakan selama
proses pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan siasat atau taktik yang harus direncanakan guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan. Strategi pembelajaran bermakna merupakan strategi yang digunakan para
ahli untuk mengatasi miskonsepsi pada siswa karena dalam proses belajar bermakna terjadi penyusunan informasi yang saling terkait dengan konsep-
konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif siswa.
6
Dalam strategi belajar bermakna siswa dimotivasi untuk aktif, karena siswa adalah
pusat dari kegiatan belajar mengajar. Dalam pendekatan pembelajaran ini siswa diharapkan mampu menafsirkan informasi yang diberikan guru sampai
informasi tersebut diterima oleh akal sehat mereka. Belajar bermakna terjadi jika di dalam struktur kognitif siswa terdapat
konsep-konsep yang relevan yang saling terkait, bila ini tidak dilakukan maka informasi-informasi yang diterima siswa hanya dalam bentuk hapalan.
Struktur kognitif siswa tentu akan lebih mudah menerima dan menafsirkan informasi baru yang didapat dari lingkungan maupun dari bahan ajar jika
informasi tersebut memiliki hubungan terhadap informasi yang telah dimiliki sebelumnya. Salah satu strategi pembelajaran yang mampu menghubungkan
informasi-informasi dalam struktur kognitif siswa adalah peta konsep.
5
I Putu Eka Wilantara, Implementasi Model Belajar Konstruktivis , h.4
6
Ibid
Menurut Ausubel para guru harus mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki para siswa agar belajar bermakna dapat berlangsung. Novak dalam
bukunya yang berjudul ”Learning How to Learn” menyatakan bahwa peta konsep merupakan strategi yang didasari oleh belajar bermakna.
Strategi belajar bermakna mengutamakan struktur kognitif dan perolehan informasi baru. Dalam prinsip belajar bermakna pengetahuan baru harus
memiliki hubungan dengan struktur kognitif. Sehingga siswa dapat secara utuh memahami konsep-konsep ilmiah yang diberikan guru. Prinsip inilah yang
mendasari peta konsep ke dalam pembelajaran bermakna. Peta konsep merupakan alat skematis untuk mempersentasikan suatu
konsep yang digambarkan dalam suatu kerangka proposisi. Proposisi-proposisi yang terdiri dari beberapa informasi kemudian diorganisasikan menjadi peta
konsep. Melalui peta konsep siswa dapat melihat hubungan antar konsep yang saling terkait secara jelas sehingga informasi-informasi tersebut menjadi
mudah dipahami dan mudah diingat.
7
Peta konsep juga berguna bagi guru untuk menyajikan materi atau bahan ajar kepada siswa. Dengan peta konsep guru dapat menunjukkan keterkaitan
antara konsep baru dengan konsep yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Selain itu juga melalui peta konsep yang dibuat siswa guru dapat mengetahui
konsep-konsep yang salah pada siswa. Mintzes
berpendapat bahwa
peta konsep
yang berlandaskan
konstruktivisme mampu mengatasi masalah miskonsepsi yang sering terjadi pada siswa ketika siswa berupaya memahami kejadian dan objek ilmiah dan
menghubungkan antara kejadian dan objek yang ditemui ke dalam struktur kognitif siswa.
8
Miskonsepsi dapat terjadi karena tidak adanya hubungan dalam struktue kognitif siswa antara kejadian objek yang ditemui dengan
kejadian objek ilmiah. Pemahaman yang memadai dalam menentukan hubungan atau keterkaitan
antar satu konsep dengan konsep yang saling berhubungan melalui stretegi
7
James E. Twining, Strategies for Active Learning, USA: Allyn and Bacon, 1991, h.172
8
I Putu Eka Wilantara, Implementasi Model Belajar Konstruktivis ,h.6
peta konsep akan sangat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah dalam pembelajaran sains, termasuk di antaranya untuk mengatasi miskonsepsi
dan peningkatan hasil belajar. Peta konsep dapat berperan sebagai media pengajaran yang baik dan
menarik dikarenakan peta konsep dapat menyederhanakan materi pelajaran yang kompleks sehingga memudahkan siswa dalam menerima dan memahami
prinsip-prinsip dari suatu materi pelajaran.
9
Dalam peta konsep juga dapat terlihat kaitan-kaitan konsep dalam bentuk proposisi yang saling berhubungan.
Proposisi tersebut disusun secara hirarki dari yang bersifat umum sampai yang bersifat khusus. Sehingga terjadi belajar bermakna dalam struktur kognitif
siswa.
10
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan guru biologi MAN 10 Jakarta, penulis memperoleh informasi bahwa siswa memperoleh
kesulitan dalam mempelajari konsep jaringan dan organ tumbuhan, sehingga banyak siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep ini. Selain itu juga
pada konsep ini banyak siswa yang memiliki nilai di bawah nilai KKM yaitu 70. Konsep jaringan tumbuhan dalam penelitian ini merupakan salah satu
konsep biologi yang diajarkan di kelas XI semester satu. Konsep ini berisikan jaringan-jaringan yang terdapat pada tumbuhan, baik jaringan muda maupun
jaringan dewasa, serta organ akar, batang, dan daun yang terdapat pada tumbuhan.
Selain berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi MAN 10 Jakarta, penulis juga melakukan identifikasi miskonsepsi terhadap subjek penelitian
yaitu siswa MAN 10 Jakarta kelas XI IPA dengan menggunakan Certainty of Response Index CRI
11
. Berdasarkan identifikasi CRI diperoleh keterangan mengenai miskonsepsi yang banyak terjadi pada siswa kelas XI IPA MAN 10
Jakarta pada konsep jaringan dan organ tumbuhan, diantaranya:
9
Zulfiani, Analisis Struktur Materi Pelajaran Biologi melalui Peta Konsep pada Mata Kuliah Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Biologi, EDUSAINS Vol.1 No.2, 2008
10
Kadir, Efektifitas Strategi Peta Konsep dalam Pembelajaran Sains dan Matematika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No 51, 2004, h.765
11
Lampiran 2, h. 72
a. Siswa menganggap bahwa pertumbuhan primer dan sekundr terjadi pada waktu dan lokasi yang berlainan
b. Siswa menganggap bahwa pertambahan diameter batang dan akar diakibatkan oleh pertumbuhan primer
c. Siswa menganggap bahwa pada tumbuhan dikotil terdapat kambium yang terbentuk dari pertumbuhan primer
d. Siswa menganggap bahwa fotosintesis hanya terjadi di daun e. Siswa menganggap bahwa stomata bukan merupakan modifikasi
jaringan epidermis f. Siswa menganggap bahwa stolon, rhizome, umbi batang, dan umbi
lapis merupakan modifikasi akar g. Siswa menganggap bahwa penyerapan air hanya terjadi di ujung akar
h. Siswa menganggap bahwa xylem dan floem hanya terdapat di salah satu organ akar, batang, atau daun
Berdasarkan identifikasi miskonsepsi siswa di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ”Penggunaan Peta Konsep Untuk Mengatasi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Jaringan Tumbuhan
”, sebuah Penelitian Tindakan Kelas PTK di Madrasah Aliyah Negeri MAN 10
Jakarta, sebagai upaya untuk mengurangi miskonsepsi siswa yang terjadi di sekolah tersebut pada konsep jaringan tumbuhan.